Berita Bali

Patung Mother & Child Karya Pematung Bali Ketut Putrayasa Mejeng di Singapura

Karya seniman Bali asal Badung, Ketut Putrayasa kini mejeng di Singapura. Karya tersebut berupa patung berjudul "Mother & Child" dan berdiri megah di

Dokumen Pribadi
PATUNG - Patung berjudul Mother & Child karya Ketut Putrayasa dipasang di Mandai Wildlife Singapura 

Patung Mother & Child Karya Pematung Bali Ketut Putrayasa Mejeng di Singapura

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Karya seniman Bali asal Badung, Ketut Putrayasa kini mejeng di Singapura.

Karya tersebut berupa patung berjudul "Mother & Child" dan berdiri megah di Mandai Wildlife Singapura

"Patung ini memiliki diameter 5 meter dan tinggi 3 meter," kata Putrayasa, Senin, 24 Februari 2025.

Baca juga: 3 Lokasi Perayaan Malam Pergantian Tahun Baru di Bali: Pantai Mertasari, Patung GWK Hingga Gianyar

Patung ini menggambarkan Trenggiling Sunda yang meringkuk dengan anaknya.

Dan ini adalah sebuah metafora tentang perlindungan dan kehangatan keibuan.

Ia menambahkan, patung ini terbuat dari bahan kuningan dengan kerangka stainless.

Baca juga: 4 ODCB di Denpasar Ditetapkan Jadi Cagar Budaya, Jam Lonceng hingga Patung Catur Muka

Patung ini menghadirkan perpaduan antara kekokohan dan kelenturan. 

Sisik-sisiknya yang bertumpang-tindih menciptakan ilusi gerak, sementara warna kuningan menambahkan nuansa hangat. 

Tatang B.Sp, seorang pelukis dan pengamat seni yang tinggal di Denpasar, menyoroti bahwa setiap karya patung yang hadir di ruang publik harus memiliki raison d'etre atau alasan kehadiran yang jelas.

Baca juga: Jelang Hari Kemerdekaan, Dinas PUPR Gianyar Pasang 50 Bendera di Taman Pahlawan Patung Kapten Dipta

 Namun baginya, patung "Mother & Child" bukan sekadar representasi artistik, melainkan sebuah bentuk edukasi dan pengingat akan pentingnya perlindungan Trenggiling Sunda. 

"Patung ini membawa pesan konservasi yang kuat, mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap satwa yang semakin langka ini," ujarnya.

Trenggiling Sunda (Manis javanica) adalah mamalia unik yang tersebar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Singapura, dan Malaysia. 

Baca juga: Patung Kapten Dipta di Gianyar Terlupakan, Tak Satupun Bendera Terpasang 

Keberadaannya kini terancam akibat deforestasi dan perdagangan ilegal, sehingga masuk dalam daftar spesies yang dilindungi oleh IUCN sejak 2016. 

Menurut Tatang B.Sp, seni memiliki peran besar dalam membentuk kesadaran kolektif. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved