Berita Bali
Viral Jadi Backsound Velocity di TikTok, Garapan Margadarshakah Banjar Pitik Bali Pernah Raih Juara
Ide garapan itu menurutnya muncul secara spontan dan gending yang dihasilkan juga terinspirasi oleh musik Dj.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Belakangan ini muncul tren velocity di platform TikTok yang membuat pengguna ikut Fomo.
Tren video ini menggunakan backsound musik, dan salah satunya adalah gambelan baleganjur Bali berjudul Margadarshakah.
Margadarshakah merupakan garapan pemuda Banjar Pitik, Pedungan, Denpasar, Bali.
Dengan tren velocity ini, garapan Margadarshakah pun kini menjadi viral di TikTok.
Baca juga: GERAM! Artis Jennifer Coppen Laporkan Pemilik Akun TikTok ke Polda Bali, Dugaan Pencemaran Nama Baik
Menurut salah satu Komposer, Putu Gede Bramasta Yoga S.Sn yang juga anggota Sekaa Gong Gita Swara Dharma Kanti Banjar Pitik Desa Adat Pedungan Denpasar Selatan, sebenarnya karya ini dibuat oleh tiga orang yakni dirinya, Mangnik dan Wi Saras.
"Nah dan kebetulan gending ini viral pada bagian awalnya yang kebetulan tiang sendiri yang buat nika," papar Bramasta Yoga saat diwawancarai, Selasa 1 April 2025.
Ide garapan itu menurutnya muncul secara spontan dan gending yang dihasilkan juga terinspirasi oleh musik Dj.
"Dan juga kebetulan ritme dari garapan tersebut sudah pernah di pakai oleh kakak tiang yaitu I Made Subawa di banjar pada tahun 2016-an kalau tidak salah," imbuhnya.
Lalu ritme garapan itu ia sempurnakan lagi dengan kemasan baleganjur ngarap.
Dengan suasana baru membuat mereka yang mendengarkan garapan ini tanpa sadar ikut menggerakkan tubuhnya.
Sementara untuk ide garapan, Margadarshakah berasal dari bahasa Sansekerta yang bermakna penuntun atau pengantar.
Dan garapan ini diangkat dari kepercayaan masyarakat Hindu di Bali mengenai beras kuning sekar ura) yang di tebar serta penggunaan Manuk Dewata (burung cendrawasih) dalam pelaksanaan upacara palebon, yang bertujuan sebagai penuntun dan penghantar sang mendiang menuju alam Nirwana.
"Terinspirasi dari beras kuning dan Manuk Dewata sebagai penuntun serta pengantar sang mendiang, memiliki kesamaan dengan tumpah ruah krama adat penyandang bade yang bahu membahu, bergotong-royong mengantarkan dan menuntun sarira sang mendiang menuju tempat perabuan," katanya.
Karya ini pun merepresentasikan serta memberikan gambaran mengenai antusias krama adat dalam suatu prosesi palebon.
Dalam penggarapannya, ada 25 sampai 30 penabuh yang terlibat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.