Berita Bangli

Bangli Tak Jadi Bangun Jembatan Gantung, Proyek Terlalu Mahal, Uang Hadiah dari Pusat Kurang

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PROYEK BATAL - Kementerian PUPR Perkim saat survei pembangunan jembatan penghubung Banjar Cekeng dan Desa Penglipuran, beberapa waktu lalu. Proyek ini tidak jadi karena kekurangan anggaran.    

TRIBUN-BALI.COM  - Pemerintah Kabupaten Bangli berencana membangun jembatan gantung yang menghubungkan Banjar Cekeng, Desa Sulahan, Kecamatan Susut dengan Desa Penglipuran, Kelurahan Kubu, Bangli. Namun belakangan, proyek ini tak jadi.

Penundaan proyek terjadi karena kurangnya anggaran. Jembatan ini merupakan hadiah dari Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR setelah Bangli berhasil meraih juara II tingkat nasional pengelolaan jalan.

Sebelumnya pihak Kementerian melalui Satker Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional (P2JN) telah turun melakukan survei.  Dibutuhkan anggaran yang cukup besar untuk membangun jembatan penghubung antar dua kecamatan ini.

Baca juga: ADU Jotos di Karangasem dan Suara Tangisan Perempuan di Video Pengeroyokan di Buleleng

Baca juga: Jero Dasaran Alit Mengaku Dipeluk Duluan Oleh Cening, PHDI Sayangkan Pemuka Agama Terseret Kasus Ini

"Dibutuhkan anggaran Rp 13 miliar untuk pembangunan jembatan. Sedangkan reward jembatan yang diterima, jika dinominalkan hanya Rp 6 miliar. Maka dari itu pembangunan jembatan ditunda," ucap Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bangli, Dewa Ngakan Ketut Widnyana Maya, Minggu (24/9).

Dewa Maya mengatakan, anggaran pembangunan jembatan tersebut bisa dialihkan untuk kepentingan lain. Berdasarkan arahan dari Kementerian, anggaran bisa dimanfaatkan untuk pengadaan alat berat.

"Ini sedang berproses dan sedang dibahas terkait ketersedian kandungan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dan sudah barang tentu atas persetujuan bapak menteri," ucapnya menegaskan.

Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas PU Bangli, I Putu Agus Yuda Antara mengatakan, saat ini perlu penambahan alat berat. Ini mengacu pada kondisi beberapa alat berat milik pemkab yang berusia tua. "Karena telah dimakan usia, alat berat sering mengalami kerusakan," ujarnya.

Terlebih lagi, imbuhnya, alat berat tersebut tidak hanya digunakan untuk keperluan Dinas PU saja, namun juga penanganan bencana di Bangli. Seperti bencana longsor yang sering terjadi dan untuk penanganan membutuhkan alat berat.

"Misalnya seperti excavator ataupun wheel loader, kalau sekarang dengan alat berat yang terbatas, sedangkan bencana terjadi di beberapa titik di waktu bersamaan, tentu masyarakat harus menunggu. Sebaliknya jika ada tambahan alat berat, tentu pelayanan kepada masyarakat bisa lebih cepat," ucap dia. (mer)

 

Berita Terkini