Berita Bali

Penelitian Neuroscience pada Gamelan Bali, Pertama di Dunia, Rekam Gelombang Otak Penari dan Penabuh

Penelitian ini ditampilkan secara langsung pada Sabtu 6 Juli 2024 di Fakultas Kedokteran Unud, lewat Pentas Neuroscience Gamelan dan Tari

Tribun Bali/Putu Supartika
Pentas Neuroscience Gamelan dan Tari di Fakultas Kedokteran Unud - Penelitian Neuroscience pada Gamelan Bali, Pertama di Dunia, Rekam Gelombang Otak Penari dan Penabuh 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pertama kali di dunia, penelitian neuroscience pada gamelan Bali dengan merekam gelombang otak penari dan penabuh.

Di mana dengan alat berupa topi EEG dengan 28 sensor, ditambah 4 sensor mata dan sensor gerak kepala akan ditangkap secara langsung aktivitas otak penabuh dan penari.

Tak hanya itu, dengan teknologi AI, gelombang otak divisualisasikan secara real time.

Penelitian ini merupakan kerja sama Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, dengan Rice University, University of Houston, dan Institut Seni Indonesia Denpasar.

Penelitian ini ditampilkan secara langsung pada Sabtu 6 Juli 2024 di Fakultas Kedokteran Unud, lewat Pentas Neuroscience Gamelan dan Tari.

Baca juga: Delegasi IMEX Terkesima Dengan Pembuatan Gamelan Bali

Pada pelaksanaan penelitian ini juga menggabungkan lintas keilmuan dan lintas budaya dari kedokteran, musik atau seni, dan teknik elektro.

Ketua Udayana Neuroscience-Artificial Intelligence Research Group, Dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, mengatakan penelitian ini ingin melihat bagaimana interaksi gamelan dan tari berinteraksi dengan apa yang terjadi di otak.

Dengan alay EEG ini memungkinkan dilakukan perekaman gelombang otak secara dinamis dan natural.

“Ini direkam dari awal penciptaan, latihan hingga saat tampil. Jadi kami ingin mengetahui apakah musik dan tari berpengaruh terhadap emosi dan perilaku orang,” katanya.

Dalam penelitian ini, penari dan penabuh dipasangi alat topi EEG ini.

Gamelan dan tari yang ditampilkan adalah hasil kreasi baru, sehingga kreativitas yang terjadi dalam otak akan terekam.

Apabila dari penelitian ini ditemukan ada pengaruh musik dan tari terhadap kondisi otak, maka musik bisa digunakan untuk terapi bagi mereka yang mengalami gangguan secara kejiwaan baik ringan dan berat.

Selain itu, nantinya juga bisa dilakukan untuk merekam bagaimana kondisi otak mereka yang sedang kerauhan atau trance.

Ada sebanyak 24 seniman dari ISI Denpasar yang turut berpartisipasi dalam menampilkan gamelan serta tarian dalam penelitian tersebut.

Sebanyak 24 partisipan ini diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved