TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pemilik PT Hardys Retailindo, I Gede Agus Hardiawan, mengakui dirinya salah strategi akibat terlalu ekspansif.
Baca: Kisah Gede Hardi, Jaya dan Pailit dari Properti, Ternyata Bisnis Sejak Kuliah
Baca: Kisah Setya Novanto: Rutin Lakukan Ini Bareng Deisti di Kamar Mandi Hingga Tinggalkan Luciana
Baca: Tak Hanya PT Hardys Retailindo yang Alami Pailit, Gede Hardi: Pribadi pun Kena Tembak
Pria yang kerap disapa Gede Hardi ini tak pernah menyangka sikap ekspansifnya akan mengakhiri kerajaan bisnis ritelnya pada kepailitan.
Baca: Prihatin Hardys Alami Pailit, Aprindo Bali Ungkap 3 Poin Penting Permasalahan Pengusaha Ritel
Baca: Pengakuan Gede Hardi Mengundang Simpati, Netizen: Ayo Pak Gede Bangkit Lagi, Orang Bali Harus Sukses
Baca: Arta Sedana Masih Pakai Nama Hardys
“Karakter saya memang sangat ekspansif, sebab saya mengusung aliran Robert Kyosaki dan terus berusaha. Namun memang resikonya kalau tidak terbang ya tiarap,” kata Gede Hardi saat dihubungi Tribun Bali, kemarin.
Ini 6 sebab dan akibat yang tidak disangka I Gede Agus Hardiawan terkait bisnis retailnya
Baca: Ternyata Cik Telah Melihat Tanda Hardys Akan Kolaps, Begini Pengakuannya
1. Sikap ekspansifnya ini membawa petaka
Gede Hardi berhasil membangun kerajaan bisnis di bawah bendera PT Grup Hardys berawal sejak 11 Juli 1997 silam, yang dirintis setelah tamat dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Sebelumnya ia sempat bekerja setahun di Toyota Motor.
Ia membuka toko pertama di Kota Negara, Kabupaten Jembrana, dengan ukuran 430 meter ukuran tanah x 1.400 meter ukuran bangunan.