Berita Denpasar

Kisah Kakek Sampun, Pedagang Canang yang Berusia 73 Tahun, Perharinya Laku Hingga Rp25 Ribu

Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari
Editor: Karsiani Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kakek Sampun penjual canang di Jalan Hayam Wuruk Denpasar, Bali

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Di usia senja biasanya para lansia menghabiskan waktunya untuk berdiam diri dirumah, dan mungkin beberapa diantaranya sesekali mengerjakan sesuatu yang bukan tergolong pekerjaan berat.

Namun, berbeda halnya dengan Kakek Sampun. 

Diusianya yang tak lagi produktif, Kakek Sampun menyambungkan hidupnya dengan berjualan canang atau sarana persembahyangan umat Hindu.

Kakek Sampun biasanya berjualan Canang di Jalan Hayam Wuruk Denpasar, dekat dengan toko-toko tanaman. 

Dengan bermodalkan tatakan darurat yang disangga kursi plastik, Kakek Sampun meletakkan canang-canang dagangannya.

Selain itu juga ada satu buah payung untuk ia berteduh dari panasnya cuaca Kota Denpasar disiang hari.

Kakek Sampun berjualan canang mulai dari pukul 12.00 Wita sampai dengan 20.00 Wita. 

"Jualan canang jam 12.00 sampai jam 20.00 Wita malam. Canang buat sendiri, ada canang daun juga canang ceper. Canang daun harganya Rp5 ribu, kalau canang ceper Rp15 ribu," katanya pada, Jumat 24 September 2021. 

Dalam sehari canang Kakek Sampun terjual hanya Rp10 ribu dan paling banyak Rp25 ribu.

Bahkan dari pagi sejak ia berjualan di jalanan ini belum ada dagangannya yang laku terjual. 

"Sehari jual canang kadang dapat Rp10 ribu kadang Rp25 ribu. Dari tadi jualan belum laku. Jualan canangnya sebelumnya di Jalan Yangbatu, Denpasar. Saya tinggal bersama anak dan istri disini," tambahnya. 

Sebelumnya Kakek Sampun bekerja sebagai buruh serabutan.

Mulai dari buruh mengirim pasir, dan buruh mengupas buah kelapa.

Seiring berjalannya waktu, kadang Kakek Sampun mendapatkan pekerjaan itu kadang juga tidak.

Hasil berjualan canang ini digunakan Kakek Sampun untuk makan anak-anak dan istrinya. 

Halaman
12

Berita Terkini