PT Hardys Retailindo Pailit

Kerajaan Bisnis Ritel Gede Hardi Pailit, Tak Pernah Menyangka 6 Hal Ini Sebab dan Akibatnya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana Supermarket Hardys di Panjer, Denpasar, Minggu (19/11/2017) siang. Di dalam supermarket tampak sepi pembeli dan hanya ada satu kasir. Inzet: I Gede Agus Hardiawan, Pemilik PT Hardys Retailindo

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pemilik PT Hardys Retailindo, I Gede Agus Hardiawan, mengakui dirinya salah strategi akibat terlalu ekspansif.

Baca: Kisah Gede Hardi, Jaya dan Pailit dari Properti, Ternyata Bisnis Sejak Kuliah

Baca: Kisah Setya Novanto: Rutin Lakukan Ini Bareng Deisti di Kamar Mandi Hingga Tinggalkan Luciana

Baca: Tak Hanya PT Hardys Retailindo yang Alami Pailit, Gede Hardi: Pribadi pun Kena Tembak

Pria yang kerap disapa Gede Hardi ini tak pernah menyangka sikap ekspansifnya akan mengakhiri kerajaan bisnis ritelnya pada kepailitan.

Baca: Prihatin Hardys Alami Pailit, Aprindo Bali Ungkap 3 Poin Penting Permasalahan Pengusaha Ritel

Baca: Pengakuan Gede Hardi Mengundang Simpati, Netizen: Ayo Pak Gede Bangkit Lagi, Orang Bali Harus Sukses

Baca: Arta Sedana Masih Pakai Nama Hardys

“Karakter saya memang sangat ekspansif, sebab saya mengusung aliran Robert Kyosaki dan terus berusaha. Namun memang resikonya kalau tidak terbang ya tiarap,” kata Gede Hardi saat dihubungi Tribun Bali, kemarin.

Ini 6 sebab dan akibat yang tidak disangka I Gede Agus Hardiawan terkait bisnis retailnya

Baca: Ternyata Cik Telah Melihat Tanda Hardys Akan Kolaps, Begini Pengakuannya

1.   Sikap ekspansifnya ini membawa petaka

Gede Hardi berhasil membangun kerajaan bisnis di bawah bendera PT Grup Hardys berawal sejak 11 Juli 1997 silam, yang dirintis setelah tamat dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

Sebelumnya ia sempat bekerja setahun di Toyota Motor.

Ia membuka toko pertama di Kota Negara, Kabupaten Jembrana, dengan ukuran 430 meter ukuran tanah x 1.400 meter ukuran bangunan.

Halaman
1234

Berita Terkini