Berita Nasional
Refleksi Sistem Pendidikan: Membentuk Karakter Anak Bangsa Berakhlak dan Berbudi Luhur
Refleksi Sistem Pendidikan: Membentuk Karakter Anak Bangsa Berakhlak dan Berbudi Luhur
Menurut penulis, seorang guru atau pendidik pada semua level pendidikan harus berpikir, berperasaan dan bersikap seperti juru tani. Dimana dalam menggarap tanah disesuaikan dengan karakteristik tanah tersebut untuk ditanami.
Demikian juga terhadap siswa, guru tidak bisa merubah karakter dari siswa, akan tetapi hanya bisa memperbaiki dan memperindah harmoninya.
Tut Wuri Handayani bahwa guru memberikan dorongan dan semangat kepada siswa. Ing Ngarso Sung Tulada bahwa guru dan di depan siswa harus memberikan contoh teladan yang baik.
Ing Madya Mangun Karsa bahwa guru harus membangun motivasi, memberikan semangat kepada siswa agar menjadi lebih baik untuk nanti mendarmabaktikan kepada keluarga dan bangsanya. yang terjadi saat ini sistem belajar mengajar sudah terjebak pada dogma, aturan baku standarisasi , dimana siswa maupun mahasiswa harus digiring pada teory teory tertentu dalam penelitian nya, dimana betakibat kebebasan berpikir berekpresi lewat tulisan yang merupakan bagian dari seni terpasung , dimana kasus riil dalam dunia nyata yang terjadi di masyarakat, sangat sulit sebenarnya untuk diaktualisasikan lewar teory teory tertentu, mengapa tidak diberikan kebebasan berpikir agar siswa maupun mahasiswa mampu melakukan penjelajahan pola pikir secara bebas untuk menemukan ide dan hal hal baru dalam dunia akademik dan pendidikan nya. Ini yang harus dipikirkan bersama.
Selain penggunaan teknologi digital, kita tentu miris dengan 'perubahan' sistem pendidikan yang dalam prakteknya menjejali siswa dengan pelajaran matematika, logaritma hingga bahasa asing.
Pelajaran yang merupakan porsi bagi siswa jenjang menengah atas dan level lebih tinggi.
Sementara sistem pendidikan kita dalam proses belajar mengajar mengadopsi sistem pendidikan di Eropa, anak usia dini sudah dijejali matematika, logaritma, bahasa asing, yang merupakan pelajaran berat, porsi pendidikan menengah atas dan pada level yang lebih tinggi.
Sementara beberapa mata pelajaran budi pekerti, cinta tanah air, penghormatan terhadap guru, sopan santun, bahasa daerah serta sejarah bangsa justru dihapus. Mata pelajaran ini seharusnya tetap melekat pada usia dini karena dasar dari pada membentuk karakter anak dan manusia seutuhnya dikemudian hari.
Di Jepang yang merupakan negara maju dan negara industri, sistem pendidikannya, di usia dini, kelas I - kelas III sekolah dasar, hanya diajarkan ekstra Kulikuler bidang olahraga untuk membentuk tubuh yang sehat, serta diajarkan khusus pendidikan budi pekerti, sopan santun, sosialisasi sesama teman dan bersih terhadap lingkungan serta menghormati guru, orang tua, dan cinta budaya tanah air.
Proses belajar tingkat dasar pada kelas I hingga kelas IV, tidak ada ujian seperti di negara kita, akan tetapi guru memantau karakter dan cara bersosialisasi dalam pergaulan, sopan santunnya terhadap orang yang lebih tua, dan guru.
Dengan sistem pendidikan tersebut apakah Jepang menjadi negara terbelakang? Oh tidak, Jepang tetap sebagai negara industri maju, negara kampiun industri mobil, digital, elektronik, dan sumber keuangan dunia.
Berikan kepada siswa di semua strata pendidikan, kebebasan untuk berekpresi dalam berpikir agar menemukan ide - ide baru, terobosan baru, tanpa dikukung oleh aturan dogma, tata cara dan juklak. Peran guru dan Dosen hanya sebatas juru tani, yakni mengolah memilih tanaman sesuai tekstur kondisi tanah.
Memberikan bimbingan, memberi contoh, memberi semangat dan memberi dorongan. Itulah sebenarnya arti semboyan "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani.
Penulis ingat saat kecil di tahun 70-an, dengan sistem pendidikan lama, diajarkan tata cara menulis huruf latin halus, menulis huruf honocoroko yang merupakan bagian dari sejarah bangsa ini, diajarkan sopan santun, unggah ungguh, hormat terhadap guru serta orang yang lebih tua dan orang tua. Begitu kerasnya seorang guru mengajarkan disiplin terhadap muridnya agar menjadi manusia yang berakhlak, bertanggung jawab serta berbudi luhur.
Jaman itu guru sangat dihormati, bandingkan jaman reformasi sekarang, guru dianggap teman. Apabila ada guru menghukum muridnya disekolah, yang ada guru dilaporkan polisi oleh orang tua murid karena semena – mena.
Wamen Kebudayaan Sebut Pemerintah Pantau Sound Horeg: Budaya Harusnya Membawa Kebahagiaan |
![]() |
---|
MAUT Acara Makan Gratis! 3 Orang Tewas, Rangkaian Pernikahan Anak Kang Dedi, 1 Korban Anak 8 Tahun |
![]() |
---|
Tak Hanya Kalangan Artis, Kepala BNN RI Larang Petugas Proses Hukum Pengguna Narkoba |
![]() |
---|
BNN RI Ungkap Bahwa Penggunaan Ganja Medis Sedang Diteliti, Tekankan Pengaturan Bukan Legalisasi |
![]() |
---|
Capaian Nyata BPJS Kesehatan, Bukti Pemerataan Layanan JKN Hingga Ke Pedalaman |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.