TRIBUN-BALI.COM - Ketua DPRD Klungkung Anak Agung Gde Anom tampak sangat antusias ketika membicarakan SE Gubernur Bali No 4 tahun 2021 tentang penggunaan endek dan kain tenun tradisional.
Ketika berbicara tentang tenun, pria asal Puri Akah, Klungkung tersebut mengingat masa mudanya, saat mengawali dan menyambung karir dari benang tenun.
AA Gde Anom tidak sebatas membicarakan bagaimana kondisi para penenun lokal saat ini, namun ternyata sangat memahami seluk beluk kain tenun lokal, mulai dari distribusi benang yang digunakan untuk bahan baku kain lokal, sampai masalah pencelupan kain.
Baca juga: Kondisi TPA Sente Overload, Baru Ada 15 Desa di Klungkung Bali Miliki Tempat Olah SampahÂ
Baca juga: Kerugian Akibat Bencana Hujan Lebat dan Angin Kencang di Klungkung Capai Rp1,4 Miliar
AA Gde Anom mengungkapkan, dirinya sudah menekuni masalah kain tenun lokal, sejak 1980an. Saat itu ia merupakan salah satu agen benang di Bali, yang menjadi bahan baku kain tenun tradisional seperti endek, cagcag, maupun songket.
"Kalau perihal kain tenun lokal, sedikit tidaknya saya mengetahui. Saya sekitar 1986 menjadi agen benang untuk kain tenun di Bali. Jadi sering lah bersinggungan dengan para penenun kain lokal," ungkap AA Gde Anom, Minggu 28 Februari 2021.
Selepas tamat dari SMAN 1 Klungkung, saat itu AA Gde Anom muda bersama kakak sulungnya sempat merantau ke Bandung.
Di sana ia dan kakaknya belajar berbagai seluk beluk tentang garmen, hingga akhirnya menjadi agen benang di Bali, dengan induk perusahaan di Surabaya.
Sejak saat itu ia aktif mendistribusikan benang ke para produsen kain tenun tradisional lokal di Bali, seperti endek, songket, dan cagcag.
"Saat masih menjadi agen benang itu lah, saya banyak berinteraksi dengan para pengusaha atau pelaku tenun. Ketika itu dalam seminggu, saya bisa tiga kali bolak balik Surabaya-Bali untuk kirim benang bawa mobil boks," ungkapnya sembari tertawa saat mengingat masa mudanya.
Hanya saja kerena lelah dan ingin mencari tantangan baru, AA Gde Anom pada 1992 meninggalkan pekerjaanya sebagai agen benang. Dirinya ingin mencoba tantangan baru, dengan terjun ke partai politik. Keputusannya ini sempat dipertanyakan oleh saudara-sadaranya.
Bagaimana tidak, AA Gde Anom yang merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, meninggalkan pekerjaan sebagai agen benang saat industri tenun sedang berjaya.
"Saya lelah. Seminggu bisa tiga kali bolak-balik Surabaya-Bali. Ingin cari tantangan baru juga. Saya terjun ke partai politik memang karena sejak lama mengidolakan Soekarno dan Megawati," ungkapnya.
Ia baru serius terjun di dunia politik pada 1992. Saat itu pula ia menjadi Ketua Ranting PDIP di Klungkung.
Perjuangannya selama di partai politik tidak mudah. Selama karirnya di partai poltik, pria kelahiran 2 Juli 1964 tersebut sudah 2 kali menjadi Ketua Ranting, lalu sempat menjabat sebagai Ketua PAC PDIP Klungkung 2 kali, dan menduduki posisi Ketua DPC PDIP Klungkung sampai saat ini.
Selama karier politiknya, ia juga sudah 3 kali menjabat sebagai anggota DPRD Klungkung, dan saat ini menjabat sebagai Ketua DPRD Klungkung. Ia juga pernah gagal, saat dicalonkan sebagai Bupati Klungkung pada 2013.