Nyepi 2025

TINDAKAN Intoleransi Saat Nyepi di Loloan Timur, Gubernur Koster Akan Temui MUI & Tokoh Muslim

Selain kasus di Loloan Timur, juga terjadi peristiwa seorang oknum anggota polisi yang kedapatan mengendarai sepeda motor saat Nyepi.

Istimewa
Gubernur Bali, Wayan Koster, berencana akan bertemu dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI), tokoh-tokoh umat muslim Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, termasuk organisasi lain.  Pertemuan ini akan membahas pelanggaran Hari Suci Nyepi di Jalan Katu Lampo, Lingkungan Loloan Timur, Kelurahan Loloan Timur, Kabupaten Jembrana. Rencananya pertemuan ini akan dilakukan usai perayaan Hari Raya Idul Fitri.  

Namun, kata dia, untuk mengantisipasi hal serupa terulang lagi kedepannya agar dicarikan solusi. Segera wacanakan kesepakatan bersama untuk kebaikan seluruh masyarakat. 

"Selama ini sudah terjalin toleransi yang sangat baik. Untuk kedepannya apabila ada aturan yang harus dibuat mari kita wacanakan untuk kesepakatan bersama, kami siap menerima masukan dan kritikan dari masyarakat.

Intinya mari kita jaga kerukunan yang sudah terjalin sejak dahulu dan lebih baik lagi kedepannya," tegasnya.
Kegiatan tersebut diakhiri dengan klarifikasi oleh FKUB Jembrana didampingi Forkompinda Jembrana dan para tokoh masyarakat yang intinya menyatakan permohonan maaf atas kejadian yang viral saat Hari Suci Nyepi di Kabupaten Jembrana.

Tak sampai di situ, sejumlah unsur tokoh masyarakat kemudian menghadiri kegiatan silaturahmi sekaligus halal bihalal Hari Raya Idul Fitri di rumah Lurah Loloan Timur, Kecamatan Jembrana, Selasa 1 April 2025. 

Dalam kesempatan ini, seluruh tokoh sepakat dan berkomitmen untuk senantiasa menjaga semangat toleransi yang telah berjalan dengan baik di Jembrana. Termasuk juga untuk menjaga pelaksanaan Hari Suci Nyepi berikutnya bisa lebih baik.

Mereka juga menyadari keberagaman adat dan agama menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari di Kelurahan Loloan Timur dan Loloan Barat. Ikatan itu pula sudah lama terjalin dengan konsep menyama braya.

"Kami mengevaluasi kegiatan keagamaan yang sudah terlaksana, untuk kedepannya kami akan berupaya lebih baik lagi agar setiap perayaan hari raya dapat terlaksana dengan baik dengan tetap mengedepankan humanisme dan koordinasi dengan berbagai stakeholder yang ada di kelurahan kami dan di Kabupaten Jembrana," ucap Lurah Loloan Timur, Syukron Hadiwijaya.

Sementara Bendesa Adat Lokasari, I Nengah Mahadiarta, mengungkapkan pelaksanaan hari raya terutama Hari Suci Nyepi di wilayah Loloan Timur sangat membutuhkan toleransi yang tinggi dengan saling menghormati kepercayaan masing-masing.

"Kami ke depan berusaha menjaga lebih ketat lagi apa yang menjadi harapan kita bersama, dimana keamanan dan ketertiban dalam rangkaian Hari Nyepi ini bisa kami laksanakan dengan komunikasi yang erat ke depannya," ungkapnya.

Mahadiarta menambahkan membuat kesepakatan dengan seluruh tokoh di Loloan Timur untuk bagaimana menjaga toleransi yang sudah berlangsung sejak lama sehingga bisa diikuti oleh seluruh generasi berikutnya.

"Kami sepakat dengan bapak lurah, tokoh-tokoh masyarakat dan sesepuh Alim Ulama yang ada di lingkungan Loloan Timur dan Loloan Barat, sepakat menjaga kebersamaan dan menjaga situasi keharmonisan yang sudah terjalin dari dulu dan lebih dipererat lagi dengan silaturahmi," ujarnya. (mpa)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved