TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Tingginya harga kedelai, membuat para pengusaha tahu dan tempe di Desa Sulang, Klungkung kelimpungan.
Selain memperkecil ukuran tahu dan tempe, ada pelaku usaha yang sampai merumahkan pekerjanya.
Seorang produsen tempe dan tahu asal Desa Sulang, Klungkung Putu Sudana menjelaskan, kedelai sudah mengalami kenaikan sejak sebulan terakhir.
Saat ini harganya meningkat dari Rp 7.000 per kilogram, menjadi Rp 9.200 per kilogram.
Baca juga: Warganya Menggantungkan Hidup dari Pembuatan Tempe Tahu, Perbekel Sulang Harap Harga Kedelai Normal
" Karena harga bahan baku tinggi, saya tidak hanya kurangi produksi.
Bahkan saya alami kerugian," ujar Putu Sudana.
Menurtunya dengan situasi saat ini, jika semakin banyak memproduksi tahu dan tempe, semakin banyak pula kerugiannya.
Bahkan untuk meminimalkan pengeluaran, Sudana sampai harus memberhentikan seorang pegawainya.
" Saya sampai berhentikan seorang pekerja saya. Nanti jika harga kedelai sudah normal, baru kerja lagi," jelasnya.
Harap Harga Kedelai Normal Kembali
Perbekel Desa Sulang I Wayan Sukasna menjelaskan, di desanya terdapat 4 sentra pembuatan tahu dan tempe yang semuanya masih dalam lingkup UMKM.
Sentra usaha itu juga menjadi sumber penghasilan bagi beberapa warga di Desa Sulang.
Dengan lonjakan harga kedelai ini, sentra usaha ini pun melesu.
Bahkan jika kondisi terus seperti saat ini, tidak menutup kemungkinan ada usaha pembuatan tahu dan tempe yang harus gulung tikar.
" Ekonomi lesu karena pandemi, ditambah harga bahan baku (kedelai) yang terus naik.
Baca juga: Kedelai Mahal Ukuran Tahu & Tempe Makin Kecil, Produsen di Bali Menjerit: Asal Usaha Bisa Jalan Saja