Berita Denpasar

Pemkot Denpasar Lakukan Beragam Upaya Turunkan Angka Stunting

Dinas Kesehatan Kota Denpasar telah menjalankan berbagai program yang mencakup intervensi spesifik dan sensitif. 

istimewa
Pemkot Denpasar Lakukan Beragam Upaya Turunkan Angka Stunting 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pemkot Denpasar terus melakukan berbagai upaya untuk menurunkan angka stunting di Kota Denpasar, Bali

Stunting ini menjadi perhatian utama, mengingat dampaknya yang serius terhadap tumbuh kembang anak, baik dari segi fisik maupun kecerdasan. 

Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar, dr. Anak Agung Ayu Agung Candrawati, menegaskan berbagai program telah dirancang untuk tidak hanya menargetkan balita yang mengalami stunting, tetapi juga balita dengan risiko gizi buruk agar tidak jatuh ke dalam kondisi tersebut.

Dalam upaya menangani stunting, Dinas Kesehatan Kota Denpasar telah menjalankan berbagai program yang mencakup intervensi spesifik dan sensitif. 

Baca juga: Terkait Inpres Efisiensi, Pemkot Denpasar Tunggu Juknis dan Dilakukan pada APBD Perubahan

"Kami mengedukasi ibu hamil agar rutin mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) guna mencegah anemia dan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah. Selain itu, remaja putri juga diberikan edukasi serta skrining anemia untuk memastikan mereka mendapatkan asupan zat besi yang cukup sejak dini," kata Agung Candrawati.

Untuk anak usia 6-23 bulan, juga diberikan pendampingan pemberian MP-ASI yang sesuai dengan kebutuhan gizi mereka. 

Program ini dilaksanakan melalui kelas ibu balita dan pemantauan di posyandu. 

Sementara itu, balita dengan kondisi gizi buruk mendapatkan layanan tata laksana khusus, termasuk pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal serta intervensi medis yang diperlukan.

Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita menjadi agenda rutin melalui posyandu dan pembinaan kader kesehatan di setiap wilayah. 

Imunisasi dasar juga diberikan secara lengkap guna memastikan daya tahan tubuh anak tetap optimal. 

"Selain itu, ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK) mendapat tambahan gizi selama 120 hari untuk memastikan kesehatan ibu dan bayi tetap terjaga," paparnya.

Kampanye ASI eksklusif juga digencarkan melalui Gerakan Ibu Hamil Sehat, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para ibu akan pentingnya pemberian ASI dalam enam bulan pertama kehidupan bayi. 

Selain itu, Dinas Kesehatan juga mendukung program Desa Bebas Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dengan melakukan verifikasi terhadap penerapan lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Menurut dr. Candrawati, keberhasilan program penanganan stunting tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga memerlukan keterlibatan aktif dari masyarakat. 

"Kami mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berperan aktif dalam mendukung program kesehatan, terutama dalam pemantauan tumbuh kembang anak dan peningkatan pola makan sehat di keluarga," ujarnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved