Berita Bali

RAMAI Wacana 'Wisata Halal' Luh Puspa Sebut Komit Bali Tetap Pariwisata Budaya, Ini Klarifikasinya!

Rencana pariwisata halal yang akan digagas oleh Kementerian Pariwisata menuai berbagai tanggapan.

Instagram Ni Luh Puspa
Luh Puspa komit Bali akan terapkan pariwisata budaya. 

TRIBUN-BALI.COM  - Rencana pariwisata halal yang akan digagas oleh Kementerian Pariwisata menuai berbagai tanggapan. Terlebih jika wisata halal ini akan diterapkan di Bali, berbagai penolakan pun muncul.

Wakil Menteri Pariwisata, Ni Luh Enik Ermawati atau yang akrab disapa Ni Luh Puspa disebut berbicara kemungkinan kebijakan wisata halal diterapkan di Bali. Luh Puspa menegaskan, pernyataannya soal wisata halal dikutip dengan tidak lengkap.

Ia pun minta maaf atas kegaduhan ini. Ni Luh Puspa menjelaskan, Bali akan tetap menjadi destinasi pariwisata unggulan berbasis budaya, keagungan alam, dan keramahan masyarakat.

“Sudah semestinya kearifan lokal dan kekayaan budaya Bali harus tetap dijaga bersama untuk menjadi penarik bagi wisatawan untuk datang. Membangun Bali menjadi rumah bersama yang lestari dan inklusif bagi semua golongan,” tulis Ni Luh Puspa dikutip dari Instagram pribadinya, Minggu (3/11).

Puspa menjelaskan, sebagai Wakil Menteri Pariwisata Kabinet Merah Putih, ada tanggung jawab untuk mendukung arah pembangunan Asta Cita Presiden Prabowo. Kata dia, ia ingin memajukan pariwisata Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan yang muaranya adalah kesejahteraan rakyat.

Baca juga: 6 FAKTA Presiden Prabowo ke Bali & Makan Bareng Paslon Usungan KIM di Pilkada 2024, Bentuk Dukungan?

Baca juga: Singgung Korupsi Saat Kunjungan ke Bali, Prabowo Heran Ingin Berantas Korupsi Malah Ditertawakan

Rencana pariwisata halal yang akan digagas oleh Kementerian Pariwisata menuai berbagai tanggapan. Terlebih jika wisata halal ini akan diterapkan di Bali, berbagai penolakan pun muncul.
Rencana pariwisata halal yang akan digagas oleh Kementerian Pariwisata menuai berbagai tanggapan. Terlebih jika wisata halal ini akan diterapkan di Bali, berbagai penolakan pun muncul. (Tribun Bali/Arini Valentya Chusni)

“Atas isu yang sedang ramai terjadi, saya menghaturkan maaf kepada para pihak yang kurang berkenan dan akan saya jadikan motivasi untuk bekerja lebih keras lagi untuk bangsa dan negara ini,” kata dia.

Ni Luh Puspa mengucapkan terima kasih atas kritik dan masukan sekaligus mengajak seluruh pihak di sektor pariwisata untuk bersama-sama dan bergandengan tangan membangun pariwisata Indonesia.

“Saya sudah jelaskan saat ini kami masih fokus dalam penataan organisasi, mengevaluasi program kerja yang telah dilaksanakan pada periode sebelumnya, dan memfinalisasi program kerja kedepan agar selaras dengan RPJMN dan arahan dari Bapak Presiden dan Wakil Presiden,” ucapnya.

Nantinya dalam proses tersebut, Kata Ni Luh Puspa ia membutuhkan masukan dari para stakeholder pentahelix. Saat ini, kata Ni Luh Puspa ia dan Menteri Pariwisata berfokus pada quick wins.

Setelah evaluasi dan konsolidasi, baru akan diputuskan mana yang akan menjadi program unggulan pariwisata. “Terkhusus Bali, saya secara pribadi dan kementerian komit, wisata berbasis budaya yang terus dikembangkan, karena itulah kekuatan Bali,” katanya.

Semenyara itu, Ketua Bali Tourism Board (BTB), Ida Bagus Agung Partha Adnyana alias Gus Agung mengatakan pembahasan mengenai wisata halal di Bali perlu disikapi dengan cermat. Ia tegaskan, karakteristik Bali sebagai destinasi wisata berbasis budaya Hindu yang unik dan telah mendunia.

“Bali sudah memiliki citra yang kuat sebagai destinasi dengan keragaman budaya dan toleransi yang tinggi, sehingga penting bagi kita untuk menjaga keseimbangan antara inovasi layanan wisata dan penghormatan terhadap nilai-nilai lokal,” kata Gus Agung.

Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Ida Bagus Agung Partha Adnyana tanggapi polemik wisata halal di Bali.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Ida Bagus Agung Partha Adnyana tanggapi polemik wisata halal di Bali. (Tribun Bali/Wahyuni Sari)

Ia bilang, wisata halal dapat menjadi peluang positif untuk memperluas segmen pasar wisatawan, khususnya dari negara dengan mayoritas Muslim, yang membutuhkan fasilitas halal seperti makanan, akomodasi, dan tempat ibadah.

“Namun dalam konteks Bali, pendekatannya perlu dilakukan dengan hati-hati, menjaga agar pengembangan fasilitas halal ini tetap menghargai budaya lokal dan tidak mengubah identitas Bali yang sudah dikenal dunia,” imbuhnya.

Gus Agung mengatakan, apabila wisata halal akan dilanjutkan di Bali, sebaiknya dikemas sebagai fasilitas tambahan tanpa mengubah konsep utama pariwisata Bali. Dengan pendekatan ini, Bali tetap dapat menarik wisatawan dari berbagai segmen tanpa mengabaikan keunikan dan kearifan lokalnya.

“Intinya, keseimbangan antara inovasi pariwisata halal dan pelestarian budaya Bali sangat penting agar semua pihak merasa dihargai dan keberagaman Bali tetap terjaga sebagai daya tarik utamanya,” jelas dia. (sar)

 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved