Mengenai dugaan peralihan konsumsi masyarakat dari pertamax ke pertalite, Deden mengatakan, hal itu dikembalikan kepada konsumen sebagai pemilik kendaraan.
“Tentunya pengisian jenis BBM merupakan hak konsumen yang disesuaikan dengan kemampuan dan spesifikasi kendaraan. Namun, jika konsumen yang sebelumnya telah menggunakan pertamax dan terus menggunakan produk tersebut kami sangat mengapresiasi karena dengan penggunaan pertamax artinya mendukung terciptanya udara yang lebih bersih,” tambahnya.
Deden juga mengingatkan agar konsumen tidak perlu mengkhawatirkan pasokan BBM di SPBU.
Baca juga: BBM Pertalite Kosong di Beberapa SPBU Denpasar, Pertamina Sebut Masih Proses Pendistribusian
Konsumen diimbau tidak melakukan panic buying, karena stok BBM di terminal-terminal BBM Pertamina, menurutnya, sangat cukup, namun karena proses pendistribusian menggunakan mobil tangki, maka pihaknya membutuhkan waktu perjalanan atau proses penyaluran dari Terminal BBM ke seluruh SPBU.
Deden menambahkan, konsumen diharapkan dapat menghubungi Pertamina Contact Center 135 jika menemukan kendala ketersediaan produk di SPBU.
Sementara itu, ada salah satu petugas SPBU di Denpasar Barat yang identitasnya tidak ingin dipublikasikan mengatakan, BBM Pertalite akhir-akhir ini memang diburu warga karena harganya yang lebih murah dari pertamax.
"Akhir-akhir ini sejak pertamax naik dan premium dihapus. Stoknya cepat habis karena banyak permintaan. Tapi sayangnya distribusinya lambat dan dibatasi, sehingga kadang stok pertalite sempat sampai kosong," kata petugas SPBU tersebut.
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Alfian Nasution menyebutkan lonjakan konsumsi pertalite yang terjadi 10 sampai 15 persen hanya bersifat sementara.
"Kami yakin lonjakan ini hanya temporary (sementara) saja hanya 10 sampai 15 persen, kemudian kami yakin akan kembali normal," ujarnya dalam tayangan Energy Corner CNBC dilansir dari Antara, Selasa 5 April 2022.
Alfian menjelaskan, keputusan menaikkan harga pertamax telah menciptakan pergeseran konsumsi 10 sampai 15 persen dari pertamax ke pertalite.
Ia menduga peralihan konsumsi itu terjadi karena masyarakat terkejut mengetahui harga pertamax naik.
Menurut Alfian, masyarakat Indonesia saat ini telah sadar mutu di mana produk pertamax memiliki kualitas yang lebih baik dengan emisi karbon yang lebih rendah, sehingga lonjakan konsumsi dan kelangkaan pertalite diprediksi tidak akan berlangsung lama.
Saat ini, Pertamina memiliki berbagai program khusus agar konsumen pertamax tidak beralih ke pertalite melalui program-program hadiah maupun promo-promo lainnya.
Tak hanya itu, perseroan juga terus mengedukasi masyarakat untuk memilih BBM berkualitas tinggi dan ramah lingkungan.
"Kami harapkan pergeseran konsumen pertamax ke pertalite ini tidak berlangsung lama dan tidak besar jumlahnya," ucap Alfian.