TRIBUN-BALI.COM - Anggota DPR RI dari Partai Golkar dapil Bali, Gde Sumarjaya Linggih memiliki pengalaman berharga sebelum aktif menjadi politikus dan terpilih masuk jadi anggota legislatif di Senayan.
Poltikus yang akrab dipanggil Demer itu mengisahkan perjalanan karirnya pada acara siniar (podcast) Tribun Bali bertajuk Gaspol dengan host Direktur Tribun Bali Fauzan Marasabessy sambil menumpang mobil Mazda CX60, baru-baru ini.
Berikut petikan wawancaranya:
Bisa cerita sedikit, bapak sudah mampu sejak kecil atau bagaimana perjalanannya hingga saat ini?
Baca juga: Gde Sumarjaya Linggih Bongkar 3 Masalah Utama Bali dan Solusinya
Saya lahir di kampung. Kebetulan ayah jadi Perbekel. Kebetulan mungkin menurun ke saya.
Saya juga tidak menyangka berkarir di politik menurunkan bakat orangtua saya yang jadi Perbekel.
Kebetulan karena Perbekel, orang yang dipercaya, bapak saya.
Dalam perjalanan, saya banyak bergaul. Kebetulan banyak berorganisasi. Organisasi tanpa bentuk, motor-motoran, kemudian berkembang ke organisasi resmi. Saya sempat menjadi Ketua PBVSI, sempat jadi Ketua Umum HIPMI Bali, sempat juga Ketua Kadin.
Karena sering bergaul, akhirnya komunitas mendekat ke komunitas partai. Tahun 2003, diajak saya untuk berjuang di Golkar. Akhirnya saya setuju dan 2004 terpilih jadi DPR RI. Golkar kan menampung orang-orang yang memang sempat mengenyam di organisasi. Kebetulan saya memimpin HIPMI.
Kalau berjuang yang lebih matang, memang di DPR. Kita harus memperjuangkan rakyat. Soal makan saya mungkin dari kecil soal makan cukup, jalan-jalan pada masanya cukuplah. Tapi kalau soal manusia itu kan bukan hanya soal makan dan jalan-jalan.
Sama kayak Pak Prabowo juga kan bukan sekedar makan. Mungkin kalau beliau makan, jalan-jalan mungkin sudah cukup, tapi kan ada panggilan hati, panggilan jiwa yang harus kita ikuti, yang harus kita juga perjuangkan untuk tabungan di akhirat.
Kita selalu memperjuangkan hak-hak di Bali ini. Kemudian juga kita selalu menyuarakan kalau ada hal-hal yang kurang pas menurut pemikiran ataupun menurut teori yang ada ataupun menurut pengalaman-pengalaman yang ada kurang pas, saya berikan komentar itu.
Misalnya di Bali, kita tahu bahwa ada beberapa hal sebenarnya di Bali yang harus kita perhatikan untuk pertumbuhan ekonomi ini. Pertama tentu adalah infrastruktur. Infrastruktur kita juga cukup berat sekali sekarang ini. Baik infrastruktur di jalan, infrastruktur di pelabuhan, airport maupun infrastruktur di laut.
Sekarang ini untuk airport, bandar udara ini sebenarnya pintu utama untuk turis. Ini juga harus diperjuangkan, harus disuarakan, harus berusaha diberikan pengertian tentang bagaimana pentingnya airport.