Budaya
Malam Siwaratri Digelar di Candi Prambanan, Ari Dwipayana Ungkap Tempat Suci untuk Pemujaan Siwa
Mantan Koordinator Staf Khusus Presiden Jokowi, Ari Dwipayana yang menjadi salah satu pembicara mengatakan, acara ini merupakan inisiatif dari tim ker
Penulis: Putu Supartika | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM - Pada perayaan malam Siwaratri, Senin, 27 Januari 2025 di Candi Prambanan digelar acara Malam Sastra Siwa Ratri.
Acara yang digelar secara terbuka ini menghadirkan banyak narasumber atau pembicara dari berbagai kalangan. Sebagai opening speaker adalah Wakil Menteri Agama, Muhammad Syafii, keynote speaker Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa, dan speaker adalah Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Isyana Bagoes Oka.
Pembicara dalam acara ini yakni Ketua Umum PHDI Pusat, Wisnu Bawa Tenaya, Dirjen Bimas Hindu I Nengah Duija, tokoh Hindu AAGN Ari Dwipayana, budayawan Sugi Lanus, GM Prambanan dan Ratu Boko Ratno Timur, Kepala BPK Wilayah X Manggar Sari Ayuati, dan Ketua Tim Kerja Prambanan I Nyoman Ariawan Atmaja.
Mantan Koordinator Staf Khusus Presiden Jokowi, Ari Dwipayana yang menjadi salah satu pembicara mengatakan, acara ini merupakan inisiatif dari tim kerja Candi Prambanan bekerjasama dengan Kementerian Agama hingga Dirjen Bimas Hindu. Malam Sastra Siwaratri yang digelar di Candi Prambanan ini baginya adalah momen yang sangat spesial.
Baca juga: WNA Terjun ke Jurang di Wilayah Tabanan, Hendak Hindari Jalan Berlubang
Baca juga: PETAKA Jalan Berlubang! 2 Motor Tabrakan di Jalur Tengkorak, 7 Kecelakaan di Bypass IB Mantra

Hal ini dikarenakan Candi Prambanan merupakan Siwa Grha atau rumah pemujaan Siwa. “Di kompleks ini, candi utama adalah candi Siwa, tempat pemujaan dan pemuliaan kepada Dewa Siwa. Dari sisi arsitektur juga lengkap dan ada arca seperti arca Nandini, Durga Mahesasura, Ganesha, maupun arca Rsi Agastya,” paparnya saat diwawancarai, Senin (27/1).
Ia menambahkan, di Bali, Siwa Grha berbentuk Pura Kahyangan Desa dan Kahyangan Jagad. Di Kahyangan Desa atau Kahyangan Tiga, Siwa-Durga dipuja di Pura Dalem, sedangkan di Kahyangan Jagad, Siwa dipuja dalam berbagai manifestasi Siwa-Pasupati, Siwa-Giripati dan lainnya.
“Kenapa diselenggarakan di Siwa Grha Candi Prambanan? Candi Prambanan disebut sebagai Siwa Grha. Siwa Grha adalah istilah dalam tradisi Hindu yang merujuk pada tempat suci yang didedikasikan untuk pemujaan Dewa Siwa,” imbuhnya.
Selain dari dimensi spiritual, candi ini juga bentuk peradaban teknologi tinggi di masa lalu yang luar biasa. “Bisa dijadikan tempat melihat dan mengapresiasi kemampuan leluhur membangun pemujaan yang sangat indah,” paparnya.
Di dalam candi juga ada relief cerita Ramayana, juga kalpataru atau pohon abadi, dan Siwanataraja. Dan dari Siwanataraja lahir banyak seni tari, sehingga candi ini juga sebagai tempat untuk apresiasi seni tari. Dalam kebudayaan Nusantara, perayaan Siwa Ratri yang berarti malam Dewa Siwa dilaksanakan pada purwani Tilem Kapitu atau panglong ke 14.
Perayaan ini merujuk pada kisah Lubdaka dalam Kakawin Siwaratri Kalpa gubahan Mpu Tanakung. Cerita ini mengisahkan perjalanan spiritual seorang pemburu bernama Lubdaka. “Lubdaka seorang pemburu Satwa, yang bisa diartikan menjadi pemburu satwam yang juga berkaitan dengan Tri Guna yakni Satwam, Rajas dan Tamas,” jelasnya.
Yang diburu atau dibunuh menurutnya adalah binatang yang melambangkan karakter rajas seperti harimau, dan tamas seperti babi hutan. Dan saat ini juga merupakan malam yang paling gelap atau disebut Peteng Pitu atau tujuh hal yang menyebabkan kegelapan.
Selain itu, Lubdaka juga melakukan ritual jagra atau berkesadaran, tidak tidur serta monabrata hingga upawasa. “Jagra dilakukan untuk membangun kesadaran diri di dalam kegelapan untuk mencari Satwika. Kesadaran diperoleh dengan bratha dan pengetahuan,” paparnya.
Sehingga bukan tidak tidur saja, melainkan membangun kesadaran melalui pengetahuan. Menurutnya, selain di Nusantara, tradisi Siwaratri juga dilaksanakan umat Hindu di India. Di India, Siwa Ratri dikenal sebagai Maha Shivaratri yang berarti “Malam Agung Siwa.” Festival ini dirayakan setiap tahun pada malam bulan baru (amavasya) di bulan Phalguna (Februari-Maret) menurut kalender Hindu. (I putu supartika)
Putu Intan Senang Suarakan Toleransi, VOPI Luncurkan Interfaith Golden Rule Youth Conference Bali |
![]() |
---|
400 Umat Ikuti Ritual Ciswak, Perayaan Cap Go Meh di Seng Hong Bio, Ini Maksud dan Tujuannya |
![]() |
---|
Kongres Kebudayaan Bali IV, Ini Program Pemajuan dan Penguatan Kebudayaan 5 Tahun ke Depan |
![]() |
---|
12 Sekaa Ikuti Parade Gong Kebyar Wanita & Anak di Denpasar, Peserta Dapat Uang Pembinaan Rp35 Juta |
![]() |
---|
AKHIRNYA! Umat Hindu Tak Perlu Bayar Lagi Sembahyang ke Alas Purwo Banyuwangi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.