Teater Selem Putih Tampilkan Garapan Bendera di FSBJ, Hanya Bersatu saat Rebut Sembako dan Kekuasaan

"Untuk apa baca buku sejarah kemerdekaan Indonesia, jika hal itu tidak  menjadi syarat mendapatkan bansos?"

Istimewa
Garapan bertajuk Bendera yang dibawakan Teater Selem Putih dalam Festival Seni Bali Jani 

Teater Selem Putih Tampilkan Garapan Bendera di FSBJ VI, Hanya Bersatu saat Rebut Sembako dan Kekuasaan

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - "Untuk apa baca buku sejarah kemerdekaan Indonesia, jika hal itu tidak  menjadi syarat mendapatkan bansos?"

"Untuk apa baca buku sejarah kemerdekaan Indonesia, jika itu tidak jadi syarat menjadi anggota DPRD,DPR,DPD....Bupati..Presiden," kata seorang pemanjat pinang kepada roh pahlawan. 

Baca juga: Sosok Cok Sawitri Semasa Hidup, Bergelut dengan Teater dan Berkesenian Sejak Kecil

Demikian dialog pementasan Kelompok Teater  Selem Putih, bawakan garapan seni panggung yang sarat pesan, moral, nasionalisme berjudul ‘Bendera’, serangkaian Festival Seni Bali Jani (FSBJ VI) di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Art Centre.  

Dalam pementasannya, sekelompok orang sedang mengikuti lomba panjat pinang berhadiah beberapa bungkus sembako, yang bergantung pada bagian atas batang pinang. 

Di atas hadiah yang bergantung itu, terpancang bendera merah putih. 

Baca juga: Pentas di Gianyar, Teater Api Pentaskan Keruntuhan Monarki Lahirkan Dinasti Modern

Setelah berhasil memanjat dan mengambil hadiah sembakonya, ketika mereka akan pulang, seorang dari  kelompok itu  menyadari bendera merah putih terputus talinya. 

Mungkin penyebabnya saat pemanjat mengambil hadiah, tali bendera tersangkut sampai putus. 

Orang itu pun meminta agar mereka memanjat lagi untuk memperbaiki tali bendera. 

Namun tak seorang pun yang bersedia. 

Baca juga: 77 Perempuan Dari 13 Provinsi Gelar Pameran di Bali, Bicara Jujur Melalui Seni Lukis,Tari dan Teater

Kemudian muncul sosok roh yang mengaku sebagai pejuang kemerdekaan

Roh itu menggugat sikap mereka yang lebih peduli pada sembako daripada memperbaiki tali bendera merah putih?

“Saya ingin menyampaikan secara simbolik kondisi kekinian kita, dalam penghayatan saya, semua orang saling injak memperebutkan jabatan, ambisi kekuasaan dan sebagainya. Perlunya adanya kesadaran nasionalisme mengibarkan bendera merah putih dalam jiwa dan pikiran untuk mengerem semua ambisi  membuat keadaan kacau,”  kata Putu Satria Kusuma sang sutradara Bendera, Minggu 18 Agustus 2024. 

Baca juga: Ikuti Teater Monolog Drupadi, Puluhan Seniman Bali Bertolak ke Jakarta

Putu Satria mengungkapkan cerita dalam karyanya itu hanyalah anekdot. 

Ketika merebut sembako/ambisi kekuasaan mereka bersatu, tapi begitu diajak untuk mengibarkan bendera dalam jiwanya mereka banyak dalih. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved