Berita Buleleng

Soal Uji Coba Vaksin TBC, Dirut RSUD Buleleng Sebut Jangan Ragu

Direktur RSUD Buleleng, dr. Putu Arya Nugraha menyambut baik ihwal Indonesia yang menjadi lokasi uji coba vaksin tuberkulosis (TBC).

Tribun Bali/Muhammad Fredey Mercury
BERI KETERANGAN - Direktur RSUD Buleleng, dr. Putu Arya Nugraha. Ia menyambut baik ihwal vaksin TBC yang akan diujicobakan di Indonesia, sebab Indonesia merupakan negara peringkat kedua kasus TBC terbanyak di dunia. 

Soal Uji Coba Vaksin TBC, Dirut RSUD Buleleng Sebut Jangan Ragu

TRIBUN-BALI.COM, BULELENG - Direktur RSUD Buleleng, dr. Putu Arya Nugraha menyambut baik ihwal Indonesia yang menjadi lokasi uji coba vaksin tuberkulosis (TBC).

Dengan adanya vaksin, menurutnya penularan TBC bisa lebih ditekan. 

Dr. Arya mengungkapkan, dipilihnya Indonesia sebagai lokasi uji coba vaksin tentunya bukan tanpa alasan.

Baca juga: Buka High Level Meeting TBC Innovation di Bali, Menkes Budi: Kita Harus Mengadopsi Solusi Inovatif

Sebab mengacu pada data, Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara kasus TBC terbanyak di dunia, setelah India. 

"Jika bicara uji coba, sudah bukan lagi bicara kelinci percobaan. Karena itu sudah lewat. Tahap uji coba itu bicara hasil, apakah vaksin itu efektif atau tidak," jelasnya, Senin (19/5/2025). 

Dokter Arya lanjut mengungkapkan, kasus penularan TBC di Indonesia memang cukup mengkhawatirkan.

Baca juga: Kini Ada Aplikasi SENTER untuk Awasi Penderita TBC di Denpasar Minum Obat

Ia mencontohkan di Kabupaten Buleleng. Di mana jumlah pasien rawat inap TBC paru mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa bulan.

Kondisinya pun beragam, ada yang sedang dan ada pula yang berat. 

"Pasien yang datang ada yang karena TBC murni, adapula yang memiliki penyakit penyerta seperti diabetes hingga HIV. Diabetes dengan kadar gula darah tinggi dan HIV dengan infeksi oportunistik meningkatkan risiko berkembangnya TBC aktif," ucapnya. 

Baca juga: TBC Bisa Sembuh Dengan Perhatian Ekstra! Tahun 2030 Diharapkan Sudah Tidak Ada Lagi Penyakit Ini

Dikatakan pula, TBC saat ini tidak hanya menyerang individu dengan imun tubuh lemah, tetapi juga menyerang anak-anak secara masif.

Gejala TBC pada anak biasanya samar-samar. Namun saat usia dewasa atau remaja, daya tahan tubuh pengidap TBC akan menurun, dan infeksi mulai muncul secara aktif.

"Ini terjadi pada anak-anak yang berada dengan pengidap TBC. Bisa karena tinggal satu ruangan, satu kamar, bahkan satu bangku di sekolah. Walaupun tidak ada dahak, batuk saja sudah menular.  Sehingga sangat mudah untuk terinfeksi," ucapnya.

Sayangnya penanganan TBC di Buleleng kurang maksimal dari sisi kesadaran pasien untuk berobat.

Menurut dr. Arya, banyak pasien TBC kurang disiplin menjalani pengobatan.

"Dibutuhkan komitmen dan disiplin pengobatan rutin dari pasien sampai tugas," imbuhnya. 

Lebih lanjut, vaksin TBC yang akan diujicobakan di Indonesia bisa menjadi solusi jangka panjang.

Bahkan menurutnya, uji klinisnya dilakukan sangat ketat, dikerjakan bersama Kemenkes dan UGM, dengan standar internasional. 

"Vaksin TBC ini sasarannya adalah orang sehat, jadi jangan ragu. Kita butuh pencegahan agar TBC tidak menyebar lebih jauh," tandasnya. (*)

 

Berita lainnya di TBC

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved