Sulinggih Diusik Kembang Api

Anggota DPR RI Asal Bali Ini Minta PemprovTak Tinggal Diam Soal Kasus Kembang Api di Pantai Berawa

Terbaru anggota DPR RI asal Bali, I Nyoman Parta mengaku terpukul atas peristiwa yang tidak mengenakkan yang dialami umat Hindu ketika menggelar

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ady Sucipto
istimewa
Tangkapan layar kembang api meletus saat sulinggih tengau mapuja - Viral Video Kembang Api Saat Sulinggih Sedang Mapuja, Diduga di Pantai Berawa, PHDI Bali Telusuri 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR – Beredarnya video viral yang merekam kegiatan umat Hindu yang tengah menggelar ritual upacara kemudian dikejutkan oleh dentuman suara letusan kembang api terus bergulir.

Terbaru anggota DPR RI asal Bali, I Nyoman Parta mengaku terpukul atas peristiwa yang tidak mengenakkan yang dialami umat Hindu ketika menggelar upacara di Pantai Berawa, Kuta Utara, Badung, Bali.

Sosok politikus PDIP asal Gianyar, Bali tersebut meminta para pejabat di daerah untuk tidak diam.

Baca juga: Kalender Bali Besok, 17 Oktober 2024 Kamis Paing Wuku Medangsia: Hari Baik Untuk Mulai Berjualan

Nyoman Parta berharap pemerinta daerah Provinsi Bali, DPRD Bali, dan Pemerintah Kabupaten Badung juga DPRD Badung untuk berani bertindak tegas pada beach club yang menghidupkan kembang api di dekat umat yang tengah menggelar upacara keagamaan.

"Pj Gubenur jangan diam, anggota Dewan Bali jangan diam, Pj Bupati Badung, anggota Dewan Badung jangan diam," ujar Nyoman Parta emosional, Rabu 16 Oktober 2024.

Politikus yang beberapa kali menduduki kursi DPRD Gianyar dan DPRD Bali itu menilai, sikap diam pejabat daerah ini akan melemahkan posisi masyarakat Bali di rumahnya sendiri. 

Dia menegaskan bahwa Bali memang butuh aktivitas pariwisata sebagai penggerak perekonomian masyarakat Bali.

Namun ia menegaskan, aktivitas yang diharapkan ini tentunya harus menghormati adat dan budaya Bali

 Terlebih lagi, roh dari pariwisata Bali adalah tradisi, adat dan budaya masyarakat Bali yang dilestarikan oleh masyarakat dengan mendedikasikan waktu, tenaga dan ekonomi.  

Tanpa tradisi, adat dan budaya ini, Bali tidak akan menjadi magnet pariwisata dunia. 

Dia pun meminta seharusnya pemilik modal memahami hal ini. 

Jangan hanya mencari nafkah di Bali, tapi tidak menghormati sumber dari nafkah mereka. 

Karena tindakan yang terjadi di Pantai Berawa ini sudah sangat di luar batas, Parta pun meminta agar pemerintah daerah memberikan sanksi tegas untuk management beach club yang mengganggu kekhusyukan upacara yang digelar umat Hindu itu. 

"Beri teguran keras pengusahanya, bila diperlukan cabut izinnya," tandas Parta.

"Jangan semua dibiarkan terjadi, jangan semua dibolehkan di Bali, nanti kita bisa kehilangan semuanya, kita akan disepelekan jadi manusia Hindu Bali, ada pendeta lagi memuja apa tidak bisa diundur beberapa menit untuk nyalakan kembang api," ujar Parta.

Parta meminta pada semua stakeholder pariwisata di Bali, supaya menjadikan kejadian ini sebagai contoh buruk kegiatan pariwisata. 

Pihaknya berharap hal ini tidak terulang kembali. 

"Bali di kenal karena tradisi, adat dan budaya yang bernafaskan Hindu, jadi marilah hormati. Karena itu merupakan roh dari pariwisata Bali," ujarnya.

 

Baca juga: Nyoman Parta Emosional, Minta Pemprov Bali Tindak Tegas Kasus Kembang Api di Pantai Berawa

Diwartakan sebelumnya, Ida Sulinggih mapuja di bale pamiosan, Pantai Berawa, Desa Tibubeneng, Kuta Utara, Badung. Sementara krama lainnya duduk di samping kanan, kiri dan belakang sulinggih.

Warga Banjar Tegal Gundul, Desa Tibubeneng menggelar ritual Mendak Dewata-Dewati. Saat prosesi berlangsung, tiba-tiba kembang api meledak. 

Finns Beach Club berpesta. Kembang api meletus berkali-kali, menyala dengan deru ledakan di angkasa. 

Suara genta sulinggih terbenam. Meski demikian, ida tetap melanjutkan puja.

Musik keras terdengar dari arah Finns Beach Club

Dalam penggalan video yang beredar, warga yang mengikuti upacara itu tampak terdiam menatap ke arah ledakan kembang api. Sebagian ada yang kaget.

Penggalan video yang merekam jelas kejadian itu tersiar luas di jagad media sosial. 

Dulu setiap ritual yang berdampingan dengan bising pariwisata masih dianggap wajar. 

Bahkan ada yang menilai hal itu sebentuk simbiosis mutualisme. 

Namun sekarang tampaknya kebablasan. Ada batas-batas yang dilanggar, yang terasa aneh jika dibiarkan lebih-lebih atas dalih pariwisata mendukung keberlangsungan tradisi, adat dan budaya yang membalut setiap kegiatan keagamaan di Bali.  

Pesta dan ritual di Pantai Berawa dalam satu frame dikabarkan berlangsung pada Minggu 13 Oktober 2024. 

Kelian Adat Berawa, I Wayan Kumarayasa menyatakan, video yang beredar di media sosial itu memang terjadi di Pantai Berawa.

Ia pun mengaku tidak mendapat laporan ihwal pesta kembang api yang digelar oleh Finns Beach Club.  

Kata dia, pihak adat tidak pernah mengeluarkan izin terkait pesta kembang api itu.

“Kami di banjar adat, maupun di desa tidak ada mengeluarkan izin mengenai peluncuran kembang api itu. Namun yang pasti itu peluncuran kembang api dilakukan pihak Finns Beach Club yang ada di Pantai Berawa,” ucapnya.

Baca juga: Bea Cukai Bali Lakukan 1.261 Penindakan, Selamatkan Potensi Kerugian Negara Capai Rp 16 Miliar Lebih

Sebagai pemegang otoritas wilayah dalam hal ini banjar adat, ia mengaku sangat menyesalkan kejadian ini. Tapi dia tidak bisa berbuat banyak. Meski dilarang, namun izin peluncuran kembang api selalu keluar.

“Coba konfirmasi ke pihak Finns biar tahu apa itu berizin atau tidak, yang jelas kami menyayangkan dan tidak ada memberikan izin untuk meluncurkan kembang api,” demikian dia mengungkapkan.

Pesta kembang api yang digelar Finns sudah sejak lama dikeluhkan warga. Pesta tak hanya digelar saat acara tertentu, namun sering. 

Desa Adat Berawa dan Banjar Berawa yang merupakan banjar pendamping sampai melakukan rapat khusus membahas hal ini. 

Tapi tidak ada solusi karena pihak Finns selalu mendapat izin dari pihak kepolisian.

Kelian Adat Berawa, I Wayan Kumarayasa menceritakan saat itu pihak manajemen Finns Beach Club menginginkan setiap hari menggelar pesta kembang api

Pihak adat tentu keberatan dan tidak memberi izin.

“Kami sebagai pendamping, warga Banjar Berawa dan Desa Adat Berawa tidak mengizinkan setiap hari. Hanya saja kami izinkan sewaktu-waktu saja, misalkan saat ada event atau acara khusus,” ucapnya.

Namun kenyataan di lapangan, pesta kembang api selalu ada meski pihak adat tidak memberi izin. 

Ia tak berdaya karena Finns dapat izin dari polisi. 

“Meski kami tidak memberi izin, namun izin itu keluar dari aparat kepolisian. Kami di bawah tidak bisa berbuat banyak,” jelasnya.

Kata dia, saat menyampaikan keluhan warga terkait pesta kembang api yang mengganggu, Finns selalu menyodorkan izin yang diberikan polisi. 

“Meski kami mengeluhkan, kami disodorkan izin, kami tidak bisa berbuat banyak,” kata Wayan Kumarayasa

Manajemen Bicara  

Manajemen Finns Beach Club memberi klarifikasi terkait riuh pesta kembang api saat umat menggelar upacara agama. 

Melalui keterangan tertulisnya, Finns mengaku selalu menghormati adat istiadat dengan bukti memiliki lebih dari 1.500 karyawan Bali.

"Manajemen Finns bertemu dengan banjar dan perwakilan komunitas lokal sebelum upacara dan menawarkan untuk membatalkan atau menunda pertunjukan kembang api malam itu," demikian isi rilis yang diterima Tribun Bali, Selasa 15 Oktober 2024.

Finns mengaku selalu kerja sama dengan komunitas. Keputusan diambil secara kolektif melibatkan pemangku kepentingan yang relevan. 

"Perwakilan dari upacara tersebut menyarankan bahwa tidak perlu membatalkannya dan mereka senang untuk melanjutkan upacara mereka dengan cara yang positif," demikian.

Polda: Hanya Miskomunikasi

Kabid Humas Polda Bali, Kombes Pol Jansen Avitus Panjaitan belum mau bicara banyak menanggapi viralnya di media sosial tentang adanya pesta kembang api Finns Beach Club di tengah upacara adat. 

Kabarnya izin yang didapat Finns berasal dari Polda Bali

"Kami cek dulu," kata Jansen.

Beberapa saat kemudian, Polda Bali mengirim rilis kepada wartawan. 

Dalam rilis itu dijelaskan, Minggu 13 Oktober 2024 pukul 19.00 Wita, warga Banjar Tegal Gundul sedang melaksanakan Upacara Mendak Dewata-Dewati di Pantai Berawa. Saat itu ada pesta kembang api.

Polisi menyatakan, kejadian tersebut hanya miskomunikasi antara Kalian Tegal Gundul dengan manajemen Finns Beach Club

Kata polisi, manajemen tidak mengetahui terkait adanya umat Hindu sedang melaksanakan ritual. 

Namun dalam rilis Finns, manajemen sudah menemui perwakilan warga. 

"Letupan kembang api terjadi setiap hari antara pukul 18.55-19.00 Wita. Pengoperasian kembang api menggunakan sistem tombol. Izin penggunaan kembang lengkap diterbitkan oleh Ditintelkam Polda Bali. Upaya yang dilakukan mengundang untuk memberikan imbauan agar dalam kegiatan tetap memperhatikan lingkungan dan adat istiadat setempat," demikian isi rilis tersebut. (gus/zae/ian/sup)

PHDI Bali: Ini Sangat Ironis

Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali menilai pesta kembang api saat upacara agama adalah ironi. 

Ia mempertanyakan toleransi penyelenggara. Toleransi dalam hal ini, manajemen harusnya menaruh rasa hormat tinggi kepada umat yang sedang menggelar upacara. 

Tak berarti jika ada yang bilang tidak apa-apa, maka bisa disimpulkan pesta boleh digelar saat ritual berlangsung. 

"Ini sangat ironis dan sangat disayangkan. Kenapa tidak ada toleransi sedikitpun?" kata Ketua PHDI Bali, I Nyoman Kenak.

Kenak janji akan melakukan penelusuran terkait kronologi kejadian itu. Kata dia, biasanya untuk membunyikan kembang api harus ada izin. Seperti halnya di kawasan Kuta. 

Kata dia, kalau ada yang meledakkan kembang api tanpa izin maka akan dikenakan denda. 

"Kenapa tidak ditunda dulu kembang apinya kalau memang sudah ada izin untuk melepaskan kembang api? Kami akan telusuri agar tak terulang lagi," imbuhnya.

"Jangankan melepaskan kembang api saat ada upacara, hari biasa saja kalau di Kuta dari pengalaman saya kena denda. Cuma ditoleransi saat tengah malam tahun baru dan tidak boleh sembarangan juga. Ini (kejadian di Pantai Berawa) sangat mengganggu kekhusyukan upacara. Kedua bisa saja sulinggih mengalami hal yang tidak diinginkan karena terkejut, apalagi beliau sudah lingsir," demikian paparnya. (gus/zae/ian/sup)

>>> Baca berita terkait <<< 

 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved