TRIBUN-BALI.COM, BANGLI – Harga daging babi potong mengalami lonjakan jelang pergantian tahun 2020.
Lonjakan harga ini disinyalir akibat pasokan babi yang mengalami penurunan akibat serangan African Swine Fever (ASF) awal tahun 2020 lalu.
Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (PKP) Bangli, I Wayan Sarma tak menampik jika akhir-akhir ini harga daging babi di pasaran terus melambung.
Baca juga: Jelang Tahun Baru, Kunjungan ke Penglipuran Diperkirakan Meningkat hingga 1000 Orang Per Hari
Baca juga: DPRD Buleleng Bakal Bahas 18 Ranperda Tahun Depan, 4 di Antaranya Ranperda Inisiatif
Baca juga: Desa Sumerta Kelod Laksanakan Perompesan Pohon Perindang, Cegah Kecelakaan Bagi Pengguna Jalan
Bahkan sejak dua pekan terakhir, diakui harganya telah menyentuh angka Rp 90 ribu per kilo.
“Normalnya harga daging babi potong berkisar Rp 60 hingga 70 ribu per kilo. Harganya terus mengalami peningkatan hingga di atas 80 ribu,” ujarnya Jumat (25/12/2020).
Tak hanya daging babi, harga babi pun juga mengalami peningkatan. Sarma mengatakan dari harga normal Rp 37 ribu per kilo, saat ini harganya mencapai Rp 46 ribu per kilo.
Baca juga: Padukan Seni Tari, Tabuh dan Pedalangan, Seniman Denpasar Mengangkat Kisah Barong Swari
Baca juga: Gedung Baru RSD Mangusada Hampir Rampung, Dirut Belum Pastikan Kapan Akan Beroperasi
Baca juga: Pemkot Denpasar Lakukan Sterilisasi Kantor Dinas Pertanian Pasca Kadis Pertanian Positif Covid-19
Sarma menjelaskan, peningkatan harga daging babi dipengaruhi oleh hukum pasar.
Permintaan lebih banyak daripada jumlah ketersediaan.
Pun demikian, Sarma juga tidak menampik peningkatan harga juga dipengaruhi oleh populasi babi di Bangli sempat mengalami penurunan akibat suspect ASF awal tahun 2020 lalu.
Saat ini, imbuhnya, jumlah populasi babi di Bangli tercatat sebanyak 46.828 ekor.
Baca juga: Produksi Benih Ikan Air Tawar di Badung Tahun 2020 ini Lampaui Target
Baca juga: Polsek Blahbatuh Ringkus Jambret yang Beraksi di Wanayu
Baca juga: Polres Jembrana Pantau Lima Gereja dari Pekutatan hingga Melaya
Jumlah tersebut mengalami penurunan sebanyak 12 ribu ekor lebih dari populasi babi di tahun 2019, yakni 59.070 ekor.
“Pertumbuhan populasi babi di Bangli masih belum normal. Kami dari dinas memang menyarankan para peternak untuk membatasi populasi akibat suspect ASF beberapa waktu lalu."
"Kami menyarankan agar kandang disanitasi serta spraying selama enam bulan, baru boleh dicoba dengan setengah dari kapasitas normal. Misalnya dari kapasitas 10 ekor, kita sarankan untuk mengisi 5 ekor dulu. Jika tidak ada gejala, baru boleh ditambah,” ucapnya.
Baca juga: Terlibat Peredaran Narkotik, Taufik Terancam 20 Tahun Penjara
Selain dua faktor tersebut, melonjaknya harga daging babi dipengaruhi oleh tingginya permintaan jelang akhir tahun 2020.
Selain juga pelaksanaan upacara keagamaan yang sudah mulai boleh dilakukan, walaupun masih terbatas.
“Kemungkinan harga daging babi ini masih bisa meningkat hingga Rp 100 ribu per kilo, sementara harga babi diperkirakan mencapai Rp 50 ribu per kilo. Peningkatan harga juga diperkirakan masih bertahan hingga April atau Mei 2021,” tandasnya. (*)