TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - I Ketut Merta termenung. Ia kebingungan karena diminta angkat kaki dari lahan yang sudah 25 tahun ia tempati.
SAAT ditemui di kediamannya yang jauh dari kata sederhana di Wilayah Kung, Dusun Timrah, Desa Paksebali, Klungkung, Bali, Rabu 3 Maret 2021, itu Ketut Merta mengaku, sepekan kedepan, rumah selayaknya gubuk itu akan digusur.
Penampilan Ketut Merta (55) tampak lusuh.
Saat itu ia bersama istrinya, Nengah Susun serta dua putranya sedang membereskan perabotan.
Baca juga: Profil Claudio Marchisio, Legenda Klub Juventus yang Kini Jadi Politisi dan Siap Nyalon Wali Kota
Baca juga: Kisah Warga Klungkung Ketut Merta, Yatim Piatu Sedari Balita, Rumah Sederhananya Kini Harus Digusur
Baca juga: Profil Ketua DPRD Gianyar I Wayan Tagel Winarta, Dari Cleaning Service, Kini Jadi Ketua Dewan
Mereka harus siap-siap pindah ke rumah kos, karena kediaman semipermanen yang mereka tinggali selama ini akan digusur.
Ketut Merta mengakui, lahan yang ia dirikan rumah itu bukanlah miliknya.
"Saya sudah 25 tahun tinggal di sini. Ini tanah milik orang lain. Saya tidak punya apa-apa. Dari kecil ditinggal orangtua," lirih Ketut Merta, Rabu.
Raut wajahnya seketika sedih, ketika disinggung mengapa ia bisa puluhan tahun tinggal di lahan orang lain.
Saat itu pula Merta mengatakan, ia sudah tidak memiliki kerabat lagi.
Dengan raut wajah pilu, ia lalu bercerita jika sebenarnya ia berasal dari Desa Seraya, Karangasem.
Sejak balita, ia sudah ditinggal meninggal oleh orangtuanya.
Ia lalu diasuh oleh seseorang yang mengasihaninya, hingga beranjak remaja.
"Beranjak remaja, saya pergi merantau ke mana-mana jualan sate. Sampai ada seseorang yang mengajak saya tinggal di sini (Desa Paksebali)," ungkap Ketut Merta.
Tahun demi tahun berlalu, Ketut Merta membuat rumah sederhana di tanah yang saat ini ia dirikan rumah.
Letaknya di pinggir ruas jalan utama Desa Paksebali-Sidemen, Karangasem.