Namun dengan kultur perpaduan Bali, Jawa, dan Nusantara.
Dirinya yang juga sebagai komposer pianis ini juga memiliki kakak dan adik yang tinggal di Bali.
Menurutnya, semua keluarga mendukung langkahnya ini.
“Mendukung semua keluarga, kesannya ya memang damai dan tidak ada orang yang memaksa saya masuk Hindu, ya itulah,” ujarnya yang tampak sederharna dan tidak banyak menggunakan properti atau perhiasan emas layaknya putri kerajaan jaman dahulu ini.
Ketua Umum Puskor Hindunesia, Ida Bagus Susena yang berdiri di samping Mahendrani menambahkan dari Raden Ayu kembali ke jalan dharma merupakan panggilan hati tanpa ada paksaan.
“Mungkin saya wakili sedikit, beliau sangat merasa terharu. Dari diskusi kemarin malem, beliau sangat merasa terharu sekali akan apa yang beliau putuskan hari ini. Bahwa dalam perjalanan ini kita enggak ada memaksakan kehendak, jadi murni karena keinginan beliau mengingat kembali perjalanan leluhur beliau yang masih Pakubuwono di Solo. Beliau merasa terkoneksi dari luhur beliau yang menjadi saksi kejayaan Hindu di Nusantara ini,” jelasnya.
Susena mengaku berbahagia sekali rasanya upacara ini bisa berlangsung dengan baik dan dilihat masyarakat, karena pentingnya manusa saksi ini menguatkan bahwa Kanjeng Mahendrani secara tulus ikhlas untuk kembali ke jalan dharma.
Banyak hambatan dan ujian yang dirasakan oleh Kanjeng namun bisa lewati dengab baik.
Bahkan dipilihnya Pura Luhur Catur Kandapat Sari, Pangideran Dewata Nawa Sangha, sebagai tempat Sudhi Wedani juga ada sebab khusus karena pura diisni unik dan tidak ada tempat lain yang memiliki Parahyangan dan strukrur Pura dari semua arah.
Selain ada pelinggih pura dari barat, utara, selatan, timur (empat arah mata angin) juga ada pelinggih di sisi timur laut, tenggara, barat daya dan barat laut dengan ditengah sebagai sumbernya makanya disebut Pura Dewata Nawa Sangha.
“Pura ini sangat kuat dengan pelinggih di empat arah mata angin. Jadi ini juga tradisi di Jawa kuat memegang sedulur papat, itu menjadi sebuah konsep yang beliau yakini selama ini dan kita kuatkan disini,” jelasnya.
Dalam prosesi tersebut juga hadir A.A. Gede Agung Bagus Suteja, Raja dari Puri Agung Jembrana, yang hadir sebagai Ketua Paiketan Puri-puri sejebag Bali.
Selain itu juga ada beberapa lainnya yakni beberapa pandita dan tokoh Hindu di Bali juga hadir. (*)