Berita Jembrana
Siswa Diliburkan Saat Terjadi Air Bah, Jembatan Nusamara Tak Kunjung Diperbaiki, 21 KK Terdampak!
Menurut informasi yang dihimpun, Jembatan Nusamara tersebut berdampak terhadap satu banjar adat di wilayah tersebut.
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM - Jembatan gantung di Banjar Nusamara, Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo, Jembrana belum diperbaiki hingga saat ini.
Warga pun mempertanyakan dan berharap jembatan yang jadi akses utama warga itu segera diperbaiki. Namun, tampaknya kendala anggaran pemerintah belum bisa memperbaiki jembatan yang putus akibat air bah yang terjadi pada akhir 2021 tersebut.
Menurut informasi yang dihimpun, Jembatan Nusamara tersebut berdampak terhadap satu banjar adat di wilayah tersebut.
Namun, yang berada di sisi utara jembatan sekitar 21 Kepala Keluarga (KK). Warga yang memanfaatkan jembatan tersebut tak berani melintas ketika terjadi air bah. Terlebih lagi, siswa terpaksa diliburkan jika air bah terjadi karena sangat berisiko.
"Sementara ini belum ada kabar (perbaikan). Namun sebelumnya beberapa kali sudah ada pembahasan. Mungkin terkendala anggaran di pemerintah," jelas Perbekel Yehembang Kangin, I Gede Suardika saat dikonfirmasi, Senin (23/6).
Baca juga: Polisi Amankan Penguburan Komang Alam di Songan, Antisipasi Kemarahan Warga
Baca juga: Kasus Perselingkuhan Istri di Gianyar Berujung Maut, Marno Terancam Pasal Pembunuhan Berencana
Dia menyebutkan, warga yang terdampak jembatan putus pada akhir 2021 tersebut adalah satu Banjar adat. Baik mereka yang tinggal di utara jembatan maupun di selatan jembatan. Khusus untuk di utara jembatan, jumlah warga yang terdampak sekitar 21 KK.
"Mereka yang di utara (jembatan) terkenal akses menuju sekolah terutama. Sementara yang di selatan jembatan terkendala akses menuju kebunnya. Karena mereka rata-rata berprofesi sebagai petani, dan lahannya ada di utara sungai," jelasnya.
"Kadang ketika air bah dan berisiko, para orang tua terpaksa meliburkan anaknya (siswa) ke sekolah," ungkapnya.
Bagaimana dengan stok pangan ketika air bah terjadi beberapa hari? Suardika menyatakan bahwa warga setempat sudah melakukan antisipasi. Yakni dengan menyetok bahan makanan serta memanfaatkan hasil sumber daya alam di sekitar seperti sayuran dan lainnya.
"Untuk ketahanan pangan dalam beberapa hari mereka masih sanggup. Mereka sudah mengetahui polanya dengan cara stok makanan," katanya.
Disinggung harapan warga mengenai perbaikan jembatan, Suardika sudah sering menerima pertanyaan dan harapan dari warga setempat. Sebab, jembatan gantung yang memiliki panjang sekitar 42-50 meter ini sudah putus sejak akhir 2021 lalu atau hampir 4 tahun karena dihantam air bah.
Warga berharap jika belum bisa menggarap jembatan permanen, minimal dibangun jembatan gantung. Mengingat jembatan permanen butuh anggaran sekitar Rp6 miliar mengingat panjangnya puluhan meter atau 42-50 meter. Paling tidak warga berharap bisa jadi akses jalan kaki hingga sepeda motor.
Lalu kapan terakhir disurvei petugas? Perbekel menyebutkan sejak bencana jembatan putus tersebut terjadi, petugas terutama dari BPBD Provinsi Bali telah melakukan sejumlah survei. Terakhir kali dilakukan pada tahun 2022 lalu.
"Kita sudah sampaikan ke masyarakat untuk bersabar karena masih proses. Tapi yang mungkin jadi kendala adalah mengenai anggaran, sehingga belum bisa terealisasi," jelasnya. (mpa)
Usulkan Perbaikan ke Berbagai Pihak
Kendaraan Menuju Pelabuhan Gilimanuk Tak Lagi Antre, Ini Penyebabnya! |
![]() |
---|
WABUP Ipat Soroti Kekerasan hingga Eksploitasi Anak, 24Kasus Libatkan Perempuan dan Anak di Jembrana |
![]() |
---|
SELAMAT JALAN! Remaja 18 Tahun Tewas Diseret Pajero, Kecelakaan Tragis di Dauhwaru Jembrana |
![]() |
---|
Perahu Nelayan Rusak Bahkan Tenggelam, Digempur Gelombang Tinggi dan Cuaca Ekstrem Pesisir Jembrana |
![]() |
---|
Terjadi 24 Kasus Kekerasan Pada Perempuan dan Anak, Wabup Jembrana Dorong Penguatan Peran Desa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.