Sampah di Bali
KISAH Nyoman Suwirta, Setiap Hari Naik Truk Ingatkan Warga Pilah Sampah di Klungkung, Ini Solusinya!
Menurutnya permasalahan sampah di Bali tidak akan pernah selesai, jika hanya dibicarakan tanpa eksekusi nyata.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM - Permasalahan sampah di Bali menjadi perhatian publik, pasca larangan membawa sampah organik ke TPA Suwung.
Ditambah masyarakat di Bali belum terbiasa, dalam memilah sampah secara mandiri di rumah tangga, semakin membuat persoalan sampah menjadi polemik.
Anggota Komisi IV DPRD Bali, yang juga mantan Bupati Klungkung 2 periode I Nyoman Suwirta, ikut menyampaikan pendapat dan pengalamannya dalam upaya menuntaskan masalah sampah.
Menurutnya permasalahan sampah di Bali tidak akan pernah selesai, jika hanya dibicarakan tanpa eksekusi nyata. Ia tidak memungkiri pengelolaan sampah yang hingga kini, masih menjadi tantangan besar di Pulau Dewata.
Baca juga: TRAGEDI Kecelakaan di Gitgit Buleleng, Pir Belakang Patah Sebabkan Truk Pengangkut Ijuk Terguling
Baca juga: 5 TEWAS dalam Sebulan karena Kecelakaan, TKP Terbanyak di Wilayah Kecamatan Mendoyo Jembrana!

Suwirta yang dinilai cukup gencar mengatasi mengatasi masalah sampah, saat menjadi Bupati Klungkung menceritakan pengalamannya.
Hingga Klungkung sempat beberapa kali mendapatkan bantuan Dana Insentif Daerah (DID) dari upaya mengatasi permasalahan sampah.
Mengawali karier sebagai Bupati Klungkung pada 2013, Suwirta mengisahkan, setiap hari dirinya harus berhadapan dengan masalah TPA Sente yang kerap terbakar. Dari sanalah ia mulai serius memikirkan solusi jangka panjang terhadap sampah.
"Segala sesuatu harus melalui proses. Awalnya saya coba berbagai cara, seperti ecobrick, tapi hasilnya tidak maksimal," ujar Suwirta saat ditemui di kediamannya, Rabu (6/8/2025).
Solusi mulai tampak saat ia bertemu dengan tim dari STT PLN yang memperkenalkan konsep listrik kerakyatan, mengubah sampah menjadi briket bahan bakar untuk genset.
Ia pun bekerjasama dengan Indonesia Power, untuk mewujudkan konversi sampah menjadi energi terbarukan. Namun, upaya tersebut terhenti di tengah jalan karena produksi briket tidak terserap sesuai harapan.
"Banyak lah kami memproduksi briket, setengah jalan katanya briket ini mau dibeli, tapi ini tidak jalan," jelas Suwirta.
Tak menyerah, Suwirta lalu mengembangkan konsep pengolahan sampah organik menjadi kompos Osaki. Konsep ini berjalan baik, dengan pemilahan sampah dari rumah yang baik dan konsisten. Tahun 2017, ia menggencarkan kampanye pemilahan sampah dari rumah.
"Setiap hari saya naik truk sampah, mengunjungi enam kelurahan untuk memastikan warga sudah memilah sampah. Kalau belum, saya sendiri yang turun ke gang-gang kecil," kenangnya.
Upaya itu membuahkan hasil. Tahun 2018, sekitar 87 persen masyarakat Klungkung telah taat memilah sampah. Ia pun menegaskan kunci pengelolaan sampah ada pada pemilahan dari sumber, yakni rumah tangga.
Ia juga mengatakan, keberhasilan memilah sampah ini hanya akan berkelanjutan jika didukung oleh eksekusi, edukasi yang konsisten, serta sanksi yang tegas.
Wayan Balik Mustiana: Desa Siapa yang Siap Jadi TPA Terus? Solusi Masalah Sampah di Bali |
![]() |
---|
Viral Video Bule Soal Sampah Diduga di Ubud, Ini Klarifikasi Pemkab Gianyar |
![]() |
---|
BUDGET Bisa Hanya Rp 1 Juta, Koster Tegaskan Tak Ada Susahnya Desa Buat Teba Modern |
![]() |
---|
KOSTER TEGAS Sampah Organik Harus Diolah & Selesaikan Sendiri! Sampah Campur Masih Ada di TPA Suwung |
![]() |
---|
Mayoritas Perusahaan AMDK Lokal di Bali Bingung Sikapi SE Pelarangan AMDK di Bawah 1 Liter |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.