Bahkan ia bercerita dengan mengonsumsi ARV secara rutin, ia bisa berhubungan seks dengan aman dan tidak menggunakan pengaman.
Karena faktor usia, Arini dan suaminya sepakat untuk tidak memiliki anak dan sepakat untuk menjadi orangtua angkat untuk anak-anak terlantar.
"Sejak tiga tahun sebelum menikah (dengan warga Belanda), saya undetected viral load," tutur lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Kusuma (UWK) Surabaya itu.
Tulis buku "Hidup Sehat Bebas Gluten"
Perempuan yang hadir dalam acara Indonesian AIDS Conference (iAIDS) 2019 di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (30/11/2019), mengatakan sejak divonis HIV positif, ia mengubah pola hidupnya lebih sehat dan teratur.
Ia dan anaknya tidak lagi konsumsi makanan yang mengandung gluten dan banyak konsumsi sayur serta buah.
Sebelum divonis HIV, Arini adalah seorang survivor kanker.
• Dibuka Hari Ini, Berikut Cara Registrasi Akun LTMPT Pendaftaran SNMPTN 2020
• Habis Olahraga Mandi dengan Air Dingin atau Hangat, Mana yang Lebih Baik?
"Anak saya pencernaannya lemah, saya sendiri survivor kanker. Ketika saya (berhasil) hidup dari kanker, HIV itu it’s nothing," ungkap dia.
Sebagai Orang yang hidup dengan HIV (Odhiv), Arini mendapatkan pekerjaan yang layak dan memegang jabatan tinggi di salah satu perusahaan besar.
Tidak ada yang ia tutup-tutupi.
Kepada rekannya di kantor, Arini membuka statusnya sebagai HIV positif.
Ia bercerita, pernah sang atasan kantor meminta pesuruh perusahaan mengambil obat ARV di rumah saat meeting berjalan.
Saat itu obat yang wajib dikonsumi oleh Arini tertinggal di rumah.
"Jadi kalau perusahaan mau menggunakan potensi saya, mereka juga harus terima penyakit saya. Satu paket," imbuh lulusan SMAN 2 Kotabumi itu.
Ia kemudian melakoni gaya hidup sehat selama beberapa tahun dan membagikan pola hidup sehat ke kerabat sesama penderita HIV.