Pilkada Bali 2024

Pengamat Undiknas Sebut Peluang Koster-Giri Menang Tinggi, Subanda: Koster Masih Punya Basis Massa

Kata Budiasa, apapun alasan yang disampaikan oleh PAS dalam podcast itu hanyalah alasan pembenaran.

ISTIMEWA
Wayan Koster - Pengamat Undiknas Sebut Peluang Koster-Giri Menang Tinggi, Subanda: Koster Masih Punya Basis Massa 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Muncul foto mesra antara Wayan Koster-Giri Prasta dalam acara Pendidikan Kader Pratama dan Pemahaman Politik PDI Perjuangan, beberapa waktu lalu.

Terlihat Koster dan Giri tersenyum manis berfoto dengan pose salam metal.

Keberadaan foto ini disebut-sebut sebagai sinyal jika mereka akan bersatu.

Lalu bagaimana peluang kemenangan jika Koster dan Giri berpasangan dalam perhelatan Pilgub Bali?

Pengamat politik dari Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar, I Nyoman Subanda mengatakan saat ini semuanya masih belum pasti.

Baca juga: Pantarlih Tuntaskan Coklit Data Pemilih Pilkada Badung pada Minggu ke Empat

Dan semua pihak juga belum tahu apakah keduanya akan benar-benar berpasangan.

“Tapi saya sempat diskusi dengan Pak Koster, ada kemungkinan seperti itu karena itu yang paling memungkinkan,” kata Nyoman Subanda saat dihubungi, Selasa 23 Juli 2024.

Meskipun sebelumnya sempat menyebut akan tetap berpasangan Cok Ace, namun akhir-akhir ini Koster condong memilih Giri Prasta. Dan menurutnya, peluang untuk menang jika Koster-Giri berpasangan sangat tinggi.

“Saya pikir peluang (menang) sangat tinggi. Pertama, incumbent. Kemudian Pak Koster juga lumayan. Dia masih punya basis massa, representatif, dari incumbent tentu di birokrasi sudah dikenal,” katanya.

Sementara Giri Prasta menurutnya saat ini juga sangat populer dengan manuver bantuan sosialnya.

Tak hanya menggelontorkan bantuan untuk Badung namun juga ke luar Badung.

“Saya kira akhir-akhir ini (Giri Prasta) banyak direspon positif masyarakat,” katanya.

Sehingga jika berpasangan, akan menjadi kombinasi dengan peluang kemenangan sangat tinggi.

Apalagi ditambah dengan partai pengusungnya adalah PDI Perjuangan yang notabene partai berkuasa di Bali.

Saat ditanya terkait ada keinginan Giri menjadi Bali satu, menurutnya hal itu akan kembali ke Giri Prasta lagi.

“Masyarakat memang banyak menghendaki Pak Giri satu, tapi kalau memang berpasangan dengan Pak Koster, Pasti Pak Koster yang jadi satu, dan itu paling memungkinkan,” tambahnya.

Dan baginya, jadi Bali dua bagi Giri Prasta merupakan fondasi untuk maju pada Pilgub selanjutnya karena masa jabatan Koster sudah dua periode jika terpilih pada Pilgub 2024 ini.

Sementara itu, terkait kemungkinan calon wakil diambil dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) juga ada kemungkinan.

Namun dirinya melihat jika KIM saat ini masih getol untuk menyiapkan kader untuk maju.

“Sebetulnya sekarang masih wait and see, menunggu Mega juga, apakah Mega akan berkoalisi dengan KIM, tapi sepertinya KIM juga menyiapkan kader yang berbeda,” imbuhnya.

Sedangkan terkait munculnya pasangan Putu Agus Suradnyana dengan Made Muliawan Arya atau PAS - Mulia menurutnya itu dicocok-cocokkan saja.

Dan sebenarnya peluang PAS-Mulia untuk menang menurut Subanda kecil.

“Bisa jadi (mereka berpasangan), peluang menangnya kecil. Dibandingkan Koster-Giri lebih kecil,” katanya.

Menurutnya masih lebih besar peluangnya jika yang maju adalah Rai Mantra ketimbang Agus Suradnyana.

“Masih lebih mending dengan Rai Mantra, walaupun artinya elektabilitas, kapabilitasnya kayaknya masih lebih kecil ketimbang Koster-Giri,” katanya.

Sementara itu, Suhu Pilkada Bali 2024 dipanaskan Putu Agus Suradnyana (PAS). Mantan Bupati Buleleng ini siap maju tarung dalam pemilihan gubernur (Pilgub) pada 27 November 2024.

Ketua DPC PDIP Buleleng ini pun menjadi sorotan karena tidak maju lewat partainya.

Ya, PAS santer dikabarkan akan maju dengan Ketua Partai Gerindra Bali, Made Mulyawan Arya alis De Gadjah.

Sebelumnya, De Gadjah sudah ditetapkan oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) Bali untuk maju sebagai calon wakil gubernur Bali.

Baliho duet PAS-De Gadjah pun sudah bertebaran di sudut-sudut Kota Singaraja.

Namun yang menarik, meski menyatakan siap maju dan menebar baliho berpasangan dengan De Gadjah, Agus Suradnyana justru berharap PDIP dan KIM berkoalisi di Pilgub Bali 2024.

Secara pribadi pria asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng itu berharap dalam menyongsong Pilkada 2024 ada koalisi merah putih antara PDIP dan KIM di Bali.

Menurut dia, koalisi ini sebagai simbol kebersamaan, sehingga kedamaian dan kenyamanan Bali tetap terjaga.

“Saya sebagai pengusaha ingin agar Bali tetap damai dan nyaman. Ada koalisi antara PDIP dan KIM. Itu manifestasi dari alam pikir saya," katanya kepada Tribun Bali, Senin 22 Juli 2024.

Di sisi lain, majunya Agus Suradnyana yang ditandai kemunculan baliho PAS-Mulia mendapat komentar pedas dari Putu Mangku Budiasa.

Menurut Wakil Ketua Bidang Kehormatan PDIP Buleleng itu, PAS tidak punya etika politik sebab diketahui hingga kini PAS masih menjabat sebagai Ketua DPC PDIP Buleleng.

Mangku Budiasa juga menilai langkah PAS melanggar AD-ART Partai.

Lantaran PAS lebih memilih berpasangan dengan Muliawan, yang merupakan kader dari Partai Gerindra.

Padahal dari isu yang santer terdengar, PDIP Bali telah memiliki bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur untuk diusung, yakni Wayan Koster-Giri Prasta.

“Kalau memang berniat ikut tampil sebagai calon Gubernur mestinya dalam penjaringan bakal calon Gubernur, dia (PAS) ikut mendaftar. Tidak dengan cara seperti ini, masih sebagai ketua DPC, tapi sudah pasang baliho tandem dengan partai lain. Ini namanya tidak punya etika politik. Mestinya mundur dulu sebagai pengurus dan anggota partai," terangnya.

Politisi asal Desa Selat, Kecamatan Sukasada ini juga menyayangkan pernyataan PAS dalam podcast di salah satu media.

Yang mana pada podcast itu menyebut keinginan PAS untuk bertarung di Pilgub Bali 2024 ini, lantaran kecewa sebab sang istri (I Gusti Ayu Aries Sujati) dicoret dalam daftar Caleg DPR RI oleh partainya sendiri.

Kata Budiasa, apapun alasan yang disampaikan oleh PAS dalam podcast itu hanyalah alasan pembenaran.

Bahkan Mangku Budiasa menyebut jika PAS merupakan sosok yang haus kekuasaan seperti kacang lupa kulitnya.

“Kurang apa PDIP membesarkan nama PAS. Dia kan pernah menjabat sebagai anggota DPRD Bali tiga periode, menjabat sebagai Bupati Buleleng dua periode, begitu juga dengan istrinya yang saat ini masih menjabat sebagai anggota DPRD Bali. Sikap PAS ini sangat kami sayangkan," ucapnya.

Berdasarkan pantauan, Baliho PAS-Mulia muncul di beberapa ruas jalan besar wilayah Kota Singaraja.

Seperti di ruas jalan Ahmad Yani, Jalan Dewi Sartika dan Jalan Udayana.

Pada baliho itu juga terdapat tagline 'Bali Maju Menuju Indonesia Emas Bersama PAS-Mulia'.

Agus Suradnyana saat dikonfirmasi mengatakan, setiap orang sah-sah saja memasang baliho. Terlebih jika orang tersebut merupakan tokoh politik.

Ia pun mencontohkan beberapa tokoh politik, seperti Nyoman Giri Prasta hingga I Nyoman Sutjidra.

“Semua pasang baliho seperti Giri Prasta dan Sutjidra, masak saya tidak boleh? Sekarang tergantung objektif orang dalam menilai baliho tersebut," ucap Bupati Buleleng periode 2018-2022 ini. (sup/mer)

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved