Berita Bali

LEDAKAN BOM Hanya 10 Menit dari Tempat Tinggal Terapis Spa Asal Bali Luh Suarnadi, Ini Kisahnya

LEDAKAN BOM Hanya 10 Menit dari Tempat Tinggal Terapis Spa Asal Bali Luh Suarnadi, Ini Kisahnya

Kolase Tribun Bali
LEDAKAN BOM Hanya 10 Menit dari Tempat Tinggal Terapis Spa Asal Bali Luh Suarnadi, Ini Kisahnya 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Serangan Israel ke Lebanon menyisahkan trauma bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Bali, Ni Luh Suarnadi.

Ni Luh Suarnadi berasal dari Dusun Pererenan Bunut, Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng

Wanita cantik yang bekerja sebagai terapis spa ini mengaku sempat ngungsi ke mes temannya akibat situasi sekitar mencekam. 

Baca juga: 18 Orang Tewas Terpanggang di Gudang LPG Denpasar, Kini Muncul Vina Ungkap Rahasia Sukojin

Memang PMI asal Buleleng itu tidak melihat secara langsung kejadian perang di negara tersebut.

Namun suara ledakan hingga tembakan yang menderu, tak dipungkiri membuat wanita yang telah tujuh tahun bekerja di Lebanon itu ketakutan. 

"Kalau pengalaman lihat langsung ledakan tidak ada, hanya berupa suara saja.

Baca juga: JADI TONTONAN! Pengeroyokan di Jalan Raya Puputan Renon, Dianiaya, Dikejar, Lalu Dihajar Lagi

Saat itu kejadiannya pada 27 September 2024 saat hendak pulang kerja, sekitar pukul 18.20 waktu setempat.

Ketika itu saya mendengar suara ledakan," ungkap PMI tersebut saat ditemui Kamis (10/10/2024).

Selama tujuh tahun bekerja sebagai PMI di Lebanon, Suarnadi mengaku konflik ini baru pertama kali terjadi.

Suara ledakan yang didengar Suarnadi pun diakui jaraknya cukup dekat, yakni sekitar 10 menit dari lokasi tempat kerjanya yang ada di Kota Beirut, Lebanon.

Karena banyaknya ledakan tersebut, Suarnadi pun tak berani pulang ke mesnya.

Ia memilih untuk mengungsi ke rumah rekannya sesama warga Bali

"Saya terpaksa mengungsi ke rumah teman. Dia sama-sama orang Indonesia dan orang Bali juga. Kebetulan lokasi mesnya memang cenderung lebih jauh dari lokasi kejadian," imbuhnya.

Belum Ada Keinginan Merantau Lagi

Pada 1 Oktober 2024, ia memutuskan mendatangi KBRI di Beirut, Lebanon meminta untuk dipulangkan.

Pihak KBRI pun segera mengevakuasi ia bersama sejumlah PMI lainnya ke tempat aman yang jauh dari lokasi konflik. 

"Sehari kemudian proses pemulangan dimulai. Saya bersama 20 PMI lainnya diberangkatkan dari Lebanon ke Doha, Qatar melalui jalur darat," ungkapnya.

Dari 21 PMI yang ada di bus, 3 orang diantaranya merupakan warga Bali.

Satu orang dari Gianyar, dan dua orang dari Buleleng.

Yakni dirinya asal Dusun Pererenan Bunut, Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada dan seorang lagi bernama Ketut Septiani asal Desa Suwug, Kecamatan Sawan. 

"Kami naik bus yang disediakan oleh KBRI. Perjalanan dari Lebanon ke Doha membutuhkan waktu tiga hari, melewati perbatasan Suriah dan Yordania," imbuhnya.

Kata Suarnadi, ia tiba di Doha pada tanggal 6 Oktober 2024.

Kemudian selama 14 jam menempuh perjalanan udara dengan rute Doha-Jakarta, kemudian dari Jakarta diterbangkan Bali.

"Saya tiba di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali pada Selasa (8/10/2024) siang, dan tiba di Buleleng malam harinya," ucap ibu dua anak itu.

Suarnadi menambahkan, pasca kejadian ini ia mengaku belum ada keinginan untuk kembali kerja di luar negeri.

Ia memutuskan untuk istirahat sementara waktu. Kendati pihaknya tak memungkiri masa kontrak kerjanya masih sisa setahun. 

"Kalau di Lebanon kontrak kerjanya dua tahun. Ini merupakan keberangkatan saya ke tiga, sejak tahun 2017. Sebelumnya saya sempat kerja di Turki tahun 2012-2016.

Ada kemungkinan dipanggil lagi mengingat masih setahun kontrak.

Tapi kemungkinan tidak dalam waktu dekat. Sebab masih ada konflik di sana (Lebanon)," tandasnya. (mer)

 

 

 

 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved