Wawancara Khusus

Gde Sumarjaya Linggih, Anggota DPR dari Partai Golkar Ungkap Pertumbuhan Berkualitas Harus Merata

Penulis: Ida Bagus Putu Mahendra
Editor: Putu Kartika Viktriani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gde Sumarjaya Linggih saat menjadi bintang tamu dalam acara GASPOL (Gagasan Politik oleh Tribun Bali) yang dipandu oleh Direktur Tribun Bali, Fauzan Marasabessy yang tayang di Kanal YouTube Tribun Bali pada Senin 15 Januari 2024 - Gde Sumarjaya Linggih, Anggota DPR dari Partai Golkar Ungkap Pertumbuhan Berkualitas Harus Merata

Tidak berkembang di sananya akhirnya itu-itu juga. Karena kan pengaruh desain, dan sebagainya itu dibawa dari ini, air, yang mengalir dari airport ini.

Orang-orang yang mengalir dari airport ini membawa desain, membawa teknologi. Akhirnya menyebabkan mereka tumbuh dengan baik ini di Celuk ini.

Berkembang dan bisa menjadi produk pasar internasional, karena telah diajarkan secara internasional.

Ini yang saya maksud, kenapa bandara itu perlu dengan adat dan istiadatnya, akan justru kalau tidak ada keseimbangan pemerataan, tidak ada airport lagi di Bali Utara, ini terjadi, jadi sekarang ini sudah terjadi.

Pertama, pertumbuhan itu sangat sentralistik di Selatan, yang akhirnya menyebabkan inflasi yang sangat tinggi.

Inflasi ini adalah naiknya harga-harga, termasuk harga kebutuhan pokok. Ketika naik, yang kasihan penduduk aslinya Denpasar, penduduk aslinya Badung, kenapa kasihan? karena mereka yang mempunyai penghasilan yang rendah, atau anggaplah pegawai negeri yang golongan 2A atau pekerja serabutan, mereka berat untuk mengikuti kenaikan-kenaikan dari harga ini. Gaji mereka enggak cukup untuk mengikuti kenaikan harga ini.

Akhirnya mereka jual tanahnya, jual rumahnya, Kenapa kok jual rumahnya? Rumahnya tiba-tiba harganya 1 miliar per are, akhirnya dia membeli rumah yang 100 juta per are di daerah Tabanan, daerah Gianyar.

Akhirnya meninggalkan banjarnya, meninggalkan dadianya, meninggalkan komunitasnya, desanya yang akhirnya tentu kalau sudah meninggalkan desanya, meninggalkan dadianya, maka hilanglah kekerabatan, gotong royong, adat istiadat Bali.

Saya khawatir ke depan, kalau ini terlalu tinggi terus, sama dengan di Jakarta.

Orang Betawinya hilang, terpinggirkan karena enggak mampu mengikuti kenaikan harga.

Jadi itu dasar dari pemikiran pemerataan tadi?

Jadi pertumbuhan itu enggak boleh terlalu tinggi juga. Jadi sedang-sedang saja sehingga meratakan ke utara.

Di utara juga begitu, adat istiadat bisa hilang kalau tidak ada pemerataan, tidak ada kucuran pembangunan pertumbuhan di sana karena kita tahu kalau pertumbuhannya rendah, maka penyerapan tenaga kerja rendah.

Maka dia terpaksa, karena tidak terserap, carilah dia ke selatan.

Di Selatan mau jadi pembantu, mau jadi security.

Halaman
1234

Berita Terkini