PLTS di Bali

Alirkan Listrik ke Sumur Bor untuk 500 Pelanggan, Warga Bondalem Buleleng Manfaatkan PLTS Atap

Perbekel Desa Bondalem, I Gede Arya Ordantara mengatakan teknis kerja dari PLTS Atap untuk sumur bor ini adalah air dari sumur bor ditampung di bak

TRIBUN BALI/ NI LUH PUTU WAHYUNI SRI UTAMI.
PLTS Atap – Peserta rombongan Jelajah Energi Bali melihat panel PLTS Atap di Banjar Kaja Kangin, Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Jumat (23/5). 

TRIBUN-BALI.COM  – Warga Banjar Kaja Kangin, Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng mulai melakukan mandiri energi dengan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap. Uniknya, PLTS atap ini digunakan untuk mengaliri listrik ke sumur bor 500 pelanggan. 

Perbekel Desa Bondalem, I Gede Arya Ordantara mengatakan teknis kerja dari PLTS Atap untuk sumur bor ini adalah air dari sumur bor ditampung di bak penampungan. Setelah itu didistribusikan ke pelanggan. 

“Terdapat bak reservoir dari atas dan menggunakan gaya grativasi untuk mendistribusikan ke pelanggan,” jelas Ordantara saat ditemui Perwakilan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Denpasar, Institute Essential Services Reform (IESR) dan rombongan Jelajah Energi Bali, pada Kamis (22/5). 

Baca juga: DANA PMI Digelapkan, Rusak Citra ITB STIKOM Bali, Sosok Ini Akan Dipolisikan & Kembalikan Dana Penuh

Baca juga: SAMPAH di Bali Capai 1,2Juta Ton! Putri Koster Sebut Sistem Pengelolaan Keliru, Warga Kelola Sendiri

Sebelum ada sumur bor, masyarakatnya mendapatkan air bersih di  Desa Tejakula dekat gunung sejak tahun 1982 silam. Jaraknya dari Desa Bondalem sekitar 5 kilometer.  

Lantaran kualitas air kurang bagus sehingga mencari sumber dengan sumur bor dari tahun 2018. “Jauh sumber di Desa Tejakula 5 kilometer ke atas. Ini (sumur bor) dari dana desa dan sebelum bantuan Pemkab Buleleng,” imbuhnya.

Tidak hanya hadir solusi kekeringan, Pemkab Buleleng juga berinisiatif memanfaatkan energi surya untuk aliran listrik sumur bor dengan pemasangan solar panel.

Listrik dari PLN dan 30 persen dari PLTS Atap. Jumlah pelanggan 2.700 pelanggan. “Sudah layak dikonsumsi, diminum, diuji laboratorium,” jelasnya.

Sumur bor ini juga menjadi pendapatan desa karena dikelola oleh Unit Penyedia Sarana (UPS) Air Minum di bawah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Ordantara mengatakan, adanya PLTS Atap membantu karena ada efisiensi 30 persen kebutuhan listrik di Banjar Kaja Kangin, Desa Bondalem

“Sangat membantu (PLTS Atap). Jadi efisiensi 30 persen dari kebutuhan listrik  wilayah di sini (Bondalem) saja. Jadi efisiensi ini dapat membantu dana pemeliharaan,” tandasnya.

Seorang warga, Ngurah Susastra mengaku merasakan dampak adanya PLTS Atap. Menurutnya harga air menjadi lebih murah. Kendalanya karena sumur bor ini untuk semua warga desa.

Saat listrik padam harus ada penampungan. Saat blackout pada 2 Mei lalu misalnya, air tidak mengalir sama sekali. Pun memakai PLTS Atap debit air kecil karena banjar lain masih memakai listrik dari PLN. 

“Kalau air sumur bor hanya untuk di sini tidak apa-apa, ini dialiri seluruh desa kalau yang lain padam listriknya, di sini pakai PLTS karena untuk semua warga desa airnya kecil jadinya,” ungkap Susastra.

Sebelum ada ada sumur bor, Susastra mengambil air gravitasi di Desa Tejakula. Dengan berlangganan air menggunakan sumur bor, ia membayar setiap bulan sekitar Rp 67 ribu dan paling banyak pernah Rp 150 ribu per bulan, bergantung pada pemakaian.

Sementara itu, Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan, Marlistya Citraningrum, IESR mengapresiasi pemanfaatan PLTS untuk operasional pompa air.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved