Berita Bali

Terungkap Curhatan Putu Satria dan Pacarnya, Sebut Mayoret Akan Dibaptis Atau Dibantai Sampai Habis

Terungkap Curhatan Putu Satria dan Pacarnya, Sebut Mayoret Akan Dibaptis Atau Dibantai Sampai Habis

Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Suasana pengabenan Putu Satria Ananta Rustika di Setra Desa Adat Gunaksa, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Bali pada Jumat 10 Mei 2024. 

 

TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Terungkap curhatan Putu Satria Ananta Rustika (19), dengan pacarnya sebelum meninggal dunia dianiaya oleh seniornya di STIP (Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran) Jakarta.

Dalam curhatannya via chat WhatsApp, Putu Satria yang menjadi mayoret merasa diancam karena akan dibantai habis.

Hal ini terungkap dalam screenshoot percakapan WhatsApp Putu Satria Rustika dengan sang kekasih.

Baca juga: Selamat Jalan! Ekarista Ditemukan Dalam Kondisi Bau Busuk di Kamar Kos Denpasar, Tangannya Disorot

Saat itu Putu Satria mengungkapkan kekhawatirannya, karena akan di bantai habis.

Putu Satria saat itu mengatakan, setelah Lebaran para calon mayoret dan bassdrum akan dibaptis.

Dalam percakapan WhatsApp itu, Putu Satria menjelaskan ke pacarnya, dibaptis yang dimaksud yakni dibantai habis.

Putu Satria juga menjelaskan dalam chat, jika hal tersebut sudah tradisi.

Baca juga: Viral Video Dua Gadis Bule Dipukuli Membabi Buta di Berawa Canggu Bali, Ini Kronologi Lengkapnya

"Rio (panggilan Putu Satria) itu mayoret 1," ujar ibu dari Putu Satria Nengah Rusmini, Jumat (28/6/2024).

Pihak keluarga berharap aparat bisa mendalami lagi perihal tersebut.

Jika Putu Satria pernah merasa terancam karena akan dibantai habis, berarti kekerasan berujung kematian yang dilakukan terhadap pemuda asal Desa Gunaksa itu sudah direncanakan.

"Dalam chat itu, baptis artinya dibantai habis. Itu chat tanggal 29 Maret 2024," ungkap Rusmini.

Sementara kejadian penganiayaan yang dilakukan terhadap Putu Satria hingga ia meninggal dunia terjadi Jumat (3/5/2024) atau setelah libur Idul Fitri.

Sesuai dengan yang dikhawatrikan Putu Satria dalam chat WhatsApp dengan pacarnya

Sebelum-sebelumnya Putu Satria juga curhat seringnya dirinya dipukuli oleh seniornya.

Bahkan Putu Satria sempat menunjukkan foto ulu hatinya yang lebam, akibat penganiayaan sekitar bulan Desember lalu.

Sementara perkembangan terakhir dari kasus tersebut, sudah dilakukan rekontruksi kejadian dengan pihak kejaksaan. 

"Sudah dilakukan rekontruksi dengan kejaksaan," ungkap Rusmini.

Pihak keluarga masih terus menuntut keadilan, dari kasus meninggalnya taruna STIP (Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran) Jakarta, Putu Satria Ananta Rustika (19) akibat dianiaya oleh seniornya di kampus.

Ada 4 orang yang telah ditetapkan tersangka, yakni Tegar 
Rafi Sanjaya, Wilyam Jones Panjaitan, Farhan Abubakar dan I Kadek Adrian. 

Putu Satria Ananta Rustika (19) meninggal dunia setelah mendapat kekerasan dari seniornya di STIP (Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran) di Jakarta, Jumat (3/5/2024).

Berdasarkan informasi yang dihimpun, kejadian itu terjadi di toilet lantai II STIP Jakarta Utara.

Awalnya korban (Putu Satria Ananta Rustika) dan teman-temannya yang masih tinggat I, dipanggil oleh senior di tingkat II.

Seniornya yang bernama Tegar asal Bekasi, sempat menayakan siapa yang meminta korban dan rekan-rekanya memakai pakaian olahraga ke gedung pendidikan lantai 3.

Korban dan rekan-rekannya kemudian diminta berbaris berjejer.

Kemudian tegar memukul ulu hati korban dengan tangan mengepal sebanyak 5 kali.

Hal itu membuat korban terkapar dan meninggal dunia.

Curhatan Orangtua Putu Satria

Pihak keluarga masih terus menuntut keadilan, dari kasus meninggalnya Putu Satria Ananta Rustika (19), taruna STIP (Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran) Jakarta asal Klungkung yang tewas akibat dianiaya oleh seniornya di kampus.

Ada 4 orang yang telah ditetapkan tersangka, yakni Tegar Rafi Sanjaya, Wilyam Jones Panjaitan, Farhan Abubakar dan I Kadek Adrian.

Seorang di antaranya ternyata diduga kuat berasal dari Bali, yakni I Kadek Adrian.

Kadek Adrian yang sebelumnya diinisialkan KA, berperan penunjuk korban sebelum dilakukan kekerasan.

Ia menunjuk korban, Putu Satria dan berkata "adekku aja nih mayoret terpercaya", sebelum dilakukan kekerasan oleh tersangka Tegar Rafi Sanjaya sampai Putu Satria terkapar dan meninggal dunia.

Orangtua dari Putu Satria, Ni Nengah Rusmini mengaku tidak mengenal dan mengetahui asal dari Kadek Adrian yang menjadi salah satu tersangka dari kasus tersebut.

"Saya tidak tahu dan tidak mengenal. Katanya dari Jembrana," ujar Rusmini, Rabu 19 Juni 2024.

Namun menurut Rusmini, setelah upacara pengabenan terhadap Putu Satria, pihak keluarga pelaku yang berasal dari Bali itu sempat hendak ke rumah duka di Desa Gunaksa untuk memberikan klarifikasi.

"Cuma saya tidak mau bertemu keluarga pelaku," ungkap Rusmini.

Ia hanya berharap pihak keluarga korban mendapatkan keadilan, dan para pelaku dapat dihukum setimpal.

Putu Satria Ananta Rustika (19) meninggal dunia setelah mendapat kekerasan dari seniornya di STIP (Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran) di Jakarta, Jumat 3 Mei 2024.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, kejadian itu terjadi di toilet lantai II STIP Jakarta Utara.

Awalnya korban (Putu Satria Ananta Rustika) dan teman-temannya yang masih tingkat I, dipanggil oleh senior di tingkat II.

Seniornya yang bernama Tegar asal Bekasi, sempat menanyakan siapa yang meminta korban dan rekan-rekanya memakai pakaian olahraga ke gedung pendidikan lantai 3.

Korban dan rekan-rekannya kemudian diminta berbaris berjejer.

Kemudian tegar memukul ulu hati korban dengan tangan mengepal sebanyak 5 kali.

Hal itu membuat korban terkapar dan meninggal dunia.

Sebulan setelah peristiwa nahas itu berlalu, rasa duka dan kerinduan masih dirasakan keluarga.

Bahkan ayah Putu Rustika, I Ketut Suastika membuat tato di lengan kirinya dengan wajah sang putra sulung.

Ini mengekspresikan kesedihan dan kerinduannya kepada sang putra.

"Bapaknya Rio (Sapaan akrab Putu Satria) suka seni tato, cara bapaknya mengekspresikan rasa sedihnya seperti itu, biar Rio selalu ada bersama bapaknya," ungkap Rusmini.

Pihak keluarga mengaku belum bisa melupakan kenangan bersama Putu Satria.

Pada Kamis 13 Juni 2024 lalu, Putu Satria genap berusia 19 tahun.

Rusmini menghaturkan sodaan (banten persembahan) untuk putranya, serta kue yang diberikan adik dari Putu Satria.

"Di hari kelahiran Rio, saya sodaan saja, sama kue dari adiknya sebagai bentuk kasih sayang kami pada Rio. Kami belum bisa melupakan dia," ungkap Rusmini.

Sebagai warga Bali yang juga meyakini niskala, pihak keluarga telah melakukan nunas baos sebelum dan sesudah Putu Satria diaben. Dari nunas baos, disebut pelaku penganiayaan Putu Satria 5 orang.

"Dari nunas baos, dia (Putu Satria) bilang tidak salah apa-apa. Memang ada unsur iri," ungkapnya.

Sementara terkait kelanjutan kasus penganiayaan terhadap Putu Satria, pihak keluarga mendapat laporan adanya 4 nama tersangka, yakni Tegar Rafi Sanjaya, Wilyam Jones Panjaitan, Farhan Abubakar dan I Kadek Adrian.

Informasi terakhir, penyidik masih melengkapi berkas perkara dan masa penahanan para tersangka diperpanjang.

"Rencananya akan ada rekonstruksi dari kasus tersebut, sementara pasal yang disangkakan ke para tersangka yakni 338 KUHP (pembunuhan) atau 353 KUHP (penganiayaan)," ungkap Rusmini.

Pihak keluarga berharap, korban mendapatkan keadilan dari kasus ini dan para tersangka dihukum seberat-beratnya.

"Kepolisian yang menangani kasus ini, menjelaskan bahwa perkara masih on the track (sesuai jalur) dan tidak ada kendala berarti. Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan segera dikirim setelah gelar perkara dan belum ada rencana pemanggilan terhadap keluarga," jelas Rusmini. (mit)

 

 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved