Berita Jembrana

Bentuk KMPB Minimalisir Resiko & Dampaknya, IDEP & Instansi Terkait Simulasi Penanggulangan Bencana

Akibat gelombang tinggi yang terjadi di Desa Banyubiru, dan sekitarnya diilustrasikan menimbulkan kerusakan bangunan rumah dan korban jiwa.

ISTIMEWA
Suasana saat kegiatan simulasi penanganan bencana gelombang tinggi di pesisir Pantai Pebuahan di Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana, Rabu 7 Agustus 2024. 

TRIBUN-BALI.COM - Warga pesisir Pantai Pebuahan di Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali, tampak panik, Rabu 7 Agustus 2024 siang.

Sebab, terjadi gelombang tinggi disertai angin kencang yang mengakibatkan dampak kerusakan rumah dan korban jiwa.

Adalah simulasi bencana gelombang tinggi yang juga diiringi, pembentukan dan pelatihan terhadap kelompok masyarakat penaggulangan bencana (KMPB) yang digelar instansi terkait bersama Idep Foundation.

Tujuannya adalah untuk memperkuat ketahanan masyarakat dalam menghadapi risiko bencana gelombang tinggi yang kerap mengancam wilayah pesisir Bali, salah satunya Jembrana.

Menurut pantauan, dalam simulasi tersebut telah dirangkai sejumlah kegiatan. Mulai dari masyarakat yang melakukan aktivitas seperti biasanya kemudian ada informasi terjadi gelombang tinggi dari BMKG dan dilanjutkan dengan dampak bencana tersebut. Selain itu, sejumlah warga juga diilustrasikan menjadi korban serta melakukan langkah penanganan di lokasi.

Baca juga: Wayan Koster Kantongi Rekomendasi dari DPP PDIP, Potensi Menang 70 Persen, Ada yang Lompat Pagar?

Baca juga: Kapal Tanker Terbakar di Perairan Candidasa Karangasem, 5 Orang Tewas, Ledakan Berkali-kali

Akibat gelombang tinggi yang terjadi di Desa Banyubiru, dan sekitarnya diilustrasikan menimbulkan kerusakan bangunan rumah dan korban jiwa.

Wilayah yang terdampak paling parah berada di Banjar Pebuahan, dengan kerusakan terbanyak pada beberapa bangunan rumah penduduk dan bangunan sekolah TK.

Diperkirakan 10 rumah rusak berat, 1 bangunan sekolah rusak sedang dan 40 orang warga terdampak. Dikabarkan terdapat 2 orang terseret arus, serta 4 orang mengalami cedera berat sampai ringan.

Program Koordinator IDEP, Putu Suryawan menjelaskan, Desa Banyubiru merupakan salah satu wilayah yang rentan terjadi bencana berdasarkan kajian resiko partisipatif, yang dilakukan bersama pemerintah desa dan kelompok masyarakat penaggulangan bencana. Mengangkat tema dampak dari gelombang tinggi karena wilayah.

"Rangkaian dari kapasitas di wilayah yang rawan bencana. Kita ketahui Banyubiru, ancaman risiko gelombang tinggi sangat tinggi dan masuk dalam wilayah paparan tsunami," katanya. 

Dia menegaskan, simulasi ini berkaitan dengan pengetahuan masyarakat untuk ancaman tesebut. Serta meningkatkan komponen desa dan KMPB untuk mereka mengetahui dan paham bagaimana proses penanganan awal, ancam itu terjadi dan bagaimana masyarakat diberikan peringatan dini untuk dimobilisasi ke tempat aman.

"Termasuk penanganan korban serta membuat perencanaan dalam respon tanggap darurat seperti membuat posko kesehatan, dapur umum, pos penampungan dan sebagainya. Ini kita mainkan dalam skema mitigasi di desa," tegasnya.

Disinggung mengenai output dari kegiatan ini, Putu Suryawan menegaskan agar terbentuk kelompok masyarakat yang paham terhadap upaya mitigasi terhadap ancaman gelombang tinggi.

"Apabila bencana terjadi, pihak terkait sudah mengetahui dan memahami apa mestinya dilakukan. Termasuk koordinasi antara pemerintah desa dengan instansi terkait dalam penanganan," tandasnya.

Perbekel Banyubiru, I Komang Yuhartono mengakui simulasi bencana alam ini. "Setidaknya kita sudah membentuk KMPB. Kita juga sudah mendapat pelatihan terkait mitigasi bencana, sehingga ke depannya bisa ditularkan atau diinformasikan ke seluruh masyarakat, tidak hanya kelompok," jelasnya.

Dia melanjutkan, harapannya degan pelatihan ini nantinya bisa meminimalisir risiko yang terjadi akibat peristiwa bencana alam.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved