Berita Buleleng
Mariono: Banyak Warga Mulai Bongol, Warga Datangi Kantor Bupati, Protes Suara Bising PLTGU Pemaron
Masyarakat yang bermukim di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Pemaron, Desa Pemaron, Kecamatan Buleleng
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Mariono: Banyak Warga Mulai Bongol, Warga Datangi Kantor Bupati, Protes Suara Bising PLTGU Pemaron
TRIBUN-BALI.COM, BULELENG - Masyarakat yang bermukim di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Pemaron, Desa Pemaron, Kecamatan Buleleng mendatangi Kantor Bupati Buleleng pada Senin (16/6).
Mereka mengeluhkan suara bising serta asap hasil operasional pembangkit listrik tersebut.
Setidaknya ada belasan masyarakat yang turut datang ke lobi kantor Bupati Buleleng. Mereka membawa spanduk yang meminta penghentian operasional pembangkit listrik tersebut.
Baca juga: USIA Komang Mester Terhenti di Jalanan Buleleng, Kecelakaan Tragis Hantam Truk Parkir
Didampingi Ketua Adhoc Forum Komunikasi Lingkungan (Forkom Link), Nyoman Tirtawan, masyarakat juga menuntut dua hal.
Pertama menghentikan operasional PLTGU/Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), atau membebaskan pemukiman masyarakat di sekitar dengan membeli aset masyarakat.
"Investor harus taati undang-undang lingkungan. Kami warga terdampak betul-betul dirugikan. Jangan berinvestasi tapi merusak dan merugikan kami," kata Tirtawan pada orasi tersebut.
Baca juga: SPMB di Buleleng Akan Digelar Secara Daring, Cegah Pungli, Titipan hingga Jual Beli Kursi
Salah satu warga bernama Mariono meminta agar operasional pembangkit listrik tersebut dihentikan. Sebab asap, getaran, hingga kebisingan sangat mengganggu aktivitas masyarakat sekitar.
Mariono yang bermukim di Perumahan Nirwana bernama mengaku sangat terganggu. Apalagi rumahnya berjarak sekitar 20 hingga 50 meter dari PLTGU Pemaron.
"Kita kami masih ingin hidup panjang. Sedangkan kami sudah terdampak. Banyak masyarakat kami yang sakit. Ya sakit hati, sakit badan juga. Karena pembangkit listrik yang begitu mengganggu keberadaannya," keluh dia.
Baca juga: Cegah Praktik Jual Beli Kursi, SPMB di Buleleng Digelar Secara Daring
Mariono mengaku pada tahun 2020 lalu lokasi sekitar aman-aman saja. Hingga sekitar 7 sampai 8 bulan terakhir, pembangkit listrik ini kembali beroperasi menggunakan mesin diesel.
Awalnya operasional diesel dimulai dari pukul 8.00 Wita hingga 22.30 Wita. Setelah ada masyarakat yang protes, operasional dikurangi menjadi pukul 20.30 Wita.
"Ini bukan hanya jangka waktu kebisingan saja. Melainkan dampaknya. Banyak masyarakat kami yang mulai bongol-bongolan (budek, red). Tak hanya itu kami khawatir jangka panjangnya banyak masyarakat yang mengalami penyakit pernapaasan," katanya.
Suara bising mesin diesel yang dikeluhkan masyarakat bahkan belum aktif secara keseluruhan. Sebab sesuai informasi, total ada 140 unit mesin diesel yang akan dimanfaatkan untuk pembangkit listrik.
"Menurut ceritanya ada 140 mesin diesel yang per satu unitnya sebesar kontainer. Kita mendengarkan mesin diesel di sawah saja sudah bising."
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.