Berita Buleleng

Ratusan Siswa Tak Bisa Baca di Buleleng, Ketua Fraksi Gerindra Bali: Tamparan Sangat Memalukan

Kasus 400 siswa tak bisa membaca dianggap tak sesuai dengan ikon Singaraja sebagai Kota Pelajar di Bali.

Istimewa
SISWA SMP - Ketua Fraksi Gerindra DPRD Bali Gede Harja Astawa beberapa waktu lalu. Ia memberikan keterangan terkait ratusan siswa SMP di Buleleng yang tidak bisa membaca. 

Ratusan Siswa Tak Bisa Baca di Buleleng, Ketua Fraksi Gerindra Bali: Tamparan Sangat Memalukan

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Kasus 400 siswa tak bisa membaca dianggap tak sesuai dengan ikon Singaraja sebagai Kota Pelajar di Bali.

Hal tersebut diungkapkan oleh, Ketua Fraksi Gerindra DPRD Bali Gede Harja Astawa. 

“Ini menjadi tamparan sangat memalukan. Perlu dicarikan solusi dan dievaluasi apa penyebabnya,” jelasnya pada Kamis 8 Mei 2025. 

Baca juga: Tindaklanjuti Siswa SMP Belum Lancar Membaca di Buleleng Bali, 375 Siswa Ikuti Tes Kecerdasan

Anggota DPRD Bali dapil Buleleng ini mengatakan, kemungkin penyebabnya ada berapa hal, di antaranya karena sistem pendidikannya tidak ada yang tidak naik kelas.

Walaupun siswa tidak lancar membaca tetap naik kelas, tidak seperti sistem sebelumnya.

“Beda ketika saya menjadi siswa  SD. Siswa kelas 1 SD harus bisa membaca. Kalau tidak bisa membaca bagaimana upaya seorang guru menjadikan anak itu bisa membaca,” bebernya.

Baca juga: 328 Siswa SMPN 3 Denpasar Santap Makan Bergizi Gratis Dari SPPG Polda Bali, Ratih: Rasanya Enak

Lebih lanjut disampaikan, saat ini guru dibatasi mendidik para siswa.

Salah satunya ketika memberikan hukuman. Banyak guru yang dipolisikan karena menghukum siswa.

”Berikan seorang guru memberikan sebuah kemerdaan dalam mendidik anak-anak SD, SMP, dan SMA,” tegasnya. 

Sekolah adalah lembaga dominan pendidikan dibandingkan pengajarannya.

Baca juga: Sebanyak 328 Siswa SMPN 3 Denpasar Santap MBG Dari SPPG Polda Bali 

Mendidik itu tidak sekadar mengajarkan, tapi juga bagaimana mendidik. Siswa lebih beretika dengan menghormati guru dan orang tua.

”Zaman saya ketika tidak bisa membaca tak segan dihukum batas mendidik, menjewer, dan berdiri diangkat kaki sebelah. Tujuannya agar kita benar-benar fokus pada pendidikan itu,” beber Harja. 

Harja sebelumnya pernah menjabat sebagai Dewan Pendidikan Kabupaten Buleleng selama dua periode heran dengan fenomena ini.

Diharapkan kerja sama pendidik, orang tua dan masyarakat menyukseskan Pendidikan di Bali.

Bahkan, guru harus dibebastugaskan dari tugas administratif.

Baca juga: 5 Siswa SMK Tidak Lulus! Tersebar di Sejumlah SMK, Disdikpora Bali: 60.110 Siswa SMA Lulus Tahun Ini

Tugas seorang pendidik yang mengajar dan mendidik para siswa.

”Itu berat, jangan ditambahkan tugas di luar itu diberikan tugas sertifikasilah, adiminitrasilah. Itu kan sudah bagian tata usaha mengurusnya. Lebih penting lagi pemerintah sebagai tanggung jawab juga harus memberikan support pada dunia pendidikan,” tutur Harja. 

Sebagai wakil rakyat, Harja meminta pemerintah serius meningkatkan pendidikan di Bali.

Tidak hanya soal anggaran tapi fasilitas dan juga soal kenyamanan seorang guru menyelesaikan tugas-tugasnya.

”Soal murid-murid itu bisa konsentrasi di dalam melaksanakan endidikan tidak lagi mengurusi perut kosong,” ungkapnya.

Salah satunya program Makan Bergizi Gratis (MBG) Prabowo Subianto menjadi salah satu solusi meningkatkan kualitas Pendidikan di Bali.

Dengan makanan bergizi gratis itu salah satu solusi murid-murid bisa konsentrasi  belajar.

”Maka dari itu seluruh elemen masyarakat kita pemerintah orangtua mari memebrikan kepercayaan penuh kepada pendidikan yakinlah sekolah itu tujuannya baik,” tutupnya. (*)

 

Berita lainnya di Siswa di Bali

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved