TRIBUN-BALI.COM – Berita Duka datang dari Civitas Akademika Universitas Udayana (Unud), telah berpulang mantan Rektor Unud, Prof Dr Ir I Nyoman Gde Antara. Kabar ini pun dibenarkan oleh Rektor Unud, Prof Ir Ngakan Putu Gede Suardana MT PhD IPU saat dikonfirmasi oleh Tribun Bali, Kamis (8/8).
“Barusan dapat berita baru baca WhatsApp dari pagi sudah ramai. Karena sakit diare saja katanya lho,” ucap Prof Ngakan.
Menurut informasi yang diterima Prof Ngakan, Prof Antara meninggal dunia di RSUD Mangusada. Jenazah almarhum masih berada di RSUD tersebut. Beliau meninggalkan tiga anak dan ketiga anaknya belum ada yang menikah.
“Mohon doanya semoga beliau mendapat tempat terbaik. Beliau sangat baik dan tegasnya sebenarnya tentang memutuskan sesuatu berkomitmen untuk memajukan Udayana. Kami sangat berduka. Sampai keluar air mata tyang. Dumogi amor ing acintya,” kata Prof Ngakan.
Dia mengatakan sangat berduka dengan kejadian ini. Dia pun tidak menyangka hal ini cepat sekali terjadi. Terlebih almarhum baru saja berulangtahun. “Beliau meninggal di umur 60 tahun tanggal 7 Agustus kemarin beliau ulang tahun,” katanya.
Sebelum meninggal, Prof Antara telah terbebas dari dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam sidang perkara dugaan korupsi dana SPI Universitas Udayana. Melalui ketukan palu vonis Majelis Hakim, Prof Antara dan tiga pejabat Unud lainnya dinyatakan bebas, Kamis (22/2).
Ngakan Suardana selaku Kuasa Hukum pun akan segera memproses untuk mengembalikan Prof Antara dan tiga terdakwa lainnya sebagai aparatur sipil negara (ASN) ketika putusan sudah inkracht. Namun setelah bebas rupanya Prof Antara belum aktif kembali menjadi ASN.
Hal tersebut dibeberkan oleh Prof Ngakan. “Belum aktif sebagai PNS kembali,” kata Prof Ngakan. Dari pantauan di kamar jenazah RSD Mangusada Badung, jenazah Prof Antara sudah di dalam freezer.
Bahkan terlihat anaknya yang menunggu di depan kamar jenazah. Namun sang anak tidak mau memberikan keterangan. Mereka terlihat terpukul atas berpulangnya sang ayah.
Prof Antara meninggalkan sang istri, Ida Ayu Bulan Antara dan tiga anaknya dua laki-laki dan satu perempuan. Istri almarhum Ida Ayu Bulan Antara saat dikonfirmasi mengaku saat ini jenazah sang suami masih dititip di RSD Mangusada.
"Di rumah kami di Mengwi sedang ada perbaikan Pura Dalem. Jadi jenazah tidak boleh dibawa pulang. Sehingga kita semayamkan di Kertha Semadi," ujarnya.
Pihaknya mengaku terpukul atas berpulangnya sang suami. Bahkan tidak menyangka akan cepat dipanggil Yang Maha Kuasa. "Saya masih belum percaya, karena almarhum tidak pernah sakit. Bahkan rutin berolahraga dan makan-makan yang bergizi," ucapnya.
Baca juga: BREAKING NEWS! Penemuan Jenazah Mantan Bupati Jembrana & Istri di Jalan Gurita Sesetan!
Baca juga: NEKAT Akhiri Hidup! Iwan Ditemukan Tewas di Jembatan Jinengdalem Buleleng Bali, Simak Beritanya
Kendati demikian pihak keluarga sudah mengikhlaskan, namun masih terpukul atas berpulangnya Prof I Nyoman Gede Antara. Diakui saat menjalani perawatan di RSD Mangusada sang anak yang juga berprofesi sebagai dokter ikut memberikan pelayanan.
"Anak saya yang pertama kan di RSD Mangusada juga. Dia yang ikut merawat bapaknya. Sampai terakhir bapaknya meninggal," imbuhnya sembari mengatakan pihak sekeluarga mohon maaf jika Prof Antara ada salah, baik sengaja maupun tidak sengaja.
Dirut Rumah sakit Daerah (RSD) Mangusada, dr Wayan Darta mengatakan, pihaknya sudah berjuang memberikan pelayanan yang terbaik kepada Prof Antara. Saat dirawat di ruang Legong Prof Antara ternyata kondisinya naik turun. Bahkan sebelum meninggal sempat lemas dan pingsan.
Menurutnya saat itu almarhum penurunan hemoglobin (HB). "Jadi sebelum meninggal beliau sempat kamar mandi, setelah itu lemas dan jatuh pingsan," ujar dr Darta saat ditemui di ruangannya, Kamis (8/8).
Diakui Guru Besar Unud itu pertama kali dirawat, Senin (5/8) pukul 22.00 Wita. Saat itu Prof Antara datang dengan keluhan mual-mual, lemas dan diare. "Pertama ke sini, dilakukan pemeriksaan di UGD. Bahkan saat itu katanya sudah empat kali buang air besar di rumah dan kondisinya ada penurunan tensi (tekanan darah)," jelas dr Darta.
Kemudian setelah menerima perawatan, Prof Antara dipindahkan ke ruang Legong. Ketika itu kondisinya naik turun atau kadang membaik dan menurun. dr. Darta pun menyebutkan saat itu almarhum mengalami tekanan darah rendah.
"Haemoglobin-nya juga rendah saat itu. Bahkan pada tadi pagi menurut keluarga sempat diare berisi darah," ucapnya.
Diakui, meski perawatan intensif dilakukan, namun nyawanya tidak bisa diselamatkan. Sehingga Prof Antara berpulang pada pukul 07.20 wita. Disinggung terkait hasil diagnosa, mantan Kabid Kesmas Dinas Kesehatan Badung mengaku keluarga tidak mengizinkan untuk diungkapkan.
"Mohon maaf karena permintaan keluarga. kami tidak diizinkan tidak menyebutkan masalah diagnosis. Yang jelas pada saat awal adanya gangguan sirkulasi atau penurunan tensi dan pada saat ke ruangan ada penurunan HB, karena ada berak darah," paparnya.
Namun dr Darta menyebutkan, telah mencoba melakukan transfusi darah, namun tidak ada peningkatan HB. Sebelum dirawat di RSD Mangusada, pihaknya menyampaikan, dari informasi keluarga, almarhum sempat menjalani operasi empedu dan ada tukak lambung. "Ini baru pertama kali beliau berobat di sini. Bahkan menurut keluarga sempat operasi empedu, dan operasinya juga tidak di Mangusada," bebernya.
Diakui saat ini jenazahnya masih dititipkan di kamar jenazah, mayatnya pun sudah dimasukkan kedalam freezer. Sesuai rencana keluarga, jenazah Prof Antara akan disemayamkan Kertha Semadi, Jalan Cargo Permai nomor 99, Ubung Kaja, Kecamatan Denpasar Utara. (sar/gus)
BEM Unud Sampaikan Duka Cita
BADAN Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unud menyampaikan ungkapan duka cita atas meninggalnya mantan rektor Unud, Prof Dr Ir I Nyoman Gde Antara MEng. Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unud, I Wayan Tresna Suwardiana, pun menyampaikan rasa belasungkawa atas kepergian Prof Antara.
"Kami dari BEM Udayana turut berduka cita sedalam-dalamnya atas berita duka ini. Semoga keluarga yang ditinggalkan mendapatkan ketabahan dan keikhlasan serta semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sana," kata Tresna saat dihubungi, Kamis (8/8).
Tresna juga menyampaikan penghargaan dan terima kasih atas jasa-jasa Prof Antara selama menjabat sebagai rektor. "Kami berterima kasih juga dengan jasa-jasa Prof Antara selama ini selaku rektor. Untuk masalah-masalah lainnya, biarkan segala hal yang kemarin menjadi pembelajaran bagi kita semua," tambahnya.
Meskipun proses hukum terkait kasus SPI Unud yang melibatkan Prof Antara masih berlangsung, Tresna berharap semua pihak dapat menerima kenyataan ini dengan lapang dada. "Walaupun proses hukum masih berlangsung, otomatis sudah gugur. Semoga almarhum dapat beristirahat dengan tenang dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan," katanya.
Prof Antara yang dikenal dengan kontribusinya dalam memajukan Universitas Udayana, meninggalkan banyak kenangan dan jasa yang akan selalu dikenang oleh civitas akademika dan masyarakat luas. Dalam pemilihan rektor, Prof DR Ir I Nyoman Gde Antara MEng mendapatkan suara terbanyak untuk menjadi rektor terpilih Universitas Udayana (Unud) Bali periode 2021-2025 pada Selasa 6 Juli 2021.
Dalam pemilihan rektor (Pilrek) yang dilakukan secara online (daring) itu, Senat Universitas Udayana (Unud) dan wakil Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) memberikan 81 suara untuk Prof Antara, 31 suara untuk Prof Dr dr I Ketut Suyasa dan 10 suara untuk DR Ir Wayan Budiasa MAP. Total ada 122 suara yang ikut dalam Pilrek Universitas Udayana (Unud) itu. Mereka terdiri dari 79 suara dari Senat Unud dan 43 suara mewakili Kemendikbud Ristek. (sar/ian)
Pasek Suardika: Sosok Teguh dalam Sikap
PENGACARA mantan Rektor Unud, Prof Dr Nyoman Gede Antara saat tersandung kasus SPI Unud, Gede Pasek Suardika pun berduka atas meninggalnya Prof Antara. Dirinya mengaku terkejut mendengar kabar kliennya tersebut meninggal secara mendadak. Menurut Pasek, Prof Antara berpulang pukul 06.30 Wita.
"Saya kaget mendengar kabar itu. Padahal beberapa waktu lalu kami sempat mendiskusikan tentang perkembangan terakhir adanya pemaksaan pemilihan Rektor Unud yang baru dan berpotensi ada tabrakan hukum jika putusan kasasinya turun memperkuat putusan bebas," kata Pasek Suardika.
Dan setelah itu, pihaknya pun berjanji bertemu secara langsung dengan Prof Antara. "Kita pun berjanji akan ketemu di darat karena kebetulan saya sedang sibuk penanganan perkara di berbagai kota yaitu Palembang, Jakarta dan Denpasar sehingga kesulitan atur waktunya," imbuhnya.
Pasek menuturkan, berdasarkan informasi yang diperoleh dari istri almarhum, sakit yang diderita tergolong mendadak. Hal ini dimulai dari rasa panas di tenggorokan yang dirasakan oleh Prof Antara. Setelah itu, kemudian berlanjut sakit di lambung atas yang mengakibatkan pendarahan hebat serta diare.
Bahkan menurutnya, Prof Antara mengalami diare dengan mengeluarkan darah hitam dan lengket. Dan hal ini diduga menjadi penyebab utama kondisinya semakin drop. "Upaya medis dengan penambahan kantong darah sudah dilakukan dengan maksimal. Namun upaya penambahan darah itu tetap tidak bisa menolong almarhum," imbuhnya.
Dan menurut Pasek, anak kandungnya yang juga seorang dokter ikut menangani sang ayah. "Iya, ada juga anak kandung beliau yang juga dokter ikut menangani hingga beliau menghembuskan napas terakhirnya," katanya.
Dengan kondisi badan yang sehat, kepergian Prof Antara baginya adalah kabar yang mengagetkan dan menyedihkan. Pasek pun mengaku kagum dengan jiwa keras dan semangat Prof Antara dalam mencari keadilan.
"Beliau adalah karateka pemegang sabuk hitam KKI, juga lulusan Jepang dan Korea yang memang dikenal keras dan teguh dalam sikap sehingga sangat nyaman kita sebagai Tim PH dalam memperjuangkan hak-hak hukumnya dengan cara yang tegas dan keras juga," paparnya. (sup)