Berita Badung

Rice Milling Unit Rampung, Pengolahan Gabah Perumda Mangu Giri Sedana Badung Bisa Dilakukan Cepat

Pasca RMU Rampung, Perumda Pasar MGS Sebut Maksimal Olah 20 Ton Gabah Sabil Kumpulkan Hasil Pertanian Setiap Dua Hari

istimewa
Pemkab Badung saat melakukan pemelaspasan dan Pengecekan Mesin RMU di Mengwitani beberapa hari lalu - Rice Milling Unit Rampung, Pengolahan Gabah Perumda Mangu Giri Sedana Badung Bisa Dilakukan Cepat 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Pengolahan gabah yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Pasar dan Pangan (Perumda) Mangu Giri Sedana Kabupaten Badung bisa dilakukan dengan cepat setelah rampungnya gedung Rice Milling Unit (RMU). 

Bahkan untuk menjalankan program pemerintah yakni ‘bangga beli, bela jadi petani’ itu pun pemerintah akan membeli semua hasil pertanian di Gumi Keris khususnya gabah.

Nantinya, gabah itu akan diolah dan dipasarkan kepada semua pegawai di Badung termasuk masyarakat. 

Hal itu pun dilakukan Badung agar peti tidak merugi dan dipermainkan oleh tengkulak. 

Baca juga: Tingkatkan Produktivitas Pertanian, Sekda Jateng Dorong Petani Milenial Terus Berinovasi

Direktur Utama Perumda Pasar Mangu Giri Sedana, I Wayan Suryantara yang dikonfirmasi Minggu 25 Agustus 2024, mengakui jika pihaknya sudah mulai memanfaatkan RMU yang ada. 

Mengingat untuk pembelian gabah kepada petani sudah dilakukan pada Mei 2024 lalu.

"Kami sudah mulai akan menggunakan RMU yang sudah rampung. Namun untuk pengolahan di RMU ini terhitung pertengahan Agustus kita pembelian gabah langsung," ujarnya.

Pihaknya mengaku gabah sebelumnya diolah di beberapa lokasi. 

Namun kini akan langsung mengelola di RMU yang berlokasi di sebelah TPST Mengwitani, Kecamatan Mengwi, Bali.

"Kami ambil uji coba kemarin dan selesainya atau pastinya sudah olah besar dengan volume 20 ton. Namun itu pun akan dilakukan bertahap, mengingat pihaknya masih mengumpulkan stok gabah. Tidak setiap hari menggiling, mungkin setiap 2 hari sambil mengumpulkan stok gabah yang dipanen di lapangan atau sawah di beberapa subak di Badung," tegasnya.

Disinggung mengenai harga yang dibeli, pihaknya memastikan tidak akan membuat petani rugi. 

Bahkan selama ini pembelian gabah dilakukan minimal di atas Harga Pokok Penjualan (HPP).

"Minimal di atas HPP dan kita selama ini lebih banyak belinya di atas HPP, di antaranya Rp 5.400 kg sampai Rp 5.700/kg," tegasnya.

"Kami menyesuaikan harga saat itu, yang penting jangan sampai kami bermain untuk merugikan petani. Itu dibuatkan kesepakatan harga ideal dengan petani," sambungnya.

Mantan Perbekel Petang itu mengaku harga gabah pun disebutkan sesuai dengan lokasi penanaman. 

Misalkan di Petang lebih murah, karena suhu di wilayah tersebut lebih dingin, mengingat berpengaruh pada kualitas gabah.

"Itu karena kultur padi, artinya kandungan airnya lebih tinggi di wilayah Petang, otomatis akan menurunkan nilai. Jadi kualitas beras berbeda," ucapnya.

Suryantara menyebutkan dalam program pembelian gabah petani itu, Pemkab Badung sudah melakukan kerja sama dengan seluruh petani yang ada di Gumi Keris. 

Kerja sama ini melalui pekaseh subak dengan jumlah kurang lebih 135 subak. 

Selaku eksekusi dalam program itu pihaknya pun berharap, program pembelian langsung gabah ke petani ini dapat memberikan kentungan kepada petani. 

Sebab melalui program ini dapat memproteksi petani dari permainan harga oleh tengkulak.

"Karena tujuan kami membantu petani, artinya saat musim panen itu petani tidak menjadi beban akibat ulah tengkulak menurunkan harga gabah," imbuhnya sembari mengatakan, jadi gabah petani di Badung jelas kemana di bawa. Karena kita tidak mau petani terus merugi dengan harga yang dimainkan oleh tengkulak.

Untuk diketahui, hasil penyerapan gabah petani akan diolah menjadi beras di mesin penggilingan padi Rice Milling Unit. Mesin ini memiliki kapasitas 3 ton per jam.

Teknologi mesin Rice Milling Unit dilengkapi sejumlah rangkaian mesin untuk membersihkan dan mengeringkan atau menurunkan kadar air pada gabah kering sawah di bawah 27 persen menuju kadar air akhir gabah kering giling yang diinginkan yakni mencapai 14 persen dengan laju pengeringan 0,8 persen sampai 1,2 persen per jam. (*)

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved