IMPIAN Bripda Febriyan Kandas Setelah Jadi Tumbal Ritual Maut, Polisi Cari Dalang di Baliknya

Editor: Bambang Wiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bripda Febriyan Duwi yang ikut jadi korban ritual maut di Pantai Payangan Jember. Foto kanan: ketua ritual maut Nur Hasan.

Saat kembali pun, Hasan sempat menjalani pekerjaan sebagai MC acara dangdut hingga berjualan online seperti berjualan tisu.

Nasib Nur Hasan berubah ketika dia menjadi paranormal. 

Dia membuka praktik di rumahnya, di Dusun Botosari, Desa Dukuh Memcek. 

Rumah berdinding putih menghadap selatan itu juga kerap dipakai tempat berkumpul pengikut Kelompok Tunggal Jati Nusantara. 

Hampir setiap hari rumah Hasan dikunjungi tamu. Entah dari mana saja asal mereka. Apalagi kalau malam Jumat, jumlah tamu yang datang bisa sampai 20an orang. 

Tetangga kanan-kirinya sudah biasa melihat rumah Hasan sering dikunjungi banyak tamu.

Cerita yang beredar, dia dianggap punya kekuatan spiritual sehingga mampu menerawang nasib orang di masa depan, termasuk mengajak orang meraih ketenangan jiwa.

"Dia kalau kemana-mana pakai selendang hijau," kata Budi Harto, Sekretaris Desa Dukuh Mencek.

Paranormal sangat begitu melekat di diri Hasan. Tamu-tamu yang datang bukan hanya dari kalangan bawah.

Cukup banyak tamunya datang membawa mobil. Saking eksisnya, kemampuan ini sudah dijadikan dirinya sebagai pekerjaan. Sampai-sampai, dia bisa menghidupi dua istri dan dua anak.

"Kalau Pak Hasan dulunya ini kerja di Malaysia. Terus pulang. Kayaknya setelah itu, dia dikenal sebagai paranormal," ujarnya.

"Pak Hasan sama istrinya ketemu ketika kerja di Malaysia," sambung Budi Harto. 

Sementara itu, Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo mengatakan, hasil penyelidikan sementara Kelompok Tunggal Jati ini merupakan tempat pengobatan alternatif.

Akan tetapi, terkadang tujuan orang yang datang ke Hasan juga bermacam-macam. Ada yang ingin konsultasi masalah ekonomi, rumah tangga, atau pun kesehatan.

"Nah ini kesehatan secara fisik maupun batin. Bermacam-macamlah alasan orang yang datang dan bergabung," beber Hery.

Kebanyakan, pengikut Hasan dulunya adalah seorang pasien. Banyak pasien mengaku sembuh setelah datang ke Hasan. Keberhasilan itu sering diceritakan pasien-pasien ke orang lain. Sehingga cukup banyak yang tertarik menjadi pengikutnya.

"Kemudian mereka yang sembuh itu memberikan testimoni kepada satu atau dua orang, sehingga kemudian ikut" sambung Hery.

Pada prosesnya, tak hanya orang yang sakit yang datang ke Nur Hasan.

Mereka yang punya masalah ekonomi hingga masalah keluarga pun mendatanginya. 

Masalah ekonomi itu antara lain ada yang ingin kaya.

Tak cuma mengobati, Nurhasan ternyata juga memberikan ilmu kepada pasiennya yang kemudian dia angkat sebagai pengikutnya. 

Bagi pengikut yang dinyatakan lulus, maka dia sudah bisa mengobati pasien lain. 

Seperti Sofiana Nazia (22) murid Nurhasan yang sudah empat tahun masuk di padepokan itu. 

Sofiana menjadi korban tewas dalam ritual maut tersebut.

Dewi Soleha (48), ibu Sofiana mengatakan, awal sang anak masuk kelompok ini karena ingin mencari ketenangan hati.

"Katanya mau mencari ketenangan hati, mau berubah," ujar Dewi Soleha, Senin (14/2/2022). 

Dewi menuturkan, anaknya sempat menjadi remaja yang nakal. Dia mengkonsumsi minuman keras, seperti arak. 

"Terus orangnya juga keras, tidak nurut sama saya. Dari situ, dia ingin berubah, terus diajak temannya untuk ikut kelompok itu supaya bisa berubah," kata Dewi. 

Ketika ikut kelompok itu, kata Dewi, anaknya memang berangsur berubah.

"Memang tidak langsung berubah, setahun pertama belum. Namun setelahnya berubah, nurut sama saya. Terus dia bilang mendapat ketenangan hati," lanjutnya. 

Karenanya, Dewi tidak melarang Sofi ikut kelompok tersebut. Bahkan setelah empat tahun berjalan, Sofi dinyatakan lulus dan sudah bisa mengobati pasien lainnya.  

Nur Hasan (kanan pakai blangkon), sosok yang disebut sebagai Ketua Kelompok Tunggal Jati Nusantara. (surya/sri wahyunik)

Istri Muda dan Anak Tiri Tewas

Kehidupan yang mapan membuat Nur Hasan memilih poligami. 

Dia memperistri Ida (22), perempuan asal Dusun Gayam Desa Kaliwining Kecamatan Rambipuji, dekat Terminal Tawangalun.

Namun, Ida ikut menjadi korban dalam ritual maut itu bersama anak tiri Nur Hasan, P (13). 

Dugaan kuat, Ida dan P sudah masuk dalam anggota Tunggal Jati Nusantara. Sebab, mereka beberapa kali ikut acara ritual yang diadakan oleh Hasan. Termasuk N, anak Hasan dan Ida yang masih berusia dua tahun.

Beruntung, N selamat dari tragedi gulungan ombak pantai selatan. Karena saat itu, posisi N cukup jauh dari bibir pantai. Dia digendong salah seorang pengikut Hasan yang selamat.

Usai kejadian itu, Hasan langsung diperiksa oleh Satreskrim Polres Jember. Hasan sekarang berstatus saksi. 

Tidak menutup kemungkinan, status Hasan bisa berubah menjadi tersangka. Sebab, apabila merujuk Pasal 359 KUHP,  jika kegiatan seseorang membuat nyawa orang lain celaka bisa dijerat pidana. (*)

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul IMPIAN Bripda Febriyan Duwi Kandas Gara-gara Ritual Maut di Jember, Polisi Cari Dalang di Baliknya, 

Berita Terkini