Breaking News

Penemuan Jenazah di Denpasar

Mayat Gung Balang & Istri Sudah Autopsi, Pandangan Kriminolog Kematian Pasutri Dengan Luka Tusuk

Bahkan S juga menuturkan sang ayah memiliki cinta yang begitu dalam dengan sang istri AASA (37) atau ibu S tersebut, sang ayah ingin sehidup semati de

istimewa
Meski sebelumnya muncul dugaan bunuh diri, namun penyebab kematian pentolan Ormas di Bali, Anak Agung Ketut Ngurah Setyawan alias Gung Balang (39) dan istrinya Anak Agung Sri Agung (37) masih belum dipastikan polisi. 

TRIBUN-BALI.COM  - Meski sebelumnya muncul dugaan bunuh diri, namun penyebab kematian pentolan Ormas di Bali, Anak Agung Ketut Ngurah Setyawan alias Gung Balang (39) dan istrinya Anak Agung Sri Agung (37) masih belum dipastikan polisi.

Kepala Seksi Humas Polresta Denpasar AKP I Ketut Sukadi menyampaikan, bahwa telah dilakukan autopsi oleh Dokter Forensik di RSUP Prof Dr IGNG Prof Ngoerah Denpasar sebagai bagian dari pendalaman kasus tewasnya pasangan suami istri ini.

Sebelumnya, S (19), putra sulung korban menyampaikan, belum ada permintaan polisi kepada pihak keluarga. Namun dengan pernyataan AKP Sukadi, artinya keluarga sepakat dilakukan autopsi. "Sudah dilakukan autopsi," ujar AKP Sukadi saat dikonfirmasi, Jumat (27/9).

Baca juga: BULE Ngamen di Ubud, Satpol PP Telusuri, Kata Warga Hanya Menghibur Bukan Ngamen

Baca juga: Lokasi Bocor Pipa di Tempat Rumit, PDAM Badung Sulit Perbaikan, Minta Maaf Gangguan Layanan & Macet

Meski sebelumnya muncul dugaan bunuh diri, namun penyebab kematian pentolan Ormas di Bali, Anak Agung Ketut Ngurah Setyawan alias Gung Balang (39) dan istrinya Anak Agung Sri Agung (37) masih belum dipastikan polisi.
Meski sebelumnya muncul dugaan bunuh diri, namun penyebab kematian pentolan Ormas di Bali, Anak Agung Ketut Ngurah Setyawan alias Gung Balang (39) dan istrinya Anak Agung Sri Agung (37) masih belum dipastikan polisi. (istimewa)

Dari hasil autopsi ini akan ditelisik lebih dalam mengenai luka tusukan yang dialami Gung Balang dan istrinya, untuk dipastikan apakah luka tusukan yang dilakukan oleh diri sendiri atau orang lain.

Akan tetapi hasil pemeriksaan tersebut, kata Sukadi, belum keluar sehingga ia belum bisa membeberkan lebih jauh. Hasil autopsi nantinya digabung dengan hasil olah TKP dan keterangan saksi untuk menyimpulkan penyebab kematian. "Masih menunggu hasilnya," ujarnya.

Kematian Gung Balang dan istri menggegerkan banyak pihak, sebab salah satu pentolan ormas di Denpasar itu ditemukan tewas bersama sang istri di dalam kamar yang terkunci dengan luka tusuk yang berakibat fatal.

Sebelumnya, seorang anggota salah satu Ormas di Bali, AA Ketut Nengah Agung Setyawan alias Gung Balang dan istrinya ditemukan meninggal dunia. Gung Balang dan istrinya ditemukan dalam satu rumah di Jalan Kebo Iwa Utara, Banjar Pagutan, Padangsambian Kaja, Denpasar, Senin (23/9) malam.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Tribun Bali, Gung Balang dan istri dievakuasi oleh ambulans jenazah dari BPBD Kota Denpasar dan PMI Kota Denpasar sekitar pukul 22.00 Wita. Jenazah Gung Balang dan istrinya kemudian dimasukkan ke dalam kantong jenazah dan dievakuasi menuju Kamar Jenazah RSUP Prof dr IGNG Ngoerah Denpasar.

Kabar menyebutkan jenazah Gung Balang dan istri ini pertama kali ditemukan oleh sang anak. Kasus ini tengah ditangani Polresta Denpasar dan hingga kini penyebab kematian kedua korban masih diselidiki pihak kepolisian.

Sebelumnya, S (19) anak korban mengatakan, tidak ada dilakukan proses autopsi terhadap jenazah kedua orangtuanya dan keluarga mengikhlaskan kepergian Gung Balang dan istrinya. "Tinggal proses acara pemakaman. Tidak ada autopsi," katanya.

S mengungkapkan bahwa tidak ada perselisihan yang terjadi antara ayah dan ibunya sebelum ditemukan tewas bersimbah darah di dalam kamar karena luka tusukan, Senin (23/9) malam. Sehingga sang anak tidak mencurigai apapun yang akan terjadi, Minggu (22/9) malam sebelum kejadian itu setelah masuk ke dalam kamar sekitar pukul 19.00 Wita.

"Ceritanya pada Minggu malam Ajik sama Ibu sudah mengunci kamar, jam 7 malam, memang biasa family time berdua, memang kalau masuk kamar dikunci," ujar S saat dijumpai awak media, pasca kejadian itu.

Keesokan harinya pagi sebelum ditemukan tewas malam harinya, S sempat mengetuk pintu kamar orangtuanya, namun belum ada respons disangka masih tidur istirahat. Kemudian ia baru menaruh curiga saat dirinya kembali dari aktivitas petang harinya rumahnya dalam kondisi gelap, biasanya lampu dinyalakan.

"Karena besok paginya itu ibu tidak bangun saya agak gedor, jam 11 siang, tapi tidak ada respons. Saya kira istirahat. Saya lanjut aktivitas seperti biasa, jam 6 atau 7 sore itu saya pulang mulai curiga karena suasana gelap lampu tidak dihidupkan di dalam kamar," bebernya.

S lantas memanggil keluarga besar kemudian mencongkel pintu dengan linggis sekitar jam 9 malam lalu ditemukanlah kedua orangtuanya sudah tidak bernyawa di dalam kamar itu dalam posisi berpelukan. S mengungkapkan ada sebilah pisau di ujung kasur saat penemuan jenazah keduanya.

"Waktu ditemukan posisi Ajik sudah di bawah, sudah (bersimbah darah, Red), ibunya juga, dalam posisi berpelukan dua-duanya di bawah. Ada (pisau, Red), agak jauh di ujung kasur," bebernya.

Terkejut melihat kejadian itu, S langsung koordinasi dengan Kelian setempat untuk memproses peristiwa tersebut ke pihak berwenang. S mengatakan, mereka sempat makan malam bersama saat malam minggu dengan memasak ayam untuk santap bersama, sehingga dengan keharmonisan itu ia tak menaruh dugaan adanya perselisihan orang tuanya.

"Tidak ada perkelahian. Sebelumnya baik baik saja. Sempat makan bareng di malam minggu. Kebetulan ada acara kecil-kecilan masak ayam makan bersama," ungkapnya.

Bahkan S juga menuturkan sang ayah memiliki cinta yang begitu dalam dengan sang istri AASA (37) atau ibu S tersebut, sang ayah ingin sehidup semati dengan sang istri.

"Waktu itu mungkin gimana ya bercanda. Waktu itu Ajik mengeluarkan kata-kata mau meninggal bareng. Mungkin itu maksudnya mengungkapkan cinta sehidup semati meninggal bareng. Bukti kalau memang beneran sayang, tapi kami waktu itu suasananya bercanda gurau. Tidak menyangka seperti ini," bebernya. (ian)

Gung Balang dan Istri Meninggal Dunia Jelang Hari Raya Galungan

Kriminolog asal Bali Dr. Gde Made Swardhana, memberikan pandangan mengenai kematian Gung Balang yang ditemukan tewas bersama sang istri terkunci di dalam kamar dengan luka tusuk, pandangan yang ia berikan adalah mengenai perbedaan kasus bunuh diri dan pembunuhan.

Pasangan suami istri itu tewas di dalam kamar rumahnya dengan keadaan pintu kamar terkunci di kediaman Jalan Kebo Iwa Utara, Banjar Pugutan, Padangsambian Kaja, Denpasar Barat, Denpasar, Bali, pada Senin 23 September 2024 malam. 

Dugaan awal tewasnya pasangan suami istri tersebut diduga akibat bunuh diri, namun hal itu masih perlu pembuktian lebih lanjut melalui pemeriksaan menyeluruh hasil autopsi, olah tempat kejadian perkara (TKP) maupun keterangan saksi. 

"Bunuh diri dengan cara ditusuk senjata tajam memang mungkin terjadi, tapi perlu diselidiki polisi apakah memang bunuh diri atau dibunuh, tentu harus dibuktikan melalui pemeriksaan menyeluruh," kata Swardhana saat dikonfirmasi, pada Jumat 27 September 2024.

Kata Swardhana, apabila barang bukti pisau hanya satu maka dari beberapa kasus yang ia pelajari, biasanya terjadi aksi suami terlebih dahulu membunuh istri baru suami melakukan aksi bunuh diri. 

Berbeda halnya jika terdapat dua buah senjata tajam, maka ada kemungkinan terjadi aksi kesepakatan bunuh diri bersama pada organ vital melalui tusukan yang fatal. 

"Ketika istri dibunuh dan mati, suami itu tak punya keraguan lagi untuk bunuh diri, kalau hidup kan dia sudah bunuh istri dan bisa diproses hukum," bebernya. 

Dalam contoh kasus, bunuh diri menggunakan senjata tajam biasanya dilakukan menyasar pada bagian organ vital, seperti pada sela - sela ruas tulang rusuk yang bisa menembus ke jantung.

Dalam kasus tusukan pada bagian leher dekat dengan tulang selangka, apabila ditusuk bisa menembus kerongkongan menyebabkan hal yang fatal. 

Luka akibat tusukan ini tentu mengakibatkan pendarahan hebat, di jantung bisa mengganggu aliran darah dan oksigen pun, pada kerongkongan berpotensi pada pernapasan. 

Dalam kasus ini Gung Balang memiliki luka tusuk yang fatal di bagian dada, sementara sang istri pada lehernya. 

"Kalaupun meninggal tidak secara instan, peluang korban kehilangan nyawa sangat tinggi, karena tidak ada pertolongan cepat," bebernya. 

Akan tetapi, jika meninggal dunia secara berpelukan maka ada kemungkinan terjadi kesepakatan untuk mengakhiri hidup bersama. Diketahui, kedua jenazah ditemukan dalam kondisi berpelukan. 

"Meninggal berpelukan itu bisa saja menandakan sepakat cinta yang sehidup semati, jadi sepakat untuk meninggal bersama," ungkap dia.

Kendati demikian, pandangan ini bukanlah sebuah kesimpulan atas kasus ini, karena perlu ditelusuri apalagi mereka mengakhiri hidup menjelang Hari Raya Galungan  yang merupakan hari raya  bagi umat Hindu Bali. 

"Orang Bali kan tahu betul, kalau meninggal tidak wajar upacaranya berat, apalagi ini jelang hari raya," ujar Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Udayana Bali ini.

Kata dia, tidak menutup kemungkinan, bisa juga terjadi aksi pembunuhan karena persoalan dengan pihak-pihak lain.

Oleh sebab itu perlu dipastikan melalui pemeriksaan menyeluruh seperti riwayat chat korban, sidik jari, termasuk karakteristik luka bisa diteliti dari sana.

Menurutnya karakteristik tusukan antara bunuh diri dan pembunuhan juga bisa didalami untuk memastikan penyebab kematian. 

Semisal jika bunuh diri biasanya luka tusuk tidak sedalam pembunuhan, karena ada keraguan. 

Dan pada kasus bunuh diri cenderung dilakukan tepat pada organ vital, sedangkan pembunuhan untuk penusukan cenderung tidak terarah pada area vital karena bisa saja ada perlawanan dari korbannya.

"(Pembunnuhan,-Red). Luka yang ditimbulkan cenderung lebih dari satu dan luka itu dalam karena ada upaya menikam lebih dari satu dengan tujuan mengakhiri nyawa korbannya," beber dia. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved