Berita Bali

Tingkat Ulah Pati di Bali Tertinggi se-Indonesia, Dokter Kejiwaan Beberkan Faktornya

Bali gawat kasus bunuh diri hingga tempati urutan tertinggi di Indonesia, Dokter kejiwaan singgung sikap masyarakat yang makan individualis.

Pixabay/Bigsyl
Ilustrasi rel kereta api - Tingkat Ulah Pati di Bali Tertinggi se-Indonesia, Dokter Kejiwaan Beberkan Faktornya 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Bali gawat kasus ulah pati (bunuh diri) hingga tempati urutan tertinggi di Indonesia.

Dokter kejiwaan singgung sikap masyarakat yang makan individualis.

Kasus bunuh diri di Bali menempati urutan tertinggi di Indonesia. Ini sangat mengkhawatirkan dan diperlukan penanganan khusus.

Dokter spesialis kejiwaan, Cokorda Bagus Jaya Lesmana menyatakan ini sudah gawat darurat.

Dengan ditempatkannya Bali sebagai peringkat pertama, semua diharapkan lebih aware dan diperlukan tindakan segera.

Baca juga: Tragedi di Jembatan Bangkung Badung Bali: Kakak dan Adiknya Ditemukan Tewas Diduga Bunuh Diri

Kata dia, ada banyak faktor yang jadi penyebab peningkatan kasus bunuh diri ini. Menurutnya, secara sosial semakin renggang dan lebih ke arah individualisme.

"Secara global semua memegang dunia lewat world wide web, sehingga apa yang terjadi di luar mempengaruhi internal diri," katanya, Minggu (7/7).

Ia menyebut di Bali ada sanksi untuk seseorang yang meninggal karena bunuh diri.

Jenazahnya tidak boleh langsung diaben dan upacaranya berbeda dengan meninggal biasa.

Namun saat ini hal tersebut dianggap tidak manusiawi sehingga perlakuannya sama dengan orang yang meninggal biasa.

Baca juga: Kasus Ulah Pati di Bali Tertinggi di Indonesia, Dokter Kejiwaan: Kedekatan Sosial Makin Renggang

"Sehingga hal itu melupakan bahwa sebenarnya itu adalah sanksi sosial untuk mencegah agar orang tidak melakukan bunuh diri. Tapi karena dianggap biasa, maka bunuh diri juga dianggap biasa," katanya.

Dalam penanganan kasus bunuh diri, semua pihak harus terlibat. Jika dibiarkan maka akan menjadi kebiasaan dan budaya.

"Mulai dari keluarga, guru, pendidikan, agama, pemerintah, dan juga dari kesehatan harus berperan," katanya.

Ia menyoroti BPJS yang saat ini belum berpihak pada mereka yang mencoba melakukan bunuh diri.

Kata dia, pelaku percobaan bunuh diri tidak mendapat tanggungan BPJS karena dianggap mereka ingin mati.

"Padahal tidak ada orang normal yang ingin mati dengan cara bunuh diri, pasti ada permasalahan, tekanan kehidupan yang dihadapi sehingga merasa depresi, sendiri, tidak ada pilihan sehingga muncul keinginan bunuh diri," katanya.

Cokorda Bagus Jaya Lesmana prihatin karena belakangan banyak mereka yang masih berusia muda melakukan bunuh diri.

Baca juga: Sentuhan Orang Tua Sangat Diperlukan Untuk Tekan Kasus Bunuh Diri

Banyak yang bilang Gen Z lemah, namun harus ditelusuri sumber masalahnya apa dan bagaimana.

"Padahal kita harus menelusuri pohonnya bagaimana. Karena semua tidak lepas dari peran keluarga. Keluarga harus memutus kerentaan anak dengan memberikan rasa aman, dicintai, sehingga pilihan bunuh diri tidak ada pada anak-anak sekarang," paparnya. (sup)

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved