Berita Denpasar

Inflasi di Denpasar Bulan Juni 2024 Tertinggi di Bali, Pembalut Wanita Ikut Jadi Penyumbang

Kabag Perekonomian Setda Kota Denpasar, I Wayan Putra Sarjana mengatakan, ada beberapa komoditi yang menunjang inflasi di Bali.

istimewa
Pelaksanaan pasar murah di Denpasar - Inflasi di Denpasar Bulan Juni 2024 Tertinggi di Bali, Pembalut Wanita Ikut Jadi Penyumbang 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Inflasi di Kota Denpasar pada bulan Juni 2024 sebesar 3,18 persen.

Nilai ini masih lebih rendah ketimbang pada bulan Mei 2024.

Di mana bulan Mei 2024 sebesar 3,52 persen.

Dan pada bulan Juni 2024, besaran inflasi di Denpasar merupakan yang tertinggi di Bali.

Baca juga: Tekan Inflasi dan Jaga Stabilitas Harga Kebutuhan Pokok, Denpasar Gelar Pasar Murah di Pasar Badung

Kabag Perekonomian Setda Kota Denpasar, I Wayan Putra Sarjana mengatakan, ada beberapa komoditi yang menunjang inflasi di Bali.

Adapun penyumbang inflasi itu mulai dari beras, semangka, air kemasan, parfum, pembelian mobil, wortel, baju kaos berkerah pria, susu bubuk, pembalut wanita, tisu, hingga pelembab wajah.

Namun untuk gula pasir dan minyak, tidak termasuk penyumbang inflasi maupun deflasi pada bulan Juni 2024.

“Jadi disimpulkan harganya masih stabil, belum terdapat pergerakan naik atau turun yang signifikan dan terus menerus," katanya, Rabu 3 Juli 2024.

Sementara untuk inflasi pada Juli 2024, pihaknya mengatakan, berkaca pada inflasi bulan Juli 2023.

Pada Juli 2023, komoditi yang tercatat mengalami kenaikan harga atau memberikan sumbangan inflasi antara lain angkutan udara, biaya pendidikan sekolah menengah pertama.

Kemudian ada canang sari, bimbingan belajar, biaya pendidikan sekolah dasar, daging ayam ras, bawang putih, biaya pendidikan taman kanak-kanak, ikan tongkol diawetkan, serta kelompok bermain.

“Jadi biaya pendidikan juga bisa mempengaruhi inflasi dan termasuk komponen yang dihitung andilnya dalam perhitungan inflasi,” katanya.

Berdasarkan data dari BPS Denpasar yang dipublikasi di situs resminya, menyebutkan inflasi tahunan (yoy) terjadi karena naiknya harga komoditas-komoditas amatan yang ditunjukkan oleh naiknya sembilan indeks kelompok pengeluaran.

Sembilan indeks kelompok tersebut yakni makanan, minuman dan tembakau sebesar 4,42 persen.

Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,02 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,99 persen.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved