Berita Denpasar

Kadisbud Bali Minta Pemkot Denpasar Larang Penggunaan Sound Sistem Saat Pengerupukan 

Kadisbud Bali Minta Pemkot Denpasar Larang Penggunaan Sound Sistem Saat Pengerupukan 

Tribun Bali/Putu Supartika
Viral Sound System di Denpasar, Jika Ngotot Ikut Malam Pengerupukan, Ini Ancaman Polisi 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Penggunaan sound system pada pawai ogoh-ogoh diharapkan tidak ditemukan lagi dikawasan Catur Muka Denpasar.

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.Skar., M. Hum, meminta kepada pengarak ogoh-ogoh agar tak menggunakan sound system saat pawai ogoh-ogoh

“Nggak perlu lah (pakai sound sistem) ini kan kegiatan kebudayaan Bali, meskipun itu kreativitas tapi kan dia lahirnya dari kebudayaan Bali dari malam pengerupukan itu, jadi istilahnya setelah tawur kita melakukan malam kalau dalam mitologinya itu kan biar para setan, jin, dedemit itu tidak mengganggu,” jelasnya pada, Jumat 28 Maret 2025. 

Baca juga: PETAKA Meja Rias Mama Muda di Blahbatuh Gianyar, Ni Luh Bermain Tanpa Sepengetahuan Suami

Lebih lanjutnya ia mengatakan untuk menetralisir keberadaan setan, jin dan dedemit dengan cara bunyi-bunyian namun karena kemasannya budaya Bali maka diminta jangan menggunakan sound sistem terlebih menyalakan musiknya DJ, rock dan sebagainya.

“Itu sudah di luar kebudayaan bali bukan kebudayaan Bali, jadi disarankan pakai gamelan supaya connect dia dengan ogoh-ogohnya ditarikan,” imbuhnya. 

Baca juga: BONCENG TIGA 2 Pria dan 1 Wanita di Simpang Tohpati Denpasar Berakhir Kecelakaan Maut

Pengaturan pelarangan penggunaan sound sistem diakui Prof Sugiartha paling susah diatur di Kota Denpasar. Kalau di Kabupaten lain relatif wajar, tidak ada pakai sound sistem semua menggunakan baleganjur, jadi tidak perlu diatur lebih detail. 

 


“Kalau di Denpasar itu memang mengacaukan malahan ada yang tidak terdaftar dia masuk ke area Catur Muka. Lebih banyak mengacaunya daripada euforia, makanya Pemkot mengeluarkan Perda, Edaran saja tidak cukup,” bebernya. 

 


Meskipun yang diputar di sound sistem merupakan musik baleganjur Bali menurutnya tetap saja tidak elok. 

 


“Yang namanya kita antara pertunjukan dengab live musik itu kan kita menjadi satu kesatuan. Kenapa nggak digabung saja kalau nggak ada penabuh gabung bikin sama-sama. Jadi kita dorong lah, karena alasannya biasanya nggak ada penabuh, tapi kalau banjar nggak mungkin nggak ada penabuh pasti ada,” tutupnya.

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved