Berita Bali

Sengkarut Lapangan Tennis Internasional di ITDC Nusa Dua, Mandor Belum Dibayar Hingga Stroke

Sengkarut Lapangan Tennis Internasional di ITDC Nusa Dua, Mandor Belum Dibayar Hingga Stroke

Istimewa/Foto untuk Tribun Bali
Pekerja proyek Lapangan Tenis Internasional di ITDC Nusa Dua Bali memprotes karena gaji yang tak kunjung dibayarkan, pada Jumat 13 Mei 2025. 

TRIBUNBALI.COM, DENPASAR - Sebuah kisah pilu terselip dibalik kemegahan tujuh lapangan tenis berstandar internasional yang berdiri di kawasan ITDC Nusa Dua, Badung, Bali.

Penggarap proyek yang membangun fasilitas yang kini digunakan untuk turnamen bertaraf dunia itu hingga hari ini belum menerima bayaran.

Proyek pembangunan lapangan tenis tersebut diselesaikan oleh PT Texmura Nusantara pada awal Agustus 2024 atas penugasan dari PT Bali Destinasi Lestari (BDL). 

Baca juga: Pemprov Bali dan DKI Jakarta Akan Jalin Kerja Sama Pembangunan Kereta di Bali 

Namun sampai saat ini, belum terjadi serah terima resmi, yang lebih memprihatinkan adalah biaya pembangunan proyek juga belum dilunasi oleh pemilik proyek.

Para pekerja pun turun ke lapangan menyuarakan aspirasi mereka ke Gubernur Bali Wayan Koster "Pak Wayan Koster Tolong Kami, 7 Lapangan Tak Dilunasi, Pekerja dan Tukang Tak Bisa Beli Nasi", pada Jumat 13 Juni 2025.

Baca juga: Katalog Promo JSM Alfamart Pekan Ini 13-15 Juni, Makuku Rp49.900, Mama Lemon Rp8.500, Biore Murah

Lapangan-lapangan tersebut bahkan sudah digunakan untuk dua gelaran besar bertajuk Amman Mineral Men’s World Tennis Championship 2024, masing-masing pada 26 Agustus–22 September 2024 dan 16 Desember 2024–5 Januari 2025. 


Di balik meriahnya acara olahraga tersebut, para pekerja dan mandor menghadapi derita ekonomi yang serius.


Akibat keterlambatan pelunasan tersebut, pihak kontraktor kesulitan membayar karyawan dan mandor yang menjadi ujung tombak pelaksanaan di lapangan. 


Beberapa dari mereka kini hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, bahkhan sang mandor hingga terkena Stroke diduga karena stress gaji yang tak kunjung dibayar. 


Mandor ini meminta identitasnya tidak dipublikasikan, namun dalam wawancara melalui video call, ia mengaku telah dibawa pulang ke Nganjuk, Jawa Timur, untuk dirawat oleh istrinya karena sudah tidak sanggup bekerja.


“Saya terus kepikiran karena belum dibayar. Padahal saya sudah kerja sampai proyek selesai. Sekarang sudah nggak bisa kerja sama sekali,” ungkapnya dalam video call dengan awak media pada Jumat 13 Juni 2025. 


Beberapa rekan lainnya juga mengaku belum menerima gaji mereka, mereka saat ini tetap bertahan di Bali meskipun tinggal berpindah-pindah karena terusir dari kos akibat tak mampu membayar sewa. 


Mereka berharap ada penyelesaian dari pihak pemilik proyek. Saat dikonfirmasi, mereka membantah tudingan bahwa kontraktor yang menahan pembayaran.


“Bukan karena kontraktornya. Kami tahu mereka belum dibayar oleh pemilik proyek. Jadi kontraktor juga kesulitan. Kami semua menunggu," ujar dia.


Pihak kontraktor pun telah menempuh jalur hukum. Mereka menggugat PT BDL secara perdata ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, serta melaporkannya secara pidana ke Polda Bali karena dugaan Perbuatan Melawan Hukum (PMH).

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved