HIV dan AIDS di Bali

Di Bali Masih Banyak Stigma HIV/AIDS, Siswa ODHA Tak Boleh Sekolah

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI- Di Bali Masih Banyak Stigma HIV/AIDS, Siswa ODHA Tak Boleh Sekolah

"Harapan kita tentu agar masyarakat luas lebih care atau peduli lagi tentang bahaya penyakit ini," harapnya.

Seorang pelajar, Septia (14) menyebutkan, kegiatan ini murni sebagai bentuk kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitar.

Edukasi dan pemahaman tentang HIV/AIDS dirasa sangat penting diketahui sejak dini.

"Kami harap ini bisa mendapat mengedukasi masyarakat bagaimana bahayanya penyakit HIV/AIDS serta bahayanya narkotika yang dapat menghancurkan masa depan," harapnya.

Di Denpasar, perwakilan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) setempat, Yanthi mengatakan, KPA Denpasar mencatat tahun ini di layanan kesehatan menangani 14.500 kasus HIV/AIDS yang didominasi kasus usia produktif usia 15-59 tahun dengan persentase 95 persen.

“Untuk faktor risiko heteroseksual 72 persen, homoseksual 19 persen, narkoba suntik 4 persen dan ibu ke anak juga cukup tinggi, lelaki seks dengan lelaki juga meningkat cukup signifikan,” ujar dia.

Di Tabanan, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan setempat, dr Ketut Nariana mengatakan, kasus HIV/AIDS meningkat tajam.

Pada 2021 yang hanya ditemukan 9 kasus, kini di 2022, meningkat menjadi 24 kasus. 24 kasus ini tercatat awal Januari 2022 hingga Oktober 2022.

Informasi yang dihimpun, mulai 2018 lalu, Dinas Kesehatan Tabanan menemukan 47 kasus HIV dan AIDS 61 kasus.

Kemudian, di 2019 ditemukan 45 kasus HIV dan 53 kasus AIDS.

Pada 2020, ditemukan 43 kasus HIV dan 40 kasus AIDS. Pada 2021 ada 53 kasus HIV dan 9 kasus AIDS.

Pada 2022, hingga Oktober 2022 AIDS meningkat tajam menjadi 24 kasus dan HIV 45 kasus.

Nah, untuk kasus 2022 sendiri rentang kasus usia antara 5 tahun sampai 60 tahun.

Terbanyak adalah usia 20 tahun sampai 59 tahun.

Dan faktor jangkitan HIV/AIDS adalah hubungan heteroseksual, tato dan perinatal.

Halaman
1234

Berita Terkini