Kedepannya ia berharap semua tempat-tempat seperti itu tergabung dalam asosiasi agar mudah memberi pembinaan.
Menurutnya, wisatawan yang terlalu gampang datang ke Bali, menjadi salah satu faktor ditemukannya bule telanjang tersebut.
Untuk mencegah hal serupa terjadi kembali, ia menyarankan agar menyaring wisatawan yang datang ke Bali.
Salah satunya dengan tax atau pajak.
Jika pada harga salah satu komponen pariwisata yang dinaikkan, seperti hotel, dikatakannya tidak bisa.
“Asalkan pajak pariwisata itu sepenuhnya dikembalikan ke daerah untuk membina hal-hal seperti ini. Apakah dengan adanya pajak pariwisata ini berhenti? Tidak juga, belum tentu juga, tapi setidaknya wisatawan murah itu mulai terfilter,” imbuhnya.
Bali dinilai terlalu soft pada wisatawan.
Gus Agung mengatakan, hal-hal ini (bule berbuat onar di Bali) baru terjadi setelah pandemi Covid-19.
Ada semacam gangguanlah terhadap pariwisata Bali ini.
Jadi Bali harus lebih clearity, lebih jelas cara-caranya menangani ini.
Dikatakannya, sebelum pandemi tidak ada wisman yang sampai seperti itu, meskipun sudah zamannya media sosial, tidak pernah ia melihat WNA banyak berkasus di Bali.
“Maksimal orang naik ke pura dan sebagainya. Kalau sampai telanjang, berantem sama pemangku, itu saya belum pernah dalam sejarah saya. Saya lahir di dunia pariwisata, belum pernah saya lihat seperti itu,” imbuhnya.
Menurutnya, WNA telanjang tersebut bukan karena Bali destinasi wisata yang murah, tapi karena WNA tersebut sakit jiwa.
Hal ini bisa terjadi di seluruh dunia, kebetulan saja ini di Bali.
Ke depannya paling penting bagaimana Bali menyikapi wisatawan seperti ini.
Kan rasanya tidak mungkin wisatawan harus ada surat keterangan sehat jiwa untuk datang ke Bali, karena agak berlebihan.
Jika filter WNA dilakukan melalui pembatasan Visa on Arrival (VoA), ia mengatakan, tentu tidak bisa membatasi itu, karena reciprocal itu, nanti secara internasional menjadi tidak bagus.
Jadi hubungan internasional, Indonesia dianggap rasis dan ini akan menjadi masalah baru nantinya di internasional.
“Ini hal-hal yang baru. Jangan kita juga terlalu emosi menyikapinya. Yang terpenting ini adalah kita menyikapi dengan baik. Jangan-jangan mereka memang ingin dideportasi. Kebanyakan seperti itu. Bagaimana cara agar pulang tidak perlu beli tiket. Ini kan sudah tipe-tipe ngakalin gitu, tipe-tipe orang asing yang murahan,” katanya. (sar)
Kumpulan Artikel Bali