Berita Bali

Kisah Petinju Muda Bali Surya Dharma, 'Pretty Boy' Raih Sabuk WBC Meski Sakit Bisa Menang TKO

Bagi Surya pertarungan paling berkesan adalah saat Byon Combat 3 melawan petinju asal Malaysia lantaran sang lawan yang begitu tahan pukul. 

Tribun Bali
Podcast Tribun Bali bersama petinju muda asal Bali peraih sabuk WBC I Ketut Surya Dharma Adnyana baru-baru ini. Kisah Petinju Muda Bali Surya Dharma, 'Pretty Boy' Raih Sabuk WBC Meski Sakit Bisa Menang TKO 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Petinju muda Buleleng, Bali, I Ketut Surya Dharma Adnyana (20), menorehkan tinta emas sebagai putra daerah pertama yang sukses membawa pulang sabuk WBC (World Boxing Council) Youth Champion Asia.

Atlet yang berasal dari asal Kecamatan Busung Biu ini meraih gelar WBC Youth Champion Asia dalam pertandingan Byon Combat 5 di Tennis Indoor Senayan Jakarta, pada 28 Juni 2025 lalu. 

Meski bertarung dalam kondisi sakit, Surya berhasil menang TKO di ronde pertama atas lawannya asal Thailand, Puriwat Taosuwat. 

Petinju berjuluk "Pretty Boy" itu kini siap melangkah ke level dunia.

Baca juga: KISAH Heroik Gek Diah Berhasil Urungkan Niat Ulah Pati Gadis Muda di Jembatan Tukad Bangkung Badung!

“Awalnya tidak ada target menang KO karena saya sakit dari pagi. Tapi saya sudah berpikir kalau sampai di ronde ketiga saya sadar kalau terus lanjut, saya bisa kalah karena nggak bisa napas. Jadi saya nothing to lose saja, mau tidak mau harus KO, jadi putar otak mengeluarkan full power untuk KO lawan,” ungkap Surya dalam Podcast dengan Tribun Bali baru-baru ini

"Sebenarnya ada rasa keraguan, ini kan perebutan sabuk bergengsi, lawan saya punya jam terbang lebih tinggi sudah 12 kali, waktu itu saya baru 2 kali," imbuhnya.

Dari hobi, perjalanan Surya di dunia tinju profesional bermula dua tahun lalu, dari yang mulanya iseng ikut latihan dan sparing. 

Namun setelah menang dalam pertandingan pertamanya, semangat kompetisi muncul dalam dirinya. 

“Saya dulu ikut Taekwondo dari TK sampai SMA, lalu sempat menggeluti kickboxing, Muay Thai, dan akhirnya nyaman di tinju. Dari situlah saya serius,” ujarnya.

Kini gaya bertanding Surya Darma juga semakin dewasa dengan mengedepankan strategi, teknik dan taktik tidak seperti awal masa transisinya di dunia Amatir ke Profesional. 

Bagi Surya pertarungan paling berkesan adalah saat Byon Combat 3 melawan petinju asal Malaysia lantaran sang lawan yang begitu tahan pukul. 

Setelah menjadi juara WBC, Surya kini harus memikirkan strategi mempertahankan sabuk WBC yang diraihnya dalam pertandingan bulan Agustus 2025 mendatang. 

Untuk target jangka panjang, Surya yang saat ini baru menginjak 20 tahun ini bisa bawa pulang sabuk-sabuk lainnya tidak hanya gelar WBC.  

"Harapannya bisa jadi salah satu orang Bali yang bisa tembus bukan cuma Asia tapi Dunia. Yang pasti ke depan disiplin latihan dan berserah kepada Tuhan," ucapnya.

Ia terus berlatih keras untuk ke depannya bakal ketemu lawan lebih berat yang menanti di depannya.

Surya sendiri sudah terjun dalam 10 kali pertandingan level Amatir dengan hanya 1 kali kekalahan, serta di level profesional sudah terjun dari 3 pertandingan yang mampu ia sapu bersih sejak tahun lalu. 

Surya sehari-hari berlatih di Sasana Darmawan Klub diasah oleh Pelatihnya Forlan Rivaldo yang juga memberinya julukan "Pretty Boy", terinspirasi dari wajahnya yang rupawan dan gaya bertarung yang teknikal serta menghibur.

Menyoal julukan Preety Boy, Surya mengaku sempat kurang sreg karena dinilainya tidak terlalu merujuk kegarangan di ring tinju, akan tetapi di balik itu ternyata terselip makna yang dalam dari sang pelatih. 

"Yang ngasih julukan Coach Forlan. Awalnya saya mikir masa preety. Dulu sempat ada nama julukan yang ingin saya pakai, cuma Coach Forlan bilang sudah Preety Boy saja. Ada sedikit penolakan, tapi akhirnya sampai sekarang terpakai dan menjadi branding saya," bebernya.

“Tinju itu bukan cuma soal pukulan. Ada unsur entertaiment. Saya memang punya gaya bertarung yang eksentrik, dan itu muncul dari diri sendiri,” imbuh jebolan SMAN 1 Denpasar ini.

Kemenangan Surya sempat menjadi viral di media sosial, terutama karena insiden tidak menyebut nama pelatih saat sambutan juaranya. Namun Surya menanggapinya dewasa.

“Saat itu masih di atas ring, kondisi campur aduk, saya juga tidak menyangka menang. Itu jadi pembelajaran buat saya ke depannya agar lebih siap bicara di depan umum," bebernya.

"Saat itu saya hanya mengucapkan yang saya lihat di depan. Yang di depan itu Coach Andhika karena Coach Forlan tidak hadir saat itu karena berhalangan acara keluarga. Sebenarnya bukan Coach Forlan saja yang lupa, cuma yang digoreng netizen seperti itu," sambung dia.

"Hujatan netizen saya jadikan positif membuat kita tidak terlena, kadang kalau dipuji terus merasa di atas, jadi motivasi," ujar Surya.

Surya juga mengakui dukungan orang tua sangat penting, meski awalnya ibunya sempat ragu. 

Dukungan hadir dari ayahnya yang memang gemar menyaksikan tayangan tinju profesional. 

Uniknya, justru Surya sendiri saat masih kecil tidak suka menyaksikan tinju.

"Saya dulu tidak suka nonton tinju, papah pagi-pagi suka nonton tinju, Surya tidak begitu tertarik, tapi sekarang jadi atlet tinju, agak lucu. Dulu kurang tertarik sama Tinju," ujar dia.

Di samping itu, ia berharap pemerintah tidak hanya hadir ketika atlet kariernya di atas, akan tetapi disokong dari bawah.

"Harapannya ke pemerintah, untuk lebih melihat putra daerah diperhatikan jangan sampai di atas baru mulai dilihat," tutur petinju muda yang mengidolakan Floyd Maywheater ini. (*)

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved