Berita Jembrana

DBD di Jembrana Tembus 392 Kasus Selama 6 Bulan, Jadi Kasus Tertinggi Dalam Lima Tahun Terakhir

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi DBD - DBD di Jembrana Tembus 392 Kasus Selama 6 Bulan, Jadi Kasus Tertinggi Dalam Lima Tahun Terakhir


Dia mencontohkan, kasus di tahun 2021 begitu drastis penurunannya karena masyarakat tidak begitu leluasa dan menerapkan pola hidup yang sangat sehat.

Baca juga: Kasus DBD di Tabanan Meningkat Drastis, Satu Pasien Umur 7 Tahun Meninggal


"Penyebaran virus DBD ini sangat memungkinkan dibawa oleh orang dan nyamuk berpindah dalam jarak yang jauh. Artinya penyebaran juga disebabkan karena migrasi dari satu wilayah ke wilayah lain dengan media manusia," jelasnya.


Disinggung mengenai upaya penanganannya, mantan Kadis Sosial Jembrana ini mengakui telah melakukan berbagai upaya antisipasi di antaranya seperti gertak pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di semua wilayah.

Kemudian seluruh masyarakat serta ASN diminta berpartisipasi menjaga kebersihan di lingkungannya masing-masing. Mengingat DBD ini berbasis lingkungan, masyarakat harus berperan aktif. 

Baca juga: 50 Persen Lebih Desa di Karangasem Masuk Endemis DBD


"Selain itu juga telah dilaksanakan foging SMP (sebelum masa penularan) dan tetap melaksanakan foging jika ada kasus di sebuh wilayah," tegasnya. 

 

Bagaimana dengan penanganan atau pencegahan timbulnya kasus DBD dengan metode Wolbachia yang dapat melumpuhkan virus dalam tubuh nyamuk (Aedes Aegypti), Dwipayana mengakui hingga saat ini metode tersebut belum diterapkan di Jembrana.

Di Bali, hanya Kota Denpasar yang baru diujicobakan metode tersebut. 


"Di Jembrana belum, mungkin menunggu waktu dulu. Selama ini, kita terapkan protap atau pola-pola yang sudah dilaksanakan sebelumnya," tandasnya. (*)

 

 

Berita lainnya di DBD di Bali

Berita Terkini