Berita Nasional
Refleksi Sistem Pendidikan: Membentuk Karakter Anak Bangsa Berakhlak dan Berbudi Luhur
Refleksi Sistem Pendidikan: Membentuk Karakter Anak Bangsa Berakhlak dan Berbudi Luhur
Disinilah telah tejadi pergeseran nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta bermasyarakat yang menafsirkan sesuai nilai nilai Pancasila dan ajaran bapak taman siswa. Tut Wuri Handayani, ing Karso sun tulodo, tidak lagi terdengar diajarkan di bangku sekolah oleh guru - guru kita, bahkan lebih berorientasi pada pendidikan yang menguntungkan secara finalcial (Education Bisnis) sehingga jangan kaget begitu mahal biaya pendidikan saat ini yang harus ditanggung masyarakat.
Dengan pembelajaran sopan santun, tata krama, sosialisasi cara bergaul yang dilakukan sejak usia dini tentu setidaknya akan melekat pola pikir anak sejak usia dini, sehingga menjadi pribadi yang luhur, jujur dan penuh toleransi terhadap sesama.
Bahkan sekarang kabarnya ditingkat perguruan tinggi, rencananya akan menghilangkan mata kuliah Pancasila di semester pertama pada beberapa universitas baik negeri maupun swasta. Hal ini berbanding terbalik dengan masa pemerintahan Orde Baru yang mengajarkan nilai nilai Pancasila lewat program Eka Prasetya Panca Karsa, untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat, pejabat, kaum pendidik agar bisa memberikan suri tauladan kepada masyarakat yang dipimpinnya dan diajarnya tentang apa itu makna dan nilai - nilai dari Pancasila.
Saat ini, eranya digitalisasi menggunakan teknologi, seolah - olah tidak ada lagi batas negara. Hampir semua anak bangsa menggunakan internet, listrik, bahkan masa pandemi covid, dilakukan lockdown, dirumahkan.
Memaksa masyarakat dan sistem belajar mengajar menggunakan Zoom di internet. Belum lagi sistem perbankan, bahkan mobil juga bertenaga listrik, yang tentu itu semua bermuara pada sistem kontrol, bermuara pada Cip yang diciptakan berdasarkan teknologi canggih.
Tidak semua negara mampu menguasai dan membuatnya, jadi seolah olah kita digiring pada suatu kondisi tertentu secara bersamaan dan merata.
Apakah kita pernah membayangkan secara imajinatif saja, pada suatu ketiga terjadi Shotdwon (Mati seluruh sistem dan komputerisasi) sedang sistem yang dibangun menggunakan teknologi yang belum sepenuhnya kita kuasai ?
Harus belajar dari kasus negara Estonia, saat Shootdwon seluruh operasi perbankan dan operasional internet mati, yang berakibat seluruh jaringan mati, sehingga Estonia saat itu mengalami kelumpuhan total.
Teknologi seolah membuat kita bangga dan hebat, padahal sebetulnya membuat diri kita semakin bodoh karena dikuasai oleh sistem teknologi tersebut. Kita tidak bisa berbuat banyak kecuali ikut arus sistem tersebut. Contohnya, internet pakai pulsa, token listrik, tarik tunai uang dalam perbankan, tranfer, telpon dan sebagainya.
Mau tidak mau kita dipaksa untuk ikuti sistem dunia tersebut, yang pada titik tertentu bukan tidak mungkin jikalau terjadi turbulensi dalam sistem, berakibat mati total dan lumpuh pada semua sektor.
Bahwa suatu sistem yang dirancang dan diciptakan salah akan membuat orang baik akan terseret dalam turbulensi lingkungan menjadi orang jelek dalam kapasitasnya sebagai warga negara. Tapi dengan sistem yang baik, orang yang jelek secara mens rea (niat jahat) akan terkikis dan ikut terseret menjadi baik karena sistem yang bagus.
Sistem Pendidikan akan berdampak di semua sendi kehidupan masyarakat. Seperti dalam kehidupan berpolitik, setiap hari dipertontonkan dengan hujatan karena pilihan berbeda.
Bahkan terjadi Carok di Sampang Madura gara - gara pilihan dalam Pilkada berbeda. Terjadi politik identitas menyangkut keagamaan dalam pilkada, yang menggiring masyarakat pada potensi perpecahan antar umat beragama.
Masyarakat digiring pada opini dikaitkan dengan keagamaan, bahkan surga dan neraka. Hal ini akibat dari adanya kebebasan yang tidak dibarengi dengan rasa tanggung jawab akibat dari pada dirubahnya sistem ketatanegaraan, dimana Hukum dasar kita yakni UUD 1945 telah diamandemen hingga empat kali.
Merubah format dari sistem perwakilan menjadi sistem pemilihan langsung, menggunakan proporsional terbuka dalam sistem pemilihan dalam partai politik.
Wamen Kebudayaan Sebut Pemerintah Pantau Sound Horeg: Budaya Harusnya Membawa Kebahagiaan |
![]() |
---|
MAUT Acara Makan Gratis! 3 Orang Tewas, Rangkaian Pernikahan Anak Kang Dedi, 1 Korban Anak 8 Tahun |
![]() |
---|
Tak Hanya Kalangan Artis, Kepala BNN RI Larang Petugas Proses Hukum Pengguna Narkoba |
![]() |
---|
BNN RI Ungkap Bahwa Penggunaan Ganja Medis Sedang Diteliti, Tekankan Pengaturan Bukan Legalisasi |
![]() |
---|
Capaian Nyata BPJS Kesehatan, Bukti Pemerataan Layanan JKN Hingga Ke Pedalaman |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.