Berita Denpasar

Progres Rekonstruksi Monumen Puputan Badung Bali Capai 12 Persen Lebih, Target Rampung Awal November

Pekerjaan rekonstruksi dilakukan oleh PT Candi Bentar Karya dan CV Studio Kotak sebagai konsultan perencana. 

TRIBUN BALI/ I PUTU SUPARTIKA
Monumen Puputan Badung Denpasar sudah dipasangi pagar untuk pelaksanaan rekonstruksi 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Rekonstruksi Monumen Puputan Badung di Lapangan Puputan Badung, Denpasar, Bali, sudah dimulai.

Dan kini pengerjaan sudah memasuki minggu kedua belas.

Proyek ini tidak hanya bertujuan memperindah tampilan kawasan monumen, tetapi juga menambah nilai edukatif dan informatif dari situs bersejarah tersebut.

Dibiayai melalui APBD Kota Denpasar dengan nilai kontrak mencapai Rp 11,66 miliar.

Baca juga: LEWAT Jam Malam, Pengunjung di Lapangan Puputan Badung Dibubarkan Satpol PP, Ini Alasannya!

Pekerjaan rekonstruksi dilakukan oleh PT Candi Bentar Karya dan CV Studio Kotak sebagai konsultan perencana. 

Proyek ini dirancang untuk diselesaikan dalam 240 hari kalender, dengan target rampung pada 8 November 2025. 

Sampai Juni 2025 ini, progres fisik proyek tercatat 12,06 persen, melampaui rencana awal 9,355 persen, atau mengalami deviasi positif 2,707 persen.

Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Tata Lingkungan dan Pertamanan Dinas LHK Denpasar, Ida Ayu Widhiyanasari, Kamis 5 Juni 2025.

Ia menjelaskan bahwa rekonstruksi ini akan menyasar pada pedestal patung, taman, dan kolam di sekitar monumen. 

Namun, tiga patung utama (seorang pria, wanita, dan anak) akan tetap dipertahankan, karena dianggap sebagai karya monumental seniman Bali terdahulu.

“Pedestal patung akan diubah menjadi lebih edukatif, menampilkan narasi sejarah perang Puputan agar masyarakat dan wisatawan bisa memahami konteks perjuangan rakyat Bali,” ujar Widhiyanasari.

Menurutnya, elemen taman akan disesuaikan untuk menambah kenyamanan pengunjung, sementara ukuran kolam akan diperkecil untuk mengefisienkan ruang tanpa mengurangi estetika.

Monumen Puputan Badung tidak hanya menjadi penanda geografis, tetapi juga simbol perlawanan dan keberanian rakyat Bali dalam menghadapi penjajahan Belanda tahun 1906. 

Dengan sentuhan baru yang lebih informatif dan fungsional, diharapkan monumen ini dapat menjadi ruang refleksi sejarah sekaligus daya tarik wisata budaya yang kuat di pusat Kota Denpasar. (*)

Kumpulan Artikel Denpasar

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved