TRIBUN-BALI.COM, BANGLI – Kabar mengenai pembukaan pariwisata Bali pada bulan Oktober, menjadi secercah harapan tidak hanya bagi para pelaku pariwisata, namun juga masyarakat Bali pada umumnya.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bangli, I Ketut Mardjana, Minggu 3 Oktober 2021.
Menurut Mardjana, pihaknya selaku ketua PHRI Bangli yang paham betul bahwa derita dampak pandemi ini tak hanya dirasakan bagi para pelaku industri pariwisata namun juga dirasakan oleh masyarakat sekitar, baik yang berperan sebagai pegawai di industri, hingga supplier bahan-bahan pangan.
“Jadi dengan rencana pembukaan pariwisata untuk wisatawan asing pada bulan Oktober, tentu ini merupakan secercah harapan, bagaikan angin surga, bahwa ini akan memberikan sesuatu obat yang selama ini betul-betul bebannya sangat luar biasa. Dengan dibukanya ini, tentu akan memberikan suatu dampak ekonomi kepada masyarakat,” ungkapnya.
Baca juga: Sisa 25% Sekolah Belum PTM, Disdikpora Bangli: Ada Kelas Masih Renovasi
Kendati demikian, Mardjana menegaskan dengan dibukanya pariwisata di bulan Oktober tentu tidak serta-merta wisatawan asing akan datang.
Menurutnya, kedatangan wisatawan asing terjadi secara bertahap, yang diperkirakan mulai pada bulan November.
“Tapi itu sudah sangat oke. Artinya sudah secara pelan-pelan mereka (wisatawan asing) bisa membuktikan secara langsung, bagaimana destinasi wisata di Bali ini yang sudah mulai terbuka,” ucapnya.
Salah satu buktinya, adalah saat dibukanya pariwisata Bali awal bulan September lalu, melalui SE Gubernur Bali 15/2021.
Mardjana yang merupakan pemilik Toya Devasya itu mengatakan sejak diberlakukan pelonggaran, dampak yang cukup signifikan baru terasa pada sepekan lalu.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 di Bangli Telah Mencapai 100 Persen
Pihaknya lantas menyebutkan, berdasarkan data, sebelum pandemi tingkat kunjungan wisatawan ke Toya Devasya berkisar 800 hingga 1000 orang per hari.
Namun sejak PPKM diberlakukan, tingkat kunjungan wisatwan anjlok menjadi 5 hingga 10 orang per hari.
“Nah sejak bulan September ini sudah meningkat. Awal-awalnya 25 orang per hari, dan sekarang ini, hari-hari biasa sudah mencapai diatas 50 orang. Sedangkan Sabtu-Minggu, rata-rata 200 orang per hari. Itu indikasi membaik,” ungkapnya.
Dikatakan pula, kunjungan wisatawan ke objek wisata seluas 3 hektare itu, untuk di hari-hari biasa khususnya wisatawan dari luar Bali, sudah melampaui wisatawan Bali.
Baca juga: Suastika Tegaskan Sembilan Ranperda Bangli Bisa Tuntas Tahun 2021
Tak sedikit wisatawan yang berasal dari Jawa, bahkan Sumatera, Kalimantan, hingga Sulawesi.
“Ini menandakan bahwa wisatawan sudah rindu untuk jalan-jalan ke Bali."
"Tak sedikit wisatawan dari Jakarta ke Bali naik mobil. Bahkan ada yang dari Sumatera naik mobil untuk berkunjung. Begitupun wisatawan asing, begitu ini dibuka, pasti mereka juga ingin berkunjung ke Bali,” ujarnya.
Tapi, lanjut Mardjana, mengenai pembukaan pariwisata bagi wisatawan asing ini, pemerintah juga harus betul-betul peduli terhadap pelaksanaan protokol kesehatan. Bahkan menurutnya, pemerintah harus agak ketat terhadap pelaksanaan protokol kesehatan.
“Kalau persyaratannya PCR test, atau vaksin harus dua kali, itu harus betul-betul dilaksanakan, harus betul-betul checking. Kalau sampai ada indikasi, masalah tracing, testing hingga isolasi harus betul-betul berjalan."
Baca juga: Tanggapi Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi DPRD, Bupati Bangli Tegaskan Telah Siapkan Dana Reses
"Sehingga tidak ada wisatawan yang terdampak. Ini yang artinya kita care terhadap kesehatan. Karena kedepan ini, yang menjadi unsur pengunjung adalah kesehatan. Dan juga pelayanan-pelayanan yang bersifat digitalisasi,” ungkapnya.
Disamping itu, untuk lebih mendorong tingkat kunjungan khususnya wisatawan domestik, Mardjana berharap pemerintah mempermudah syarat wisatawan untuk berkunjung.
“Jangan sampai ada high cost karena pungutan ini pungutan itu. Seperti misalnya rapid test antigen, dengan biaya bervariasi, antara Rp70 ribu hingga Rp90 ribu. PCR, Rp450 ribu. Nah ini, bisa nggak biaya ini lebih ditekan."
Baca juga: Eksekutif Sampaikan Rancangan APBD Bangli 2022 ke DPRD, Dua Kegiatan Jadi Prioritas Utama
"Jangan sampai orang niatnya berwisata, namun karena tingginya biaya ini itu, ditambah beban ekonominya, wisatawan jadi malas berwisata,” ucapnya.
Mardjana menambahkan, pemerintah juga perlu memperhatikan pengusahanya lantaran pengusaha sudah mulai kolaps.
Sedangkan untuk bisa membuka kembali usahanya, para pengusaha membutuhkan dana.
“Itu untuk modal kerja. Belum lagi mikirin utang-utang yang masih outstanding. Kan ini beban. Inilah bagaimana pemerinah bisa memberikan kemudahan,” tandasnya. (*)
Berita lainnya di Berita Bangli