Berita Buleleng
SAKRAL Warisan Lelulur Desa Adat Sangsit Dangin Yeh, Ribuan Krama Ikuti Tradisi Bukakak, Sudah WBTB
Ketua Panitia Ngusaba Bukakak, Wayan Sunarsa mengatakan, tradisi Ngusaba Bukakak ini hanya ada di Desa Giri Emas.
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM - Ratusan krama Desa Adat Sangsit Dangin Yeh, Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan, Buleleng tumpah ruah mengikuti tradisi Ngusaba Bukakak, Minggu (13/4). Tradisi yang digelar dua tahun sekali ini merupakan salah satu tradisi asli Buleleng, yang telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh kementerian.
Ketua Panitia Ngusaba Bukakak, Wayan Sunarsa mengatakan, tradisi Ngusaba Bukakak ini hanya ada di Desa Giri Emas. Tradisi ini merupakan warisan leluhur yang sangat sakral, dan tetap dilestarikan turun-temurun.
Dijelaskan dia, pada dinasti Kerajaan Dauh Panjalu, Raja saat itu Sri Aji Jayapangus (1181-1193 masehi) berupaya menyatukan sekta Wisnu dengan sekta Siwa Sambhu dengan konsep dwi tunggal. Yang mana simbol pemujaannya berupa Nandi Garuda.
Baca juga: KOSTER: KB Bali Bukan Soal Jumlah, Tapi Penerus Budaya Bali, Ini Alasan Nama Ketut Jangan Punah!
Baca juga: ATENSI Masalah Sampah Laut, Badung Rancang Pasang Alat Agar Sampah Tak Sampai Menepi

Pada tradisi ini terdapat Sarad Ageng yang terbuat bambu dan ambu (daun enau muda) dengan dihiasi bunga kembang sepatu (pucuk bang). Sarad Ageng setinggi tiga meter ini dibuat oleh Krama Pasek Bedulu.
"Di dalam Sarad Ageng itu juga terdapat seekor babi hitam yang diguling hanya bagian punggungnya saja. Sehingga babi itu memiliki tiga warna yakni merah, hitam dan putih," jelasnya.
Kali ini Sarad Ageng yang dibuat, melancaran (berkunjung) ke Pura Kaja Desa Adat Sangsit Dauh Yeh. Penentuan lokasi melancaran ini sesuai bhisama alias berdasarkan petunjuk leluhur. Biasanya H-3 acara bukakak, prajuru desa adat akan nunas petunjuk kepada Ida Batara Mutering Jagad Sesuhunan di Pura Gunung Sekar.
"Kita tidak bisa mengatur ke mana melancaran. Karena dulu melancarannya bisa sampai ke Pengastulan, Labuan Aji, ke Menyali juga pernah," ucapnya.
Krama yang mengusung (pengogong) Sarad Ageng terlebih dahulu menjalani ritual mejaya-jaya ke Pura Pancoran Emas. Uniknya setelah menjalani ritual mejaya-jaya, Krama pengogong pantang mandi atau cuci muka. "Apabila melanggar pantangan, maka dipercaya kekuatannya akan hilang," ucapnya.
Setelah dari Pura Pancoran Emas, Krama selanjutnya akan ke Pura Desa, selanjutnya ke Pura Gunung Sekar untuk kembali mejaya-jaya, agar diberikan kekuatan dan semangat saat mengusung Sarad. "Karena Krama pengogong ini bisa mengusung Sarad sampai 10 kilometer," jelasnya.
Keunikan lainnya, krama pengogong dibedakan menjadi dua melalui busana yang dikenakan. Bagi Krama yang sudah menikah, maka ia akan mengenakan pakaian adat berwarna putih - merah. Mereka yang nantinya mengusung Sarad Ageng.
"Sedangkan Krama yang belum menikah, mengenakan pakaian putih - kuning. Mereka nantinya mengusung sarad alit," jelasnya.
Perbedaan warna busana keduanya punya makna filosofi sendiri. Untuk warna putih- kuning, diartikan sebagai simbol keharmonisan para remaja. Sedangkan busana putih - merah, merupakan lambang penyatuan alam semesta. (mer)
Wujud Syukur
Secara umum, tradisi ini merupakan wujud syukur pada Ida Sang Hyang Widi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewi Kesuburan, atas kesuburan tanah dan segala hasil pertanian yang melimpah.
Dalam rangkaian Ngusaba Bukakak ini, krama nunas tirta untuk dipercikan di areal sawah, kebun hingga pekarangan. Memohon agar kembali diberikan kesuburan tanah dan hasil pertanian yang melimpah.
Menurut Sunarsa, tradisi Bukakak semestinya digelar tiap tahun. Namun karena dulu ada kendala biaya, akhirnya tradisi ini digelar dua tahun sekali.
Perbekel Selat dan Warganya Sepakat Damai di Bali, Cabut Laporan Dugaan Penganiayaan |
![]() |
---|
Korban Tabrak Lari di Buleleng Bali Diturunkan di Pinggir Jalan, Begini Kondisi Komang Deva & Wahyu |
![]() |
---|
Perbekel Desa Selat Buleleng dan Warganya Sepakat Damai, Cabut Laporan Dugaan Penganiayaan |
![]() |
---|
KETERLALUAN! Penabrak Tinggalkan Komang dan Ketut di Jalanan Buleleng dengan Kondisi Luka Parah |
![]() |
---|
Aipda Kadek Sudi Jadi Korban Tabrak Lari, Perbekel: Kami Kehilangan Sosok Panutan Terbaik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.