Makan Bergizi Gratis
Pemerintah Tutup Sementara SPPG Bermasalah, 17 SPPG Dibangun di Kabupaten Jembrana Bali
Pada periode 6 Januari hingga 31 Juli 2025, terbentuk 2.391 SPPG dengan 24 kasus kejadian.
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Pemerintah menutup Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) bermasalah sebagai langkah menangani keracunan MBG di pelbagai daerah.
“SPPG yang bermasalah ditutup untuk sementara, dilakukan evaluasi, dan investigasi,” kata Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, dalam jumpa pers di kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Minggu 28 September 2025.
Zulkifli telah memimpin rapat koordinasi menyikapi Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan MBG bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, KSP M. Qodari, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana, Wakil BGN Nanik S Deyang, dan KemenPPA Arifah Fauzi.
“Kami menegaskan, insiden bukan sekadar angka tetapi menyangkut keselamatan generasi penerus,” kata Zulkifli Hasan.
Baca juga: Dewan Bangli Harap MBG Segera Merata, Baru Sasar 3 Kecamatan
Dalam rapat, pemerintah menyepakati agar ada langkah percepatan perbaikan dan penguatan tata kelola di BGN.
“Salah satu yang utama adalah mengenai kedisiplinan, kualitas, kemampuan, juru masak tidak hanya di tempat terjadinya (keracunan) tapi di seluruh SPPG,” kata Zulkifli Hasan seperti dilansir Kompas.com.
Data keracunan dari BGN Dalam siaran persnya, Kepala BGN Dadan Hindayana menyatakan telah melaporkan ke Presiden Prabowo Subianto soal jumlah kejadian luar biasa (KLB) yang terjadi sepanjang pelaksanaan program MBG.
Pada periode 6 Januari hingga 31 Juli 2025, terbentuk 2.391 SPPG dengan 24 kasus kejadian.
Sementara pada 1 Agustus hingga 27 September 2025 bertambah 7.244 SPPG dengan 47 kasus kejadian.
“Data menunjukkan bahwa kasus banyak dialami oleh SPPG yang baru beroperasi karena SDM masih membutuhkan jam terbang,” kata Dadan dalam siaran pers hari ini.
Sementara itu, sebanyak 17 unit SPPG untuk program MBG di Kabupaten Jembrana telah dibangun.
Saat ini, layanan tersebut tak hanya menyasar siswa atau anak sekolah, namun juga diberikan kepada ibu hamil, menyusui, dan balita (3B).
Total warga yang menjadi penerima manfaat program MBG di Kabupaten Jembrana hampir 60 ribu orang.
Menurut informasi yang dihimpun Tribun Bali, hingga pertengahan September 2025 kemarin, 17 SPPG tersebut tersebar di berbagai wilayah Jembrana.
Total penerima manfaat program MBG di Kabupaten Jembrana sebanyak 58.570 orang.
Sebanyak 55.051 siswa dan 3B sebanyak 3.519 orang mulai dari Kecamatan Pekutatan hingga Melaya.
Sasaran per satu dapur sehat mulai 2.500 orang hingga 3.700 orang.
Di antaranya adalah di Desa Baluk oleh Yayasan Amerta Jaya Utama dengan sasaran 3.695 siswa dan 3B sebanyak 200 orang.
Di Tegal Badeng Barat oleh Yayasan Bali Mandiri Nusantara dengan sasaran 3.546 siswa dan 3B sebanyak 300 orang.
Di desa Ekasari oleh Yayasan Vasti Kusuma Dewata dengan sasaran 3.401 siswa, di Perancak Yayasan Danu Amerta Sujati dengan sasaran 3.563 siswa dan 3B sebanyak 236 orang, di Baler Bale Agung 1 oleh Yayasan Bali Amerta Yoga dengan sasaran 2.590 siswa dan 3B sebanyak 387 orang.
Di Kelurahan Pendem oleh Yayasan Jana Kerti 2 dengan sasaran 3.333 siswa, di Desa Dangin Tukadaya oleh Yayasan Anak Sehat 08 dengan sasaran 2.274 siswa. Di Gilimanuk oleh Yayasan Anak Sehat 08 dengan sasaran 3.493 siswa.
Di Baluk oleh Yayasan Cahaya Bali Catering dengan sasaran 3.421 siswa, di Kelurahan Lelateng oleh Yayasan Boga Bahagia dengan sasaran 3.422 siswa dan 3B sebanyak 399 orang.
Di Kelurahan Dauhwaru oleh Yayasan Kemala Bayangkari dengan sasaran 3.490 siswa.
Di Pendem oleh Yayasan Jana Kerti 1 dengan sasaran 3.348 siswa dan 3B sebanyak 290 orang.
Di Desa Dangin Tukadaya oleh Yayasan Tiga Srikandi dengan sasaran 3.091 siswa dan 3B sebanyak 245 orang.
Di Pekutatan oleh Yayasan Prabu Center 08 dengan sasaran 3.541 siswa dan 3B sebanyak 245 orang.
Di Desa Air Kuning oleh Yayasan Al Isyaroh Mulia dengan sasaran 2.167 siswa dan 3B sebanyak 774 orang.
Di Baler Bale Agung (2) oleh Yayasan Al Isyaroh Mulia dengan sasaran 3.274 siswa.
Serta di Pengambengan oleh Yayasan Boga Basmalah Basyarah dengan sasaran 3.402 siswa.
Dandim 1617/Jembrana, Letkol Inf M. Adriansyah menyebutkan, di Kabupaten Jembrana membutuhkan sebanyak 22 dapur sehat atau SPPG untuk melayani semua siswa dan juga tambahan 3B.
Khusus untuk sasaran 3B tersebut diberikan dua kali seminggu.
Sehingga dengan tambahan sasaran balita, ibu menyusui dan ibu hamil tersebut, saat ini satu dapur sehat melayani sekitar 3.500-3.700 orang.
“Menunya berbeda, sistemnya untuk 3B di-droping dari Puskesmas, Posyandu di masing-masing wilayah. Nanti diarahkan oleh Puskesmas, bisa diambil dan bisa diantar oleh penerima manfaat,” jelasnya saat dikonfirmasi beberapa waktu lalu.
Letkol Adriansyah mengakui selama ini yang jadi perhatian adalah banyak siswa yang memberikan saran dan meminta request menu makanan tertentu.
Para siswa memberikan secarik kertas yang kemudian diletakkan pada ompreng MBG dan menuliskan menu yang diinginkan seperti nasi goreng, dimsum, ayam goreng KFC.
Di sisi lain, kata dia, untuk pengawasan bahan makanan dan penyajian makanan agar higienis dilakukan secara sangat ketat.
Hal ini untuk mengantisipasi hal tak diinginkan seperti keracunan seperti di daerah lain.
Salah satu penanggung jawab yayasan, I Ketut Sutarka mengakui, per satu dapur yang ia kelola untuk mendukung program MBG di Kabupaten Jembrana memperkerjakan sedikitnya 50 orang sesuai ketentuan dari BGN.
Rinciannya, 47 orang relawan (tenaga setempat) yang bertugas sebagai juru masak, staf kebersihan, tim pencucian dan lainnya. Kemudian juga adalah 3 orang dari BGN seperti 1 orang Sarjana
Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI), 1 orang ahli gizi, dan 1 orang akuntan.
“Sejak berjalan di awal tahun lalu, Astungkara semua karyawan kita masih tetap dan berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan makanan yang higienis untuk kesehatan penerima manfaat,” katanya.
Sebelumnya, Wakil Bupati Jembrana, I Gede Ngurah Patriana Krisna berharap seluruh SPPG pendukung program MBG agar selalu memperhatikan kualitas makanan yang disajikan kepada siswa penerima manfaat.
Hal ini sebagai antisipasi terjadinya keracunan di Kabupaten Jembrana terkait program pemerintah pusat ini.
Di sisi lain, pria yang akrab disapa Ipat ini juga telah menyerahkan sertifikat halal dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) kepada Yayasan Vasti Kusuma Dewata yang memiliki 2 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang ada di Ekasari Melaya dan Dauhwaru, Senin 22 September 2025 lalu. Ini menjadi yang pertama di Jembrana dan Bali.
“Sertifikat halal ini bukanlah tentang agama, tapi lebih ke standar yang harus diterapkan oleh SPPG dalam menyajikan makanan bergizi untuk siswa,” ungkap Ipat.
Pihaknya berpesan agar seluruh pengelola SPPG khususnya di Kabupaten Jembrana tetap mempertahankan kualitas makanan yang akan diberikan.
Pastikan seluruh bahan makanan, cara penyajian, dan menu yang diberikan sesuai standar yang telah ditetapkan.
Selain itu juga diharapkan melakukan evaluasi kualitas secara berkala sebagai upaya mencegah keracunan.
“Kejadian di wilayah lain (keracunan), mungkin karena ada yang kurang baik seperti saat proses pembuatannya, atau waktu penyimpanan terlalu lama. Kami harap di Jembrana terus melakukan evaluasi dan menjaga kualitas makanan yang diberikan,” tandasnya. (mpa)
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.