Berita Denpasar
KPAD Buka Suara Terkait Aksi Pengeroyokan Geng Motor Remaja di Denpasar
Aksi kriminalitas geng motor kembali terjadi di Kota Denpasar pada Senin dini hari 27 Januari 2025 kemarin.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
KPAD Buka Suara Terkait Aksi Pengeroyokan Geng Motor Remaja di Denpasar
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Aksi kriminalitas geng motor kembali terjadi di Kota Denpasar pada Senin dini hari 27 Januari 2025 kemarin.
Diduga komplotan geng motor masih remaja tersebut melakukan pengeroyokan hingga babak belur.
Baca juga: MIRIS! Pelaku Pengeroyokan Ibu Hamil di Jimbaran Bali Tak Ditahan, Korban Mesadu ke DPD Bali
Ketika dikonfirmasi, Anggota Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Made Ariasa mengatakan anak-anak sampai berbuat tindakan yang membahayakan karena lemahnya perhatian dari orang tua untuk mengasuh dan mendidik di luar jam sekolah.
“KPAD sangat prihatin kesadaran beberapa orangtua di Bali. Terjadinya kembali kasus kekerasan terduga pelaku anak-anak akibat kurang aktivitas dan kesibukan positif dan kontruktif pada diri anak-anak di luar kegiatan sekolah terlebih saat libut seperti banyak ada libur bersama akhir-akhir ini dan bisa berpotensi ke depannya,” jelasnya pada, Selasa 28 Januari 2025.
Baca juga: TRAGEDI Pengeroyokan Santri di Banyuwangi Oleh Seniornya, Sempat Koma & Alami Luka Sekujur Tubuh!
Menurut Komisioner Bidang Pemenuhan Hak Anak untuk Pendidikan, Pengisian, Waktu Luang dan Kegiatan Budaya KPAD Provinsi Bali ini menyatakan, pendidikan formal di sekolah sudah banyak menyediakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler maupun kokurikuler, tetapi akibat kurangnya pengawasan, anak-anak menjadi bolos dan tidak disiplin.
Kurangnya pengawasan itu membuat kurang berkarakter dan kesadaran tanggung jawab disiplinnya jadi tidak tumbuh dengan benar dan baik.
Baca juga: SOK JAGOAN 3 Mobil Hadang Korban di Jembrana, Lalu Terjadi Pengeroyokan, CCTV Viral
“Akibatnya mereka malah buat ekstra di luar sekolah dalam bentuk kegiatan yang tidak terarah lebih pada mencari jati diri dan pengakuan diri,” paparnya.
Dari hasil pengamatan Ariasa selama ini, kenakalan remaja dikarenakan alasan klasik yakni orang tua merasa sudah tidak mampu mengurus anak sehingga tidak bisa diarahkan.
Baik di dalam tugas sekolah maupun pergaulan.
Baca juga: Dua Pelaku Pengeroyokan Sopir Truk di Jembrana Ditangkap, Kesal karena Mobilnya Disalip Truk
Kurang aktivitas positif ini yang pertama dan utama karena fator orangtua yang dengan alasan kesibukan mencari kehidupan dan lainnya sehingga anak-anak dibiarkan tanpa ada bimbingan dan pengawasan.
“Akibatnya bisa jadi lingkungan yang mendidiknya lebih lanjut dari lingkungan pergaulan fisik sosial maupun media sosial,” bebernya.
Lebih jauh Ariasa membeberkan, faktor anak-anak berbuat kriminal tidak hanya soal pengawasan orang tua, tapi adanya potensi kegiatan yang negatif karena hari libur.
Mereka tidak ada kesadaran kuat untuk membuat kegiatan dan pergaulan yang mandiri serta yang positif.
“Seperti pengalaman kasus geng Bajing Kid yang terlibat diberikan ruang berkegiatan yang jelas sesuai dengan bakat dan minat mereka, didukung perhatian dan pengawasan pihak orang tua dan sekolah serta masyarakat,” jelasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.